ABI dan Mitra Evaluasi Teknologi Budidaya Padi di Lahan Sulfat Masam PPU
Penajam

ABI dan Mitra Evaluasi Teknologi Budidaya Padi di Lahan Sulfat Masam PPU

  • Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi dan meningkatkan produktivitas padi melalui penerapan teknologi budidaya yang tepat dan berkelanjutan, khususnya di lahan sawah sulfat masam yang tersebar luas di Pulau Kalimantan dan beberapa provinsi lainnya di Indonesia.
Penajam
Is Wahyudi

Is Wahyudi

Author

PENAJAM – Asosiasi Bio-Agroinput Indonesia (ABI), bersama PT. Artha Prima Humatindo dan PT. Prima Agro Tech, melakukan kunjungan studi evaluasi terhadap teknologi budidaya padi di lahan sulfat masam. Kunjungan ini dilakukan di tiga desa, yakni Desa Sebakung Jaya, Desa Sri Raharja, dan Desa Rawa Mulia, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara. 

Acara tersebut dihadiri oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Direktur Serealia Dirjen Tanaman Pangan, Ketua Umum ABI, serta akademisi dari Universitas Pertahanan dan undangan lainnya.

Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi dan meningkatkan produktivitas padi melalui penerapan teknologi budidaya yang tepat dan berkelanjutan, khususnya di lahan sawah sulfat masam yang tersebar luas di Pulau Kalimantan dan beberapa provinsi lainnya di Indonesia.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Penajam Paser Utara, Andi Traso, dalam sambutannya menyampaikan komitmennya untuk meningkatkan produktivitas pertanian di wilayahnya. 

“Kecamatan Babulu telah menjadi sentra lumbung pangan, dan kami berkomitmen untuk meningkatkan produksi pertanian melalui teknologi yang tepat. Dengan tantangan pH tanah yang rendah dan kondisi lahan yang sulit, program ini diharapkan dapat memberikan solusi nyata bagi para petani,” ujar Traso pada Kamis 5 September 2024.

BACA JUGA:

Lahan sulfat masam di Penajam Paser Utara menghadapi sejumlah tantangan, seperti pH tanah yang sangat masam, rendahnya kandungan hara, serta tingginya kandungan pirit dan toksisitas aluminium. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2022, produktivitas padi di wilayah ini hanya sekitar 2-3 ton per hektar, jauh di bawah rata-rata nasional, disebabkan oleh kondisi tanah serta serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti blas, kresek, dan Wereng Batang Cokelat (WBC).

ABI memperkenalkan konsep PROFITISASI pertanian sebagai solusi atas tantangan tersebut. Konsep ini bertujuan untuk menurunkan biaya produksi dan mengurangi risiko kegagalan dengan penerapan teknologi tepat guna seperti biostimulan, pupuk mikro majemuk, pembenah tanah, dan pestisida alami.

Ketua Umum ABI, Gunawan Sutio, dalam sambutannya menyatakan bahwa penggunaan sarana produksi dari industri dalam negeri sangat penting untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing pertanian. 

“Dengan penerapan teknologi yang tepat serta dukungan pemerintah, kami yakin produktivitas padi di lahan sulfat masam dapat meningkat secara signifikan,” ungkap Gunawan.

Selain itu, Brigjen TNI Iswan Gunadi dari Universitas Pertahanan Kementerian Pertahanan turut memberikan pandangan akademis mengenai penerapan teknologi budidaya yang inovatif untuk meningkatkan hasil pertanian. (Adv/Diskominfo PPU)