
CPO Global Menguat, Harga TBS Petani Kaltim Ikut Meroket
- Kenaikan Harga Sawit Dongkrak Ekonomi Petani Kaltim
Kabar Ibu Kota
IBUKOTAKINI.COM - Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kalimantan Timur kembali menunjukkan tren penguatan dalam beberapa pekan terakhir. Kenaikan ini disambut antusias oleh para petani, terutama mereka yang tergabung dalam kemitraan dengan perusahaan pemilik pabrik kelapa sawit (PKS).
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perkebunan Kalimantan Timur, Andi M. Siddik, mengatakan bahwa lonjakan harga TBS memberikan dampak positif terhadap peningkatan pendapatan petani. “Kenaikan harga ini menjadi angin segar bagi petani sawit kita, karena berpengaruh langsung pada kesejahteraan mereka,” katanya dalam keterangan resmi yang dikutip pada Jumat (17/10/2025).
Menurut Andi, tren kenaikan harga disebabkan oleh penguatan harga crude palm oil (CPO) di pasar global dan meningkatnya permintaan dari industri hilir. Untuk periode 1–15 Oktober 2025, harga rata-rata tertimbang CPO ditetapkan sebesar Rp 14.336,38 per kilogram, sementara kernel mencapai Rp 12.937,69 per kilogram dengan indeks K sebesar 89,06%.
“Faktor global seperti tingginya permintaan ekspor dan terbatasnya pasokan turut menopang kenaikan harga sawit di tingkat petani,” kata Andi.
BACA JUGA:
Akademisi di Kaltim Dukung Nuklir Jadi Energi Baru Terbarukan - ibukotakini.com
Kenaikan harga berlaku untuk seluruh kelompok umur tanaman, dengan persentase bervariasi. Berikut daftar harga TBS sawit di Kalimantan Timur per 1–15 Oktober 2025:
- Umur 3 tahun: Rp 2.965,44/kg
- Umur 4 tahun: Rp 3.160,20/kg
- Umur 5 tahun: Rp 3.181,31/kg
- Umur 6 tahun: Rp 3.216,07/kg
- Umur 7 tahun: Rp 3.235,87/kg
- Umur 8 tahun: Rp 3.259,88/kg
- Umur 9 tahun: Rp 3.330,17/kg
- Umur 10 tahun: Rp 3.369,13/kg
Harga tersebut, jelas Andi, menjadi acuan resmi bagi petani yang telah bermitra dengan PKS di wilayah Kalimantan Timur, khususnya bagi kebun plasma.
Pemerintah daerah mendorong petani untuk terus memperkuat kemitraan dengan pabrik minyak sawit (PMS). Langkah ini diharapkan mampu menekan praktik permainan harga oleh tengkulak dan memastikan harga jual TBS sesuai dengan ketentuan pemerintah.
“Melalui pola kemitraan yang sehat, petani bisa mendapatkan harga yang wajar dan stabil. Ini penting agar kesejahteraan petani sawit dapat terus meningkat,” tutur Andi.
Selain meningkatkan pendapatan petani, kenaikan harga TBS juga diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah penghasil sawit, termasuk wilayah pedesaan di Kutai Kartanegara, Paser, dan Penajam Paser Utara. ***
