Berbagi Berkah Ramadan, PLN Bagikan 59 Paket Sembako untuk Mustahik di Berau
Kabar Ibu Kota

Berbagi Berkah Ramadan, PLN Bagikan 59 Paket Sembako untuk Mustahik di Berau

  • IBUKOTAKINI.COM – Yayasan Baitul Maal PLN melalui Manager PLN UP3 Berau, M Harryadi Poel, secara langsung menyerahkan bingkisan sembako kep
Kabar Ibu Kota
Redaksi

Redaksi

Author

TANJUNG REDEB, IBUKOTAKINI.COM – Yayasan Baitul Maal PLN melalui Manager PLN UP3 Berau, M Harryadi Poel, secara langsung menyerahkan bingkisan sembako kepada salah seorang penerima manfaat warga di Jalan Murjani II, Gang IV, Kecamatan Tanjung Redeb. Penyerahan ini dilaksanakan pada Kamis (6/4/2023) sekira pukul 15.00 wita.

Menurut Haryadi, penyerahan ini merupakan sumbangan dari teman-teman PLN UP3 Berau, yang tergabung melalui Yayasan Baitul Mall (YBM) PLN UP3 Berau. ini merupakan bentuk kepedulian PLN terhadap sesama di bulan penuh berkah ini.

“Benar, ini bentuk kepedulian kami kepada sesama,” katanya.

Ditambahkannya, pihak PLN ingin merayakan bulan kemenangan ini dengan berbagi kepada para mustahik yang ada di kecamatan terdekat terlebih dahulu. Tidak menutup kemungkinan, akan berlanjut ke kecamatan yang jauh.

“Ya ini juga dalam kegiatan baik kemuliaan berbagi bersama bangkitkan negeri,” bebernya.

Untuk sumber dananya sendiri dijelaskannya, merupakan penyisihan zakat 2,5 persen dari penghasilan pegawai PLN yang dikutip setiap bulannya. Pada kesempatan ini, kami bagikan sebanyak 59 paket sembako yang diberikan kepada mustahik.

“Kami berharap bantuan ini bisa meringankan beban saudara kita semua,” tuturnya.

BACA JUGA:

Sementara itu, Suman (40) selaku penerima bantuan menuturkan ucapan terima kasih kepada PLN yang sudah hadir di rumah mereka. menurut Suman, bantuan tersebut cukup meringankan beban perekonomian mereka.

“Alhamdulillah, bantuan ini akan kami pergunakan sebaik mungkin,” ucapnya.

Suman yang hidup bersama istri dan ketiga anaknya di gubuk dengan ukuran 3x5 meter tanpa cat tersebut, sungguh memprihatinkan. Untuk bertahan hidup ia menjadi buruh angkut pasir, dengan pendapatan tidak menentu. Hanya berkisar Rp 50 hingga Rp 80 ribu per bulan. Tentu kebutuhan tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

“Saya bersyukur saja, dengan pendapatan saya. Bisa untuk istri dan anak-anak,” tambahnya.

Ia melanjutkan, dirinya yang kini berumur 40 tahun tersebut, terpaksa menjadi buruh kasar, bahkan dua anaknya terpaksa ia titipkan di pesantren. Untuk anak terkecilnya yang masih berumur 1 tahun, tentu membutuhkan asupan gizi yang layak.

“Belum sekolah, anak saya di rumah ini ada tiga, masih kecil. Bersyukur mendapatkan bantuan dari PLN, semoga rezeki mereka melimpah,” tutupnya. ###