DLH Balikpapan Lakukan Pengurangan Sampah Lewat 330 Bank Sampah
Balikpapan

DLH Balikpapan Lakukan Pengurangan Sampah Lewat 330 Bank Sampah

  • Pemkot Balikpapan berharap budaya memilah sampah bisa tumbuh dari rumah tangga
Balikpapan
Muhammad S.J

Muhammad S.J

Author

IBUKOTAKINI.COM - Upaya mengurangi timbunan sampah di Kota Balikpapan terus dikebut. Pemerintah kota menargetkan pengurangan hingga 50 persen pada akhir tahun ini. 

Salah satu jurus andalan yang dijalankan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) adalah menghidupkan kembali bank sampah di seluruh kelurahan.

Kepala DLH Balikpapan Sudirman Djayaleksana menjelaskan, langkah ini sejalan dengan amanat Perda Nomor 4 Tahun 2022 tentang pengelolaan sampah. Prinsipnya, setiap penghasil sampah bertanggung jawab atas limbah yang mereka hasilkan.

“Bank sampah ini kita galakkan lagi untuk mengurangi sampah dari sumbernya. Sampah itu tanggung jawab masyarakat, jadi harus mulai memilah dari rumah,” ungkap Sudirman, Minggu 2 November 2025.

Menurutnya, target minimal adalah enam bank sampah di setiap kelurahan. Dengan 34 kelurahan yang ada, berarti sedikitnya dibutuhkan 204 bank sampah. Namun capaian Balikpapan justru sudah melampaui target itu.

“Sekarang sudah terbentuk sekitar 330 bank sampah yang aktif dikelola warga. Kalau masyarakat konsisten memilah, beban di TPA Manggar akan jauh berkurang,” imbuhnya.

BACA JUGA:

Pemkot Balikpapan Jaga Stabilitas Harga Pangan Jelang Nataru - ibukotakini.com

DLH menargetkan angka pengurangan sampah mencapai 50 persen hingga akhir 2025. Saat ini, pengurangan baru sekitar 30 persen, atau setara 120 ton dari total 550 ton sampah per hari yang dihasilkan warga Balikpapan.

Selain mengaktifkan bank sampah, pemerintah juga tengah menyiapkan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di setiap kecamatan. Satu TPST sudah beroperasi di kawasan Kota Hijau, sementara dua lainnya sedang dibangun di Kilometer 12 dan Graha Indah.

“TPST itu berfungsi menyaring sampah di tingkat kecamatan sebelum masuk ke TPA. Hanya residu yang benar-benar tak bisa diolah yang akan dikirim ke Manggar,” jelas Sudirman.

Ia menambahkan, pengelolaan sampah bukan hanya soal kebersihan, tapi juga peluang ekonomi. Sampah organik bisa diolah menjadi pupuk kompos, sementara plastik dan bahan non-organik lainnya memiliki nilai jual bagi warga.

“Kalau dikelola dengan benar, sampah itu bisa jadi sumber ekonomi. Misalnya dari kompos, warga bisa nanam sayur di rumah tanpa harus beli lagi,” katanya.

Melalui gerakan bank sampah, Pemkot Balikpapan berharap budaya memilah sampah bisa tumbuh dari rumah tangga dan menjadi bagian dari gaya hidup warga kota.

“Kalau semua peduli, bukan cuma kota jadi bersih, tapi juga muncul nilai ekonomi baru dari hal yang selama ini kita anggap tak berguna,” tutup Sudirman. ***