Rekomendasi saham pekan ini dari IPOT
Ekbis

Ada Sentimen Penurunan Suku Bunga, IPOT Jagokan 4 Emiten Minggu Ini

  • IDX Property naik 4,4% dalam sepekan kemarin seiring dengan sentimen program pembangunan 3 juta rumah yang digagas presiden terpilih Prabowo Subianto dan siap digarap oleh Asosiasi Real Estate Indonesia.
Ekbis
Ferry Cahyanti

Ferry Cahyanti

Author

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 7.520 atau menguat 0,33% dalam seminggu hingga akhir perdagangan, Jumat, 11 Oktober 2024. Saat ini IHSG bergerak konsolidasi dengan range support di level 7400-7500 dan resistance 7600.

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Dimas Krisna Ramadhani menegaskan selama IHSG tidak keluar dari area konsolidasinya saat ini maka IHSG cenderung akan melanjutkan konsolidasinya hingga aliran dana asing mulai masuk Kembali ke IHSG. 

"Jika melihat trend kenaikan yang terjadi pada indeks saham global seperti Dow Jones, S&P500, dan FTSE yang berhasil mencatatkan level tertinggi barunya pada minggu lalu maka IHSG juga berpotensi mengalami kenaikan dalam waktu dekat. Sebagai referensi pada Juli lalu, pergerakan indeks saham global mengalami kenaikan terlebih dahulu baru diikuti oleh kenaikan pada IHSG," terangnya di Jakarta pada Senin, 14 Oktober 2024.

Ia menambahkan sesuai poin yang ada pada Dow Theory menyebutkan bahwa "Indices Must Confirm Each Other" menggambarkan korelasi kinerja antar indeks satu dengan yang lainnya dan jika dihitung secara statistik korelasi pergerakan antara Indeks Dow Jones dengan IHSG sejak April 2020, hasilnya memiliki tingkat kesamaan kinerja bulanan sebesar 68% sepanjang 55 bulan terakhir. 

"Artinya dalam 55 bulan terakhir hanya ada 18 bulan perbedaan kinerja bulanan antara Indeks Dow Jones dan IHSG, sedangkan 37 bulan sisanya kinerja bulanan IHSG dan Dow Jones memiliki korelasi yang positif."

BACA JUGA:

Penguatan IHSG pada pekan lalu 7-11 Oktober 2024 tertopang 2 top gainers yakni IDX Property dan IDX Technology. Dijelaskan Dimas, IDX Property naik 4,4% dalam sepekan kemarin seiring dengan sentimen program pembangunan 3 juta rumah yang digagas presiden terpilih Prabowo Subianto dan siap digarap oleh Asosiasi Real Estate Indonesia.

Prabowo juga berencana untuk menghapus pajak properti atau perumahan yang saat ini sebesar 16 persen. Pajak yang akan dihapus adalah PPN 11% dan BPHTB 5%. Ini menjadi katalis positif bagi sektor properti untuk meningkatkan permintaan terhadap produk perumahan, namun pemerintah juga harus memerhatikan dari sisi daya beli masyarakat yang terus turun sepanjang tahun ini.

"Salah satu caranya dengan membuka lapangan pekerjaan tambahan dan pengurangan jumlah potongan pada penghasilan kelas menengah sehingga daya beli masyarakat dapat bertambah dan berimbas positif terhadap pertumbuhan ekonomi."

Sementara itu, IDX Technology dalam sepekan kemarin naik sebesar 2,42% yang disebabkan penguatan saham Bukalapak setelah rumor akuisisi platform e-commerce China (Temu) terhadap saham BUKA. Diketahui, pada 8 Oktober lalu terjadi transaksi jumbo di Pasar Nego pada saham BUKA, dimana usai transaksi ini salah satu pemegang saham Bukalapak sebelumnya yakni Ant Financial sudah tidak tercatat lagi sebagai pemegang saham BUKA. 

"Perlu diketahui bahwa pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika memblokir aplikasi Temu karena dianggap dapat merugikan UMKM di Indonesia dan akan terus berupaya agar aplikasi e-commerce yang menghubungkan Business dengan Customer (B2C) tersebut tidak dapat masuk ke Indonesia. Sebuah langkah yang positif terhadap perlindungan UMKM di Indonesia yang ujungnya juga akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi dalam negeri."

Sayangnya, IHSG pekan lalu tidak bisa melaju kencang karena tersandera 2 top losers yakni IDX Industrials dan IDX Energy. IDX Industrials turun 0,98% dalam sepekan kemarin yang disebabkan penurunan saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di sektor ini yaitu, ASII. Saham induk grup Astra tersebut melemah 1,46% sepanjang minggu lalu seiring dengan aksi jual yang dilakukan investor asing di saham tersebut. Foreign outflow pada ASII tercatat sebesar Rp156 miliar di pasar regular sepanjang minggu lalu.

Sementara itu, IDX Energy dalam sepekan kemarin turun sebesar 0,77% yang disebabkan penurunan saham-saham energi seperti oil and gas dan batu bara. Sektor energi tersengat sentimen negatif usai pengumuman penundaan stimulus tambahan oleh pemerintah China pada Selasa lalu.

Apabila stimulus ini berjalan maka aktivitas ekonomi di China akan mengalami ekspansi dan kebutuhan akan energi meningkat. Indonesia sebagai salah satu negara eksportir komoditas terbesar ke China akan mendapatkan keuntungan.

"Apabila stimulus kembali berjalan, maka permintaan komoditas energi Indonesia akan mengalami kenaikan seperti batu bara dan minyak mentah dan emiten dalam sektor energi akan mendapatkan keuntungan dalam hal ini," jelasnya.

Adapun tiga sentimen utama yang memengaruhi market pada minggu lalu 7 - 11 Oktober 2024, yakni penundaan stimulus tambahan oleh pemerintah China, inflasi tahunan AS September dan PPI bulanan AS (September).

Terkait sentimen penundaan stimulus tambahan oleh pemerintah China, pada Selasa lalu reli saham-saham di bursa saham China setelah kembali buka dari liburan selama seminggu mulai mereda. Pasalnya pelaku pasar mempertanyakan tekad pemerintahnya untuk menambah lebih banyak stimulus.

"Hal ini terjadi setelah para pejabat perencana ekonomi utama China—Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) mengumumkan tidak memberikan stimulus besar pada konferensi pers pada hari tersebut. Setelah berita ini rilis, indeks saham global mengalami volatilitas yang besar salah satunya indeks Shanghai yang ditutup menguat lebih dari 4% dibandingkan hari sebelumnya, namun turun dalam dari harga pembukaannya karena terjadi gap up."

Selanjutnya sentimen inflasi tahunan AS September, pada Kamis lalu inflasi tahunan AS September tercatat mengalami penurunan ke level 2,4%. Capaian ini lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencatatkan inflasi sebesar 2,5% namun di atas konsensusnya yang sebesar 2,3%.

"Penurunan inflasi ini disebabkan oleh penurunan pada harga bensin. Inflasi AS September menjadi capaian terendah sejak Februari 2021, dan konsisten mengalami penurunan sejak Maret lalu. Target inflasi yang ditetapkan oleh The Fed adalah sebesar 2% di 2024 ini, sehingga capaian inflasi bulan September ini semakin mendekati target The Fed."

Sementara itu terkait sentimen PPI bulanan AS (September), pada Jumat lalu data inflasi AS juga rilis dari sisi produsen. PPI bulanan AS September tercatat tidak mengalami perubahan untuk bulan September meskipun penurunan pada harga bensin. Capaian bulan ini lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,2%.

"Indikator ini juga menjadi indikator yang digunakan The Fed dalam pertimbangan keputusan suku bunga acuannya. Penilaian pelaku pasar terhadap data ini pun sama dengan inflasi tahunan dari sisi konsumen, dimana apabila data yang keluar ternyata hasilnya terlampau rendah maka akan memberikan kekhawatiran terhadap melemahnya kondisi ekonomi AS."

3 Sentimen dan Rekomendasi IPOT Minggu Ini

Berbicara tentang potensi market pada 14-18 Oktober 2024, Dimas mengimbau para trader memantau 3 sentimen, yakni RDG Bank Indonesia, penjualan ritel bulanan AS (September) dana aliran dana asing ke IHSG.

Pertama, sentimen RDG Bank Indonesia, dimana pada Rabu nanti Bank Indonesia akan mengumumkan tingkat suku bunga acuannya dan berdasarkan konsensusnya BI Rate diperkirakan akan kembali turun sebesar 25 basis poin ke level 5,75%.

Keputusan ini sejalan dengan kebijakan yang dijalankan bank sentral global lainnya yang mulai menurunkan suku bunga acuannya seiring dengan tren penurunan inflasi yang terjadi. Sebagai referensi, Indonesia konsisten mengalami disinflasi sejak Maret tahun ini. Hal ini menggambarkan kemampuan daya beli masyarakat yang terus turun. Sebagai langkah antisipatif, BI menjalankan kebijakan moneter ekspansif dengan menurunkan suku bunga acuannya demi memompa roda ekonomi.

Kedua, sentimen penjualan ritel bulanan AS (September), dimana data ini menggambarkan daya beli masyarakat di AS dan menjadi perhatian bagi pelaku pasar seiring dengan kekhawatiran terhadap perlambatan kondisi ekonomi disana.

"Pada Kamis nanti, Penjualan Ritel AS untuk bulan September diprediksi akan mencatatkan pertumbuhan sebesar 0,3% dibandingkan bulan sebelumnya. Selain data inflasi, Penjualan Ritel juga sering menjadi acuan bagi pemangku kebijakan di AS dalam merumuskan kebijakan untuk menjaga stabilitas perekonomian di sana."

Ketiga, sentimen aliran dana asing ke IHSG, dimana sepanjang pekan lalu investor asing mencatatkan outflow dari IHSG sebesar Rp2,3 triliun di pasar regular. Nominal ini menurun dibandingkan periode yang sama pada pekan sebelumnya yang mencatatkan outflow sebesar Rp4,5 triliun di pasar regular.

Dimas menjelaskan fokus investor asing selama 2 minggu terakhir adalah keluar atau melakukan penjualan di BBRI, dimana selama 2 minggu terakhir outflow di BBRI berkontribusi sekitar 60% dari total outflow yang terjadi di IHSG pada pasar regular. Diikuti oleh BBCA dan BMRI yang hanya berjumlah 30% dari total outflow yang terjadi di IHSG. 

"Outflow yang terjadi di BBRI menjadi suatu hal yang diperhatikan pada saham bank pelat merah tersebut, mengingat jika kita tarik data outflow sejak 27 Maret silam dimana BBRI mulai mengalami penurunan dari level tertingginya, investor asing sudah mencatatkan outflow sebesar Rp26 triliun, berbanding terbalik dengan saham BBCA yang sama-sama berada di dalam sektor keuangan. BBCA justru mencatatkan inflow sebesar Rp1,7 triliun di pasar regular sepanjang periode yang sama."

Berkaca pada sentimen-sentimen di atas,  PT Indo Premier Sekuritas yang baru saja meluncurkan Reksa Dana Saham Power Fund Series sebagai inovasi produk baru di platform IPOT Fund untuk menyetarakan akses pasar modal bagi investor kecil dan investor besar, merekomendasikan 3 saham dan 1 Reksa Dana Saham Power Fund Series untuk trading pada minggu ini hingga Jumat, 18 Oktober 2024.

1. Buy on Breakout SMGR (Support 4.210, Resist 4.570). Emiten ini breakout resistance disertai dengan lonjakan volume dow theory dimana volume mengonfirmasi trend/harga sahamnya serta sentimen potensi penurunan suku bunga di Rabu nanti mendorong permintaan semen. Apabila berhasil bertahan di atas 4200 maka SMGR mengalami perubahan trend jangka pendek dari sideways menjadi uptrend.

2. Buy on Pullback ISAT (Support 2.400, Resist 2.700). Sentimen aksi korporasi Stock Split ISAT berpotensi  membuat emiten ini mengalami kenaikan setelah ex-date-nya. Selain itu, emiten ini berada di area support sehingga memiliki risk to reward yang menarik.

3. Buy on Breakout BSDE (Support 1.215, Resist 1.430). Emiten ini tertopang sentimen rencana penghapusan pajak properti dan penurunan suku bunga acuan BI pada Rabu nanti. Rebound dari area support disertai dengan lonjakan volume, BSDE berpotensi untuk melanjutkan penguatan.

4. Buy Reksa Dana Premier ETF IDX30 (XIIF). Produk Reksa Dana Saham Power Fund Series (PFS) ini underlying-nya saham-saham rekomendasi di atas (SMGR, ISAT dan BSDE). Menariknya lagi, Reksa Dana Saham Power Fund Series ini memiliki kinerja yang memuaskan dengan menghasilkan imbal hasil sebesar 11,52% YTD atau jauh melebihi return IHSG yang hanya sebesar 3,41% pada periode yang sama.