Dorong Miliki Museum Sejarah, DPRD Balikpapan Gandeng UGM Lakukan Kajian

BALIKPAPAN, IBUKOTAKINI.COM - Melibatkan tenaga ahli dari Universitas Gajah Mada (UGM), DPRD Kota Balikpapan melakukan kajian dan membuat naskah akademik terkait dengan keberadaan museum sejarah melalui Fokus Grup Diskusi (FGD), baru-baru ini. 

Ketua Komisi IV DPRD Kota Balikpapan Doris Eko Ryan Desyanto mengatakan melalui kajian ini diharapkan ada museum sejarah di kota minyak ini. 

“Mudahan di Kota Balikpapan ini ada museum sejarah, dari sebelum terbentuknya Kota Balikpapan, paska kemerdekaan, setelah itu IKN (Ibu Kota Negara, Red),” ujar Doris, ditemui di gedung DPRD Kota Balikpapan, Senin (11/9/2023).

Ia berharap FGD dengan UGM dapat merumuskan kajian yang melibatkan tiga generasi atau tiga periode tersebut. “Semoga bisa dilaksanakan sampai bisa menjadi Perda (Peraturan Daerah),” terangnya.

• Ekonomi Kaltim Membaik, Optimisme Konsumen Agustus 2023 Menguat
• Program DiSAPA Pemkab Kukar Dapat Apresiasi Publik
• IDCloudHost dan BDDC Lakukan Kerja Sama Strategis Guna Tingkatkan Layanan Cloud & Pusat Data

Adapun tujuan dari kajian ini untuk memberi semangat generasi muda. “Banyak sekali situs sejarah yang hilang begitu saja. Seperti rumah di Dahor, Balikpapan Barat. Nah itu kan bagian sejarah Kota Balikpapan,” terangnya.

Ia menilai, selama ini Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan kurang perhatian terhadap nasib cagar budaya dan peninggalan sejarah.

“Mungkin nanti namanya Perda museum atau cagar budaya, biar Bapemperda (Badan Pembentukan Peraturan Daerah) yang merumuskan itu. Kami hanya mengusulkan kajian,” katanya.

Menurutnya, dengan dibangunnya museum sejarah, tentu akan berdampak bagi perekonomian Kota Balikpapan melalui sektor pariwisata.

Selain itu bisa meningkatkan perekonomian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sekitar lokasi museum nantinya.

Ia menyebut, Komisi IV DPRD Kota Balikpapan telah meninjau Yogyakarta yang telah lebih maju bidang pengelolaan museum. “Tapi memang investasinya besar. Di sana ada museum diorama Kota Yogya,” akunya.

“Jadi begitu masuk ke sana bisa tahu, bagaimana sebelumnya ada gempa sebelum Kota Yogyakarta terbentuk. Seakan-akan bisa merasakan suasananya,” ucapnya.

Ia menerangkan, investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan museum seperti di Yogyakarta mencapai sekitar Rp100 miliar.

“Setiap kota kan berbeda-beda. Namun sekarang museum harus dikombinasikan (konsepnya). Kalau hanya museum konvensional, masyarakat juga enggan datang,” katanya.

Dengan demikian, lanjut dia, telah menyarankan kepada para tenaga ahli dari UGM untuk merumuskan pembangunan museum dengan konsep modern, untuk meningkatkan jumlah kunjungan, masa mendatang. (*)