Darurat Penghulu Nikah
Kabar Ibu Kota

Darurat Penghulu Nikah

  • PEKAN lalu saya banyak menghadiri undangan resepsi pernikahan. Bahkan hari Sabtu (9/9) sampai larut malam. Apalagi saya sempat terjebak mac
Kabar Ibu Kota
Bambang Susilo

Bambang Susilo

Author

Catatan Rizal Effendi

PEKAN lalu saya banyak menghadiri undangan resepsi pernikahan. Bahkan hari Sabtu (9/9) sampai larut malam. Apalagi saya sempat terjebak macet luar biasa ketika menghadiri pelantikan Kerukunan Keluarga Pinrang (KKP) di Hotel Platinum. Saya bingung mengatur waktu, padahal ada 5 undangan perkawinan.

Salah satu undangan istimewa  datang dari Bos Kepiting Dandito, Pak Rudy Setiawan. Dia menggelar resepsi pernikahan anaknya di Hotel Novotel. Mulai pukul 13.00 sampai 17.00. Saya benar-benar datang di injury time, hanya tinggal beberapa menit acara bakal berakhir.

Syukur masih sempat. “Alhamdulillah Pak Rizal dan Ibu Arita bisa datang,” kata Pak Rudy  didampingi istrinya, Yuli Setyowati. Putra keduanya, Dandy Aviadien Putra, S.Tr Ds menikahi dr Karina Fitrah Amanda, putri ketiga Ir H Ali Sugiono, M.Sc, MM dan Ibu Hj Gahara Maryati, B.Sc.

Pernikahan mereka berlangsung di Jakarta, 2 September sekalian resepsi untuk sanak kerabat di sana terutama dari keluarga mempelai putri. Baru seminggu kemudian di Balikpapan. “Kami terima kasih semua berjalan lancar,” kata Dandy, yang menyandang gelar sarjana terapan desain.

Dari Novotel saya lanjut ke Grand Tjokro Balikpapan. Di sini ada dua undangan. Salah satunya dari tokoh PDIP, Damuri SH dan istri, Herni Elsafitri. Putranya, Suhaidy Romand, ST menikah dengan Dwi Pratiwi S.Tr.Farm, putri Nurlahi dan Ibu Hj Ratna.  Saya sempat bertemu Ketua dan mantan Ketua PCNU KH Muslih Umar dan KH Muhlasin.

Hari Senin saya nyeberang ke Penajam Paser Utara (PPU). Menghadiri undangan resepsi pernikahan Putra Pramudya Sukmana (putra dari H Sukmanario SE dan Hj Husrina Husain) dengan Mutmainnah R, SH (putri Raup Muin dan Hj Halimah).

Undangan yang datang melimpah. Maklum Pak Raup adalah wakil ketua 1 DPRD PPU. Saya datang bersama anggota DPRD Kaltim Adam Sinte dan Andi Harahap. Mereka bersama istri. Juga pengusaha dan Ketua KKP H Abdul Hakim Rauf dan istrinya, Hj Yusdiana Hakim. Sempat bertemu juga dengan Wakil Gubernur Hadi Mulyadi. Dia sempat menyanyikan dua lagu dan berpantun. Banyak yang memberi apresiasi dan applaus.

Saya senang juga masih banyak yang mengenal saya sebagai mantan wali Kota Balikpapan. Malahan ada yang minta menjadi tim sukses buat saya, yang lagi nyaleg menjadi anggota DPR RI. “Pak Rizal harus sukses menjadi wakil kami di Senayan,” kata Syarifudin, warga Penajam.

Tradisi merayakan pernikahan di PPU sama dengan di Kabupaten Paser. Umumnya digelar hari kerja. Karena di hari libur, Sabtu dan Minggu umumnya banyak yang bepergian. Ada yang berangkat ke Banjarmasin atau ke Balikpapan. Malah sebagian pekerja di PPU rumahnya di Balikpapan. “Kami tiap hari pulang pergi Penajam-Balikpapan, jadi kalau Sabtu-Minggu ya tidak nyeberang,” katanya begitu.

SERING TERLAMBAT
Saya sering menghadiri undangan perkawinan yang acaranya  molor. Undangan pukul 10.00 biasanya baru dimulakan pukul 11.00. Bahkan ada yang sampai pukul 12.00. Salah satu penyebabnya, karena acara akad nikah  dalam sehari. Jadi terlambat satu, ya berlanjut ke urutan berikutnya. Padahal di KUA hanya ada satu penghulu, yang umumnya dirangkap kepala KUA sendiri.

Sudah penghulunya kurang, warga juga tak suka menikah di kantor KUA pada hari kerja. Padahal Kemenag mengampanyekan nikah di KUA. Gratis dan tepat waktu. Mereka maunya pernikahan dirangkai dengan acara resepsi, yang digelar pada hari libur, Sabtu atau Minggu. Jadinya kepala KUA kewalahan dalam mengatur waktu.

“Dilihat dari kebutuhan bisa dibilang saat ini kami memang darurat penghulu,” ujar Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah, Zainal Mustamin seperti dikutip Amanah ummat.co, belum lama ini.

Dia menyebutkan dengan jumlah pernikahan mencapai 1,7 juta pasangan setahun, maka dibutuhkan sekitar 16.263 tenaga fungsional penghulu. Tapi yang tersedia saat ini hanya 9.054 orang. Jadi masih kurang 7.000-an. Itupun jumlahnya yang ada makin menyusut. “Hingga tahun 2027 nanti masih ada 2.383 yang pensiun, jadi makin berkurang lagi,” jelasnya.

Menurut Zainal, kondisi ini memang cukup memprihatinkan. Beberapa penghulu bahkan ada yang harus melayani lebih dari satu KUA kecamatan. Selain pensiun,  juga banyak penghulu yang wafat terutama pada saat pandemi Covid-19 yang lalu.

Kemenag sudah mengajukan permohonan tambahan tenaga fungsional penghulu melalui jalur Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) kepada Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB). Tahun 2023 ini sudah ada 950 yang diterima.  “Tahun depan akan ada lagi.  Yang berminat silakan mempersiapkan diri,” kata Zainal.

H Maman Saputra, wartawan yang pernah dua periode menjadi ketua Washilah P3N Balikpapan mengungkapkan, krisis penghulu terjadi gara-gara penghulu di setiap kelurahan dihapus oleh Menteri Agama. Lalu yang berhak menikahkan hanya Kepala KUA saja, jadi sudah pasti kewalahan.

Washilah P3N adalah wadah silaturahmi penghulu pencatat nikah. Istilahnya semacam organisasi persatuan penghulu. P3N boleh dibilang penghulu swasta karena mereka bukan PNS. Tapi dia boleh menikahkan pasangan dan melakukan pencatatan untuk mendapatkan buku nikah dari KUA.

Untuk mengatasi kelangkaan penghulu, Maman mengusulkan agar peraturan lama dikembalikan, di mana tiap kelurahan ada petugas penghulu anggota P3N. “Dulu malah di Kelurahan Sepinggan, Damai, Karang Rejo, Gunung Sari Ilir, dan Muara Rapak, petugas penghulunya sampai dua orang,” tuturnya.

Kasi Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Balikpapan H Masrivani, S.Ag (sekarang Kasubag TU) dan Kepala KUA Balikpapan Kota H Mustafiin, S.Ag mengakui kekurangan tenaga penghulu juga terjadi di Balikpapan. Di kota ini hanya ada 9  petugas, 6 orang di antaranya merangkap sebagai kepala KUA. 

Jumlah itu tentu saja tidak sebanding dengan kebutuhan. Apalagi jumlah perkawinan di Balikpapan hampir mencapai 5.000 setahunnya. Pihaknya pernah berupaya mempertahankan tenaga P3N yang ada, tapi Pusat tidak menyetujui.

“Ya solusinya harus mau menikah di Kantor KUA di hari kerja sambil menunggu tambahan penghulu baru,” kata mereka.
Berkaitan dengan acara perkawinan, dua mantu saya juga sering terlibat. Ayi dan Shindy. Maklum mereka berprofesi sebagai perias wajah (make-up artist atau MUA) dan penyedia baju pengantin. Ayi dengan benderanya Adeva dan Shindy, Bidury Beauty. Tak jarang sejak subuh mereka sudah harus bertugas agar pengantin siap sebelum acara mulai. “Yang paling berat pergantian baju setelah acara nikah menuju resepsi. Perlu cepat karena tak jarang undangan sudah datang,” kata mereka. Apalagi kalau acara nikahannya terlambat.(*)