7 E-Commerce yang Berhenti Operasional di Indonesia
Ekbis

7 Layanan E-Commerce yang Berhenti Operasional di Indonesia

  • Beberapa platform besar, yang dahulu menjanjikan kemudahan dalam bertransaksi, terpaksa menutup operasional
Ekbis
Bunga Citra

Bunga Citra

Author

IBUKOTAKINI.COM – Seiring dengan berkembangnya teknologi, Electronic Commerce (e-commerce) atau perdagangan elektronik telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat, baik sebagai konsumen maupun produsen. E-commerce merujuk pada kegiatan jual beli yang dilakukan melalui media elektronik, terutama internet. Ini memberi peluang baru bagi semua pihak untuk melakukan transaksi secara mudah, cepat, dan tanpa terbatas oleh waktu dan lokasi.

Dilansir dari djkn.kemenkeu.go.id, sebelumnya transaksi jual beli hanya bisa dilakukan secara langsung di suatu tempat. Namun, kini dengan adanya e-commerce, aktivitas jual beli bisa dilakukan secara online, memungkinkan pembeli dan penjual bertemu di dunia maya tanpa harus bertatap muka. Fenomena ini menjadi angin segar bagi banyak pihak, terutama para pebisnis yang ingin menjangkau pasar lebih luas.

Meski demikian, tidak semua layanan e-commerce di Indonesia berhasil bertahan dalam jangka panjang. Beberapa platform besar, yang dahulu menjanjikan kemudahan dalam bertransaksi, terpaksa menutup operasional mereka dalam beberapa tahun terakhir. 

Salah satunya adalah Bukalapak, yang resmi menghentikan layanan marketplace-nya untuk fokus pada produk digital, seperti pulsa dan token listrik. Keputusan ini menjadi respon terhadap tren pasar yang semakin berkembang ke arah digitalisasi.

BACA JUGA:

Pendaftaran Penghargaan Warga Berprestasi dan Warga Pelopor Sampai 17 Januari 2025 - ibukotakini.com

Namun, Bukalapak bukan satu-satunya yang mengalami penutupan. Berikut ini beberapa platform e-commerce yang juga menghentikan operasionalnya di Indonesia:

  1. Elevania Diperkenalkan pada Maret 2014, Elevania menjadi salah satu marketplace terbesar di Indonesia pada awalnya. Namun, setelah beberapa tahun beroperasi, platform yang dikelola oleh PT XL Planet ini akhirnya menghentikan layanannya pada 1 Desember 2022.
  2. Qlapa Platform yang didirikan pada 2015 ini berfokus pada kerajinan tangan lokal dan produk handmade. Walau Qlapa sempat berhasil menarik perhatian para pecinta produk lokal, namun pada 2019, platform ini resmi menghentikan operasionalnya setelah empat tahun berjalan.
  3. Blanja.com Blanja.com, platform e-commerce yang merupakan hasil kerjasama Telkom dan eBay, berhenti beroperasi pada 1 September 2020. Meskipun mempermudah konsumen berbelanja internasional, Blanja.com akhirnya harus menutup operasionalnya, meninggalkan jejak sejarah sebagai marketplace BUMN pertama di Indonesia.
  4. Rakuten E-commerce asal Jepang, Rakuten, memutuskan untuk keluar dari Indonesia pada Maret 2016 setelah lima tahun beroperasi. Perusahaan ini mengalihkan fokus bisnisnya, namun tidak mengungkapkan secara rinci alasan penutupan layanannya di Indonesia.
  5. Multiply Multiply, yang awalnya merupakan jejaring sosial, beralih menjadi platform e-commerce pada 2010. Namun, peralihan ini tidak berjalan sesuai harapan dan Multiply terpaksa menghentikan operasionalnya pada 2013 setelah mengalami kesulitan dalam adaptasi model bisnis baru.
  6. Cipika Didirikan pada 2014 oleh Ooredoo Group, Cipika berfokus pada sektor kuliner, fesyen, dan seni lokal. Namun, pada 2017, Cipika terpaksa dihentikan karena kesulitan dalam menemukan model bisnis yang solid, yang berisiko mengarah pada pembakaran kas tanpa arah yang jelas.
  7. JD.id JD.id, anak perusahaan dari JD.com, e-commerce raksasa asal Tiongkok, mulai beroperasi di Indonesia pada 2015. Meskipun berkembang pesat dengan menawarkan produk dari berbagai kategori, JD.id harus menghentikan operasionalnya pada 31 Maret 2023.

Fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun e-commerce menawarkan banyak peluang bagi pengusaha dan konsumen, kesuksesan tidak selalu dapat dipertahankan dalam jangka panjang. Beberapa faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup platform e-commerce antara lain persaingan yang ketat, perubahan tren pasar, serta kesulitan dalam menyesuaikan model bisnis dengan kebutuhan konsumen. ***