Dari Maratua ke Manado
- CTI-CFF berkomitmen untuk melestarikan keanekaragaman hayati yang luar biasa di Coral Triangle untuk kepentingan generasi saat ini dan akan datang.
Ekbis
Catatan Rizal Effendi
HARI Segitiga Karang 2024 atau Coral Triangle Day (CTI) diperingati di Manado. Sekaligus merayakan 15 tahun lahirnya Inisiatif Segitiga Karang untuk Terumbu Karang, Perikanan, dan Keamanan Pangan atau Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF).
Kegiatan ini menyatukan para pemangku kepentingan nasional, regional, dan internasional untuk memperingati kemajuan yang telah dicapai dalam melestarikan kawasan laut dan keanekaragaman hayati terbesar di dunia.
Melalui kolaborasi dan inovasi, CTI-CFF berkomitmen untuk melestarikan keanekaragaman hayati yang luar biasa di Coral Triangle untuk kepentingan generasi saat ini dan akan datang.
Coral Triangle atau Segitiga Terumbu Karang adalah istilah geografis untuk perairan di Indonesia, Malaysia, dan Papua Nugini serta Filipina, Kepulauan Solomon dan Timur Leste, yang kaya akan terumbu karang. Luasnya sekitar 6 juta kilometer persegi.
Kawasan laut di bagian barat Samudera Pasifik ini, merupakan rumah bagi 76 persen spesies terumbu karang dunia, memiliki 15 spesies karang endemik regional (spesies yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia), dan berbagi 41 spesies endemik regional dengan Asia.
Karena CT itu berada di wilayah 6 negara, maka disebut CT6. Mereka bergabung dalam CTI-CFF sejak tahun 2009. Tujuannya bersama-sama mengatasi ancaman terhadap ekosistem laut, pesisir dan pulau-pulau kecil di Kawasan Segitiga Terumbu Karang.
Penyelenggara CTI 2024 adalah Sekretariat Regional CTI-CFF bekerjasama dengan Pemprov Sulut dengan berbagai lembaga termasuk Blue Institute. Kebetulan Founder dan Executive Chairman Blue Institute adalah Nico Barito, duta besar Republik Seychelles untuk ASEAN, termasuk Indonesia. Nico juga ikut menangani program ekonomi biru di Pulau Maratua, Kabupaten Berau.
Karena itu dalam acara CTI di Manado, Nico menghadirkan Pj Gubernur Kaltim Prof Akmal Malik, Bupati Berau Hj Sri Juniarsih Mas serta Dr Meiliana, dan Tri Murti Rahayu serta Tim Percepatan Pembangunan Maratua. Selain itu, juga Kadis Pariwisata Pemprov Kaltim Ririn Sari Dewi dan Karo Adpim Syarifah Alawiyah alias Bu Yuyun.
Nico menjelaskan, Blue Institute menawarkan bagaimana membangun suatu daerah dengan kekayaan alam bawah lautnya, sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat, khususnya bagi pendapatan pemerintah daerah.
Sri Juniarsih bersama Wali Kota Manado Andrei Angouw sempat tampil bersama-sama. Sri memaparkan potensi dan tantangan dalam pengembangan beberapa pulau di wilayahnya terutama Pulau Derawan, Maratua dan lainnya dalam rangka memanfaatkan potensi ekonomi dan pariwisatanya untuk kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
Dalam kesempatan itu, Direktur Eksekutif Sekretariat Regional CTI-CFF, Dr Frank Keith Griffin meluncurkan Coral Triangle Conservation Fund, sebuah badan dana amanah yang didedikasikan untuk menggerakkan dukungan finansial untuk upaya konservasi di wilayah Segitiga Karang.
CTI-CFF juga menandatangani perjanjian kemitraan dengan Deutsche Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ) untuk kolaborasi dan berbagi pengetahuan di bidang konservasi laut.
Perayaan CTI 2024 berlangsung 10 hari sejak 1 sampai 11 Juni. Serangkaian kegiatan dilaksanakan di antaranya Simposium Sains CTI, seminar tentang Peran Perempuan dalam Perikanan, Global Blue Economy Conference, kompetisi foto dan video bawah air Coral Triangle dan berbagai kegiatan lainnya.
“Kami senang menjadi tuan rumah perayaan bersejarah ini di Manado, tempat kelahiran CTI-CFF 15 tahun silam,” kata Dr Frank Keith Griffin.
KE PENGOLAHAN IKAN TUNA
Pj Gubernur Akmal Malik mengaku senang bisa menghadiri CTI di Manado. Kegiatan ini menginspirasi dia dalam pemanfatan kawasan bawah laut berikut terumbu karangnya di wilayah perairan Kaltim termasuk Berau, yang sangat potensial.
Menurut Akmal, pengembangan kekayaan bawah laut memang perlu dikelola dengan profesional. Hanya saja kita perlu masukan dan konsep yang tepat.
“Ya kita dukung program pengembangan kekayaan alam bawah laut. Tapi konsepnya harus tepat dan bisa dilaksanakan,” katanya di depan sejumlah pakar kelautan termasuk dari World Bank dan IMF.
Kadis Pariwisata Kaltim Ririn Sari Dewi mengaku mendapat banyak pelajaran melihat pemanfaatan perairan laut di Manado dalam peningkatan industri kepariwisataan. Siapa yang tak kenal dengan Bunaken, pulau seluas 8,08 kilometer persegi di Teluk Manado. Surga bagi penyelam. “Hal seperti ini sangat mungkin kita lakukan di Derawan, Maratua dan sekitarnya,” kata Ririn.
Peserta CTI sempat diajak meninjau industri PT Samudra Ulam Nusantara (SUN) di Kelurahan Sagerat, Kecamatan Matuari, Bitung. Ini perusahaan Indonesia berkelanjutan untuk ikan tuna beku. Jadi mereka sudah mengikuti standar ekonomi berkelanjutan.
SUN memproses Tuna Frozen menjadi produk “ready to eat.”
Disesuaikan dengan permintaan costumer atau buyer dari berbagai negara. “Aku baru sekali lihat ikan tuna yang besar-besar berikut proses pengolahannya,” kata Bu Mei.
Dia dan rombongan sempat sarapan nasi kuning manado yang dibungkus di daun woka atau lontar.
Tidak seperti di Samarinda, dikemas di daun pisang. Lauknya telur dan ikan cakalang dan sambal roa. Ikan cakalang adalah keluarga ikan tuna dari genus Katsuwonus. “Wah Manado memang asyik,” kata Bu Mei sebelum pulang ke Samarinda, kemarin. ***
(Wartawan senior Kaltim, Walikota Balikpapan 2011-2021)
L