Panen raya padi di beberapa daerah turut mempengaruhi penurunan persentase kemiskinan di Kaltim.  (Arsip)
Ekbis

BPS Kaltim Sebut Penduduk Miskin Turun Karena Faktor Ini..

  • Penduduk Miskin Kaltim 5,17 persen
Ekbis
Hadi Zairin

Hadi Zairin

Author

IBUKOTAKINI.COM – Persentase penduduk miskin di Kalimantan Timur pada awal 2025 menurun 0,34 persen poin dibanding akhir tahun lalu. Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim mencatat jumlah penduduk miskin pada Maret 2025 sebesar 199,71 ribu orang, atau turun 12,2 ribu orang dibandingkan September 2024. 

Namun apabila dibandingkan dengan awal tahun lalu, atau sampai Maret 2024, penurunan penduduk miskin jauh lebih besar, yakni 21,63 ribu orang.  Pada survei ini, BPS Kaltim menggunakan acuan garis kemiskinan per kapita per bulan sebesar Rp866.193 atau Rp4.538.851 per rumah tangga per bulan. 

Kepala BPS Kaltim, Yusniar Juliana, menjelaskan bahwa dinamika ekonomi yang cukup stabil dan peningkatan sektor-sektor produktif menjadi pendorong perbaikan kesejahteraan masyarakat.

"Beberapa indikator utama menunjukkan perbaikan yang signifikan, baik dari sisi pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat, hingga kesejahteraan petani," ujar Yusniar Juliana dalam rilis resmi BPS, Jumat (25/7/2025).

Menurut Yusniar, perekonomian Kaltim pada Triwulan I-2025 tumbuh sebesar 1,07 persen dibandingkan Triwulan III-2024. Pertumbuhan tertinggi tercatat pada sektor perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 7,49 persen.

Selain itu, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh sebesar 6,18 persen, diikuti sektor penyediaan akomodasi dan makanan minum yang meningkat 5,26 persen.

"Peningkatan ini menunjukkan bahwa sektor-sektor yang menyentuh langsung kehidupan masyarakat mengalami kemajuan. Ini tentu berdampak positif terhadap penurunan tingkat kemiskinan," jelasnya.

BACA JUGA:

Nopen Raperda RPJMD 2025-2029, Pertumbuhan Ekonomi Balikpapan Resiliensi Kuat - ibukotakini.com

Selain pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat juga menguat. Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) pada Triwulan I-2025 tercatat sebesar Rp21,02 triliun, naik 3,06 persen dari Rp20,39 triliun pada Triwulan III-2024.

"Ini menjadi indikasi bahwa masyarakat memiliki kapasitas belanja yang lebih baik. Peningkatan konsumsi rumah tangga merupakan cerminan dari ekonomi yang mulai bergerak," tambah Yusniar.

Dari sisi kesejahteraan petani, BPS mencatat peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) dari 139,13 pada September 2024 menjadi 148,93 pada Maret 2025. Sementara itu, Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTPPR) juga mengalami lonjakan dari 191,37 menjadi 210,58.

"Kenaikan NTP ini menunjukkan bahwa pendapatan petani relatif meningkat dibandingkan pengeluaran. Hal ini tentu memperkuat posisi ekonomi petani, terutama di pedesaan," kata Yusniar.

Ia juga mengungkapkan bahwa harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit ikut berkontribusi terhadap kesejahteraan petani. Harga TBS naik signifikan sebesar 19,81 persen, dari Rp2.710 per kilogram pada September 2024 menjadi Rp3.247 per kilogram pada Maret 2025.

BACA JUGA:

APINDO: Hilirisasi dan UMKM Kunci Transformasi Ekonomi Kaltim - ibukotakini.com

Selain itu, adanya panen raya di sejumlah wilayah turut mendongkrak pendapatan petani. Daerah seperti Penajam Paser Utara, Samarinda, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Berau, hingga Kutai Barat melaporkan panen padi yang berhasil. Harga Gabah Kering Panen (GKP) juga mengalami kenaikan dari Rp6.478 menjadi Rp6.500 per kilogram.

"Panen raya ini sangat membantu masyarakat desa dalam memperoleh pendapatan, dan berdampak langsung dalam menekan angka kemiskinan di pedesaan," terangnya.

Dari sisi ketenagakerjaan, Yusniar menyebut bahwa lapangan kerja informal mengalami pertumbuhan signifikan. Jumlah pekerja sektor informal meningkat dari 836.460 orang pada Agustus 2024 menjadi 943.098 orang pada Februari 2025. Sektor pertanian, kehutanan, perikanan, serta akomodasi dan makan minum menjadi penopang utama.

"Meski informal, lapangan kerja ini menjadi penyerap tenaga kerja utama, terutama di daerah rural. Ini menjadi sumber pendapatan yang penting bagi masyarakat berpenghasilan rendah," ujarnya.

BACA JUGA:

Gubernur 'Curhat' ke Kakanwil DJPb, Ini Isinya... - ibukotakini.com

Yusniar menambahkan bahwa upah buruh juga meningkat, meskipun tidak signifikan. Rata-rata upah buruh naik 0,88 persen dari Rp4.400.771 pada Agustus 2024 menjadi Rp4.439.658 pada Februari 2025. Sektor pertambangan, keuangan, dan real estat mencatat kenaikan upah tertinggi.

Terakhir, dari sisi harga kebutuhan pokok, Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami kenaikan dari 106,69 menjadi 107,30. Meski ada tekanan inflasi, namun Yusniar menilai bahwa peningkatan pendapatan masyarakat mampu menjaga stabilitas daya beli.

"Secara keseluruhan, tren indikator ekonomi makro di Kaltim selama periode ini menunjukkan arah positif. Kombinasi dari pertumbuhan ekonomi, konsumsi rumah tangga, peningkatan kesejahteraan petani, dan terbukanya lapangan kerja menjadi faktor penting dalam pengendalian tingkat kemiskinan di Kalimantan Timur," pungkas Yusniar Juliana. ***