
DPRD Kutai Timur Dukung Pengembangan Pertanian Modern
- Diperlukan strategi baru untuk menarik minat generasi muda agar terjun ke dunia pertanian.
Kutai Timur

IBUKOTAKINI.COM – Upaya untuk mendorong pengembangan sektor pertanian di Kabupaten Kutai Timur menjadi perhatian berbagai pihak. Salah satunya adalah istilah "Petani Milenial" yang sempat digaungkan Menteri Pertanian Indonesia untuk memberikan peluang bagi generasi muda dalam menunjukkan kreativitas di bidang pertanian.
Menanggapi hal tersebut, Anggota DPRD Kabupaten Kutai Timur, Hasbollah, mengaku memiliki pandangan yang sejalan dengan Menteri Pertanian.
Dalam pernyataannya, kondisi sektor pertanian saat ini yang menghadapi berbagai tantangan, termasuk penyusutan lahan dan penurunan minat generasi muda untuk menjadi petani.
"Lahan kita menyusut setiap tahun karena kekurangan petani. Generasi kita rata-rata memilih ke ranah industri, sementara alih fungsi lahan atau komoditas menyebabkan banyak sawah ditanami pisang atau tanaman lainnya," kata Hasbollah di Kantor DPRD Kutim, Kamis, 5 Desember 2024.
Hasbollah menyampaikan keprihatinannya terhadap sektor pertanian yang dianggap tidak menjanjikan oleh banyak pihak, meskipun potensinya besar. Hasil dari sektor ini sebenarnya bisa jauh lebih menguntungkan jika dikelola dengan baik.
"Kenapa? Karena sektor pertanian kita terlihat tidak menjanjikan kesejahteraan. Padahal, kalau dihitung, padi atau sawah itu lebih banyak hasilnya," jelas politisi Partai Golkar tersebut.
BACA JUGA:
Fraksi PPP DPRD Kutai Timur Berikan Masukan Strategis Raperda RPJPD 2025-2045 - ibukotakini.com
Menurut Hasbollah, diperlukan strategi baru untuk menarik minat generasi muda agar terjun ke dunia pertanian. Salah satu langkah yang diusulkan adalah mengubah konsep subsidi pemerintah agar lebih berpihak kepada petani.
"Setiap harga beras naik, pemerintah mengkondisikan operasi pasar agar harga tidak naik. Kapan sejahteranya petani kalau seperti ini? Petani harus dibeli berasnya mahal, pemerintah yang harus mensubsidi. Jangan hanya BBM yang disubsidi dan dinikmati orang kaya," ungkapnya.
Hasbollah mengungkapkan pentingnya perubahan pola pikir dan metode dalam pengelolaan pertanian agar lebih modern dan menarik bagi generasi muda. Keberhasilan negara-negara seperti Jepang dan Thailand dalam mengembangkan industri pertanian.
"Kalau masih pakai cangkul, generasi kita tidak akan tertarik. Ini harus diperbaharui, baik pola pikir maupun strateginya," tegasnya.
Sebagai seorang yang berasal dari keluarga petani, Hasbollah memahami tantangan yang dihadapi para petani, termasuk proses produksi yang panjang dan harga beras yang sering ditekan.
"Saya tahu karena saya juga petani. Harga beras selalu ditekan, sementara produksinya terus meningkat. Kapan petani bisa sejahtera kalau seperti ini? Mindset dan metodenya harus diubah," tutup Hasbollah. (Adv)