
Drum Penyelamat dari Lereng Kaliandra
- Hijau dari Lereng: Kisah Drum Penahan Longsor di Kampung Kaliandra
Kabar Ibu Kota
IBUKOTAKINI.COM - Suara palu dan denting besi bersahut-sahutan siang itu di sebuah lereng di RT 51 Kelurahan Baru Ilir, Balikpapan Barat. Di bawah terik matahari, Firmansyah, pengawas lapangan dari PT Malewa Putra, tampak sibuk merapikan susunan drum berwarna biru yang dipasang berundak di dinding tanah miring. Keringatnya menetes deras, namun senyum tak pernah lepas dari wajahnya ketika sejumlah jurnalis datang menghampiri.
“Jangan disiram siang-siang begini, nanti tanamannya mati,” katanya sembari menahan tawa saat seorang jurnalis memintanya berpose menyiram tanaman. Di balik candanya, ada kesungguhan. Ia tengah merawat sesuatu yang lebih dari tanaman sebuah inovasi sederhana yang menyelamatkan warga dari ancaman bencana.
Nama program itu Drum Eco Shield. Inilah inovasi sosial unggulan dari PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Balikpapan, bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR) di Kampung Baru Ilir Mandiri Indah dan Sejahtera atau yang akrab disebut Kaliandra. Program ini memadukan prinsip ramah lingkungan, mitigasi bencana, dan pemberdayaan warga dalam satu konsep yang unik.
Metodenya sederhana, tapi berdampak besar. Drum bekas berukuran 200 liter yang sebelumnya digunakan menampung garam dalam proses produksi kilang dibelah dua dan ditanam di lereng-lereng yang rawan longsor. Bagian atasnya ditanami tanaman seperti terong, tomat, vetiver, dan kaliandra, tanaman berakar kuat yang mampu menembus tanah hingga dua meter.
“Akar tanaman itulah yang membantu mengikat tanah agar tidak mudah longsor,” tutur Firmansyah pada Jumat, 10 Oktober 2025.
Program ini lahir dari kepedulian terhadap kondisi geografis Balikpapan. Sekitar 85 persen wilayah kota ini berupa perbukitan dengan rata-rata kemiringan 20 persen. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat, sejak 2024 hingga 2025 terjadi 144 kejadian longsor dan pergerakan tanah di berbagai titik. Kawasan Kaliandra bahkan sudah empat kali mengalami longsor.

“Awalnya kami khawatir karena tanggul kayu di sini sudah mulai lapuk. Kalau dibiarkan, bisa saja tanah di atas menimpa bangunan TK di bawahnya,” ucap Denny Saputra Ramadhan, Officer II CSR & SMEPP PT KPI Unit Balikpapan. Kekhawatiran itu menjadi pemicu lahirnya ide Drum Eco Shield.
Berbeda dengan Dinding Penahan Tanah (DPT) konvensional dari beton atau kayu, sistem ini lebih fleksibel dan ramah lingkungan. “Asal pemasangannya benar, kekuatannya bisa melebihi dinding beton. Kami pasang 32 drum untuk satu bidang, lengkap dengan rangka besi dan cor penahan,” jelas Firmansyah. Selain kuat, metode ini juga hemat biaya dan memanfaatkan limbah industri yang aman.
Yang menarik, setiap drum bukan hanya berfungsi menahan tanah, tapi juga menjadi wadah pertanian kecil. Di antara deretan drum biru itu, tumbuh subur sayuran hijau, markisa yang menjalar di dinding, serta bunga yang mempercantik lereng.
“Kami ingin bukan hanya aman dari longsor, tapi juga hijau dan bermanfaat,” tambahnya.
Langkah PT KPI Unit Balikpapan tak berdiri sendiri. Program ini menggandeng kontraktornya, PT Malewa Putra, untuk turut serta dalam tanggung jawab sosial. “Kontraktor tidak hanya mengambil keuntungan dari proyek pembesaran kilang atau RDMP, tapi juga berkontribusi pada masyarakat,” kata Denny.
Ketika tim jurnalis tiba di lokasi, mereka disambut oleh kelompok Warga Siaga Sehat (WASIAT) Sejahtera 51 komunitas warga binaan Pertamina yang kini mengelola area urban farming Kaliandra. Di depan lorong hijau menuju lokasi, tanaman toga dan pakcoy tumbuh rapi di sepanjang dinding. Di antara mereka tergantung papan bertuliskan kalimat motivasi:
“Dari tanah kita tumbuh, dari alam kita belajar.”

Kawasan yang dulu dikenal rawan longsor kini berubah wajah menjadi kampung hijau yang produktif. Di balik perubahan itu, ada sosok Muhammad Yusuf, Ketua RT 51 yang juga Ketua Program Kampung Iklim (ProKlim) Baru Ilir. Yusuf menjadi penggerak utama yang menyatukan warga, perusahaan, dan pemerintah dalam semangat kolaborasi.
“Kaliandra dulu kami kenal sebagai wilayah rawan bencana, tapi sekarang jadi tempat belajar bersama. Kami menanam, memanen, dan menjaga lingkungan,” kata Yusuf.
Ia menyebutkan, warga kini sudah memiliki usaha kecil hasil olahan kebun seperti minuman herbal dan camilan sehat.
“Pendapatan keluarga bertambah, dan yang lebih penting kami jadi peduli lingkungan,” ujarnya.
Program Kaliandra kini menjadi ekosistem berkelanjutan yang memadukan tiga kekuatan: kelompok WASIAT, Kelurahan Tangguh Bencana (KATANA), dan ProKlim dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Pertamina berperan sebagai mitra yang mendampingi dari sisi inovasi dan keberlanjutan.
Selain memperkuat mitigasi longsor, program ini juga memperindah kawasan dan memperkuat rasa kebersamaan warga.
“Kalau dulu tanah ini gundul, sekarang jadi tempat yang hijau dan produktif. Anak-anak TK pun bisa belajar tentang tanaman dan pentingnya menjaga alam,” tutur Yusuf.
Kepala BPBD Balikpapan turut mengapresiasi inisiatif tersebut.
“Secara geografis, Balikpapan memang berbukit dan rawan longsor. Program seperti Drum Eco Shield ini sangat membantu. Apalagi ditanami sayur mayur, manfaatnya bisa langsung dirasakan warga,” ujarnya.
Kini, dari lereng yang dulu menakutkan, tumbuh harapan baru. Drum-drum biru itu menjadi saksi inovasi dan kepedulian bisa berjalan beriringan. Bahwa dari bahan bekas yang dianggap limbah, lahir perlindungan bagi manusia dan alam.
Di bawah sinar matahari sore, Firmansyah kembali memeriksa drum satu per satu, memastikan setiap tanaman tumbuh dengan baik. Muhammad Yusuf melangkah di belakangnya, menatap bukit hijau yang dulu rawan bencana kini berubah menjadi kebun harapan.
“Dulu kami takut setiap hujan turun. Sekarang, setiap tetes hujan menyuburkan tanah,” tukas Yusuf pelan. ***
