Berikan Pelatihan, Pemred magdalene.co Ubah Perspektif Jurnalis Balikpapan Terkait Gender dan Jurnalisme Konstruktif
Kabar Ibu Kota

Berikan Pelatihan, Pemred magdalene.co Ubah Perspektif Jurnalis Balikpapan Terkait Gender dan Jurnalisme Konstruktif

  • IBUKOTAKINI.COM - Jajaran tim Magdalene.co menyelenggarakan pelatihan dengan tajuk "Perubahan Narasi Gender di Media Lewat Jurnalisme Konstruktif" dengan
Kabar Ibu Kota
Redaksi

Redaksi

Author

IBUKOTAKINI.COM - Jajaran tim Magdalene.co menyelenggarakan pelatihan dengan tajuk "Perubahan Narasi Gender di Media Lewat Jurnalisme Konstruktif" dengan menggandeng Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Balikpapan dan juga mendapatkan dukungan dari United States Agency for Global Media (USAGM) pada Rabu (8/2/2023).

Pemmpin Redaksi dan juga Founder Magdalene, Devi Asmarani, memaparkan dua materi berkaitan dengan Jurnalisme Berperspektif Gender dan Jurnalisme Konstruktif pada kesempatan pelatihan yang tak hanya melibatkan anggota AJI Balikpapan tersebut.

Dihadiri oleh beberapa perwakilan organisasi jurnalis lain, seperti Aliansi Jurnalis Independent (AJI) Balikpapan, Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Balikpapan, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Balikpapan dan juga beberapa wartawan/jurnalis lainnya. 

"Jurnalis memiliki peran penting dalam memberitakan pemerkosaan dan kekerasan seksual, khususnya dalam memengaruhi opini dan kebijakan publik serta memberikan perspektif keadilan sosial dan hak asasi manusia," papar Devi.

Hal ini menjadi penting dikarenakan berita dapat merefleksikan ketimpangan gender dan juga bisa menentang norma/praktik/budaya/tradisi yang melanggengkan ketimpangan gender tersebut dalam waktu yang sama.

"Cara media meliput perempuan atau gender lainnya masih perlu diperbaiki karena sudut pandang masih ada objektifikasi, representasi yang kurang, penggambaran yang seksis atau diskriminatif, penggunaan bahasa yang masih stereotip, laporan kekerasan yang melanggengkan kekerasan, dan perspektif yang masih heterosentris," jelasnya.

BACA JUGA:

Selain itu, wartawan/jurnalis maupun hingga tingkatan redaksi dapat menghindari penggunaan istilah, frasa atau deskripsi fisik jika tidak dibutuhkan, apalagi mengacu pada standar kecantikan tertentu (berkulit putih, berhidung mancung) dan sebagainya.

Penggunaan foto dalam berita juga menjadi perhatian khusus, apalagi media yang kerap menampilkan foto korban pelecehan atau kekerasan seksual, meskipun sudah dikaburkan atau diburamkan. Akan lebih baik jika media menggunakan foto ilustrasi pada pemberitaan serupa.

"Gunakan foto yang berdaya dan tidak mengobjektifikasi," lengkapnya.

Sedangkan, dalam pembahasan Jurnalisme Konstruktif yang dipaparkan Devi, hal tersebut bertujuan menjadi antidote terhadap bias negative di media berita tradisional dengan pemberitaan yang lebih akurat. 

"Juga, merepresentasikan pendekatan yang bertanggung jawab secara sosial, yang tidak hanya melaporkan tentang kehancuran, korupsi, konflik, namun juga progres, pencapaian dan kolaborasi," sebutnya.

Berikan Pelatihan, Pemred magdalene.co Ubah Perspektif Jurnalis Balikpapan Terkait Gender dan Jurnalisme Konstruktif

Ada tiga pilar dalam Jurnalisme Konstruktif yang perlu diperhatikan untuk menjadi acuan penulisan dan teknik peliputan, yakni fokus pada solusi, nuansa dan konteks serta mendorong percakapan demokratis.

Usai pembahasan terkait Jurnalisme Konstruktif, peserta pelatihan juga diminta untuk membentuk kelompok dan membahas isu sosial untuk selanjutnya dipresentasikan.

Sebagai informasi, Magdelene merupakan media yang berfokus perempuan dan menyediakan konten dan perspektif yang inklusif, kritis, memberdayakan dan menghibur.

Oleh karenanya, isu gender yang dipaparkan Devi pada kesempatan tersebut juga merupakan hal yang memang menjadi perhatian pihaknya. 

Dengan melibatkan berbagai media dan wartawan/jurnalis yang ada di Balikpapan, diharapkan pengetahuan yang dibagikan itu dapat diterapkan pada pemberitaan dengan perspektif gender dan jurnalisme konstruktif. ###

 

Penulis: Niken Dwi Sitoningrum