logo
Dialog perfilman yang dihadiri aktris senior Yessy Gusman, membahas perkembangan film lokal.
Komunitas Kita

Disparpora Minta Sineas Angkat Tema Budaya Lokal

  • Sineas lokal tidak perlu terburu-buru bersaing dengan film-film produksi luar negeri
Komunitas Kita
Muhammad S.J

Muhammad S.J

Author

IBUKOTAKINI.COM - Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disparpora) Kota Balikpapan mendorong para sineas muda agar menggali lebih dalam kekayaan budaya lokal sebagai sumber inspirasi film, menjelang pelaksanaan Balikpapan Film Festival yang sebentar lagi digelar.

Kepala Disparpora Balikpapan, Cokorda Ratih Kusuma, mengatakan bahwa tema budaya lokal, khususnya yang berkaitan dengan identitas kota pesisir, bisa menjadi kekuatan tersendiri dalam membangun karakter film Balikpapan.

“Melihat Balikpapan sebagai kota pesisir, maka bagaimana nama Balikpapan bisa dikenal melalui karya film, bukan hanya lewat seni tari atau pertunjukan seperti selama ini,” ujar Ratih, Jumat 16 Mei 2025.

Ratih menilai, budaya dan cerita lokal memiliki daya tarik tersendiri dan bisa menjangkau lebih banyak penonton karena menawarkan kedekatan emosional dan orisinalitas.

BACA JUGA:

Sutradara Asal Indonesia Timo Tjahjanto Garap Film Hollywood ‘Nobody 2’

“Kisah lahirnya Balikpapan dari sudut budaya pesisir, misalnya, itu menarik untuk diangkat. Kita bisa mengemasnya secara sinematik, sekaligus memperkenalkan nilai-nilai lokal kepada khalayak luas,” jelasnya.

Ia juga menyebutkan bahwa Disparpora membuka ruang diskusi dan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk pelaku film nasional. Salah satunya dengan Anwar Sadat, pengusaha  yang kini aktif mendukung pengembangan film lokal.

“Kami sudah berdiskusi dengan Bang Anwar Sadat. Harapannya akan muncul kolaborasi antara sineas lokal dan luar daerah, agar ide-ide dari Balikpapan bisa berkembang dan masuk ke layar yang lebih luas,” tambahnya.

Beberapa film karya anak muda Balikpapan sudah mencatat prestasi membanggakan. Di antaranya film dokumenter Save Mangrove yang sempat diputar di Prancis, serta Ikhlas dan Septia yang berhasil tayang di jaringan bioskop nasional.

BACA JUGA:

MT Haryono Kini Hits, Jadi Wisata Kuliner Balikpapan

Disparpora juga memberi ruang apresiasi bagi sineas muda seperti Aqila Nayyara Zake Anwar, pelajar SMP yang telah membuat beberapa film pendek, seperti Kilang, Kunang-Kunang, dan Forest City.

“Ide-ide mereka sangat segar. Kalau diperkaya dengan muatan budaya dan identitas lokal, film mereka bisa menjadi representasi Balikpapan yang kuat di layar,” puji Ratih.

Ratih menegaskan bahwa festival ini tidak hanya menjadi ajang tontonan, tapi juga ruang belajar dan bertukar gagasan antara pembuat film, aktor, dan penonton.

“Kami rutin mengajak sineas muda nonton bareng dan berdiskusi. Ini penting untuk membentuk ekosistem film yang sehat dan saling mendukung,” jelasnya.

BACA JUGA:

CFX Optimistis Dorong Pertumbuhan Industri Kripto

Sementara itu, aktris senior Yesy Gusman yang juga Komisaris Utama Perusahaan Film Negara (PFN), turut hadir dan memberikan pandangan soal perkembangan film di daerah.

Menurutnya, kekuatan film lokal bukan terletak pada efek modern atau teknologi canggih, melainkan pada nilai cerita dan kedekatan dengan budaya masyarakat.

“Saya sebagai penonton dan pecinta film nasional, ingin melihat film yang punya latar belakang kehidupan nyata dan budaya lokal. Itu akan memberi warna yang berbeda dari film kebanyakan,” ujar Yesy.

Ia juga menilai, sineas lokal tidak perlu terburu-buru bersaing dengan film-film produksi luar negeri yang mengedepankan efek visual atau aktor terkenal.

“Film itu nggak harus megah dulu. Yang penting ada nilai, ada cerita, ada rasa. Budaya lokal itu kekayaan yang tak ternilai. Justru di situlah kekuatan kita,” katanya.

BACA JUGA:

Disdikbud Balikpapan Gencar Gaungkan Peningkatan Literasi dan Penguatan P5

Yesy berharap festival film seperti yang diinisiasi oleh Balikpapan bisa terus konsisten digelar dan menjadi rumah bagi tumbuhnya sineas-sineas daerah yang punya visi kuat dan cinta pada budaya sendiri.

“Kalau mau film kita dihargai, mulailah dari mencintai apa yang kita punya. Cerita sendiri, budaya sendiri. Itu yang bikin film kita punya jiwa,” tutupnya. ***