
Ekonomi Masih Lesu! Blue Sky Hotel Perkuat Sektor FnB
- Meskipun banyak hotel di Balikpapan, Blue Sky Hotel tetap berkomitmen untuk terus berinovasi, terutama dalam mengembangkan sektor F&B yang telah dikenal luas oleh masyarakat.
Kabar Ibu Kota
IBUKOTAKINI.COM - Blue Sky Hotel Balikpapan tengah beradaptasi dengan situasi ekonomi yang melambat di tahun 2025, salah satunya dengan memperkuat sektor makanan dan minuman (Food and Beverage/F&B) sebagai salah satu langkah strategis untuk bertahan.
Manajer Umum Blue Sky Hotel Balikpapan, Firman Tamin, mengungkapkan bahwa penurunan tingkat hunian hotel sejak awal tahun ini sangat terasa.
Salah satu penyebabnya adalah kebijakan efisiensi serta berkurangnya aktivitas di Ibu Kota Nusantara (IKN), yang sebelumnya memberikan dampak positif bagi okupansi hotel di Balikpapan.
"Sejak awal tahun, okupansi hotel kami mengalami penurunan. Hal ini dipengaruhi oleh berkurangnya kegiatan di IKN yang biasanya mendorong jumlah kunjungan. Kami harus berinovasi agar tetap eksis di tengah tantangan ekonomi ini," terang Firman saat jumpa pers, Senin 28 April 2025.
BACA JUGA:
Firman menyatakan, meskipun banyak hotel di Balikpapan, Blue Sky Hotel tetap berkomitmen untuk terus berinovasi, terutama dalam mengembangkan sektor F&B yang telah dikenal luas oleh masyarakat.
Inovasi ini menjadi salah satu kunci bertahan di tengah ketatnya persaingan dan lesunya pasar pariwisata serta bisnis korporat.
"Fokus kami sekarang adalah memperkuat sektor F&B dan menawarkan paket-paket menarik yang ditujukan untuk pasar domestik, terutama keluarga dan wisatawan individu.
Pimpinan baru hotel tertua di Balikpapan tersebut berharap ini bisa mendorong lebih banyak tamu lokal untuk datang.
BACA JUGA:
https://ibukotakini.com/read/ada-ikn-jumlah-wisatawan-balikpapan-capai-64-ribu-orang
Untuk menghadapi penurunan okupansi yang cukup signifikan, Blue Sky Hotel Balikpapan juga memanfaatkan sinergi dengan unit bisnis lain di bawah Blue Sky Group, seperti Decafe, Mantau, serta jaringan lounge yang tersebar di Jakarta, Balikpapan, dan Samarinda.
Sinergi ini bertujuan untuk memperluas pasar di tengah lesunya pasar korporat dan pemerintahan yang selama ini menjadi sumber utama okupansi.
"Sinergi dengan unit bisnis lain ini memberikan kami kekuatan lebih untuk memperluas pasar, meski pasar korporat dan pemerintahan sedang lesu," tambah Firman.
Selain itu, Blue Sky Hotel juga berkomitmen untuk memberikan pengalaman menyeluruh bagi tamu dengan berbagai fasilitas, termasuk layanan kamar yang nyaman dan pilihan kuliner beragam.
Dengan fokus pada sektor F&B, diharapkan tamu dapat menikmati lebih banyak pilihan, yang akan memperkuat daya tarik hotel.
Firman berharap, seiring dengan berjalannya pembangunan IKN dan meningkatnya mobilitas, Balikpapan sebagai kota penyangga dapat merasakan dampak positif dari proyek besar tersebut.
"Blue Sky Hotel pun siap menyambut peluang yang datang," tegasnya.
Sebelumnya, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Balikpapan, Sugianto, mengatakan bahwa kondisi ekonomi yang lesu saat ini membuat tingkat okupansi hotel di Balikpapan rata-rata berada di bawah 30 persen.
"Ini jauh dari batas minimal operasional sebesar 40 persen," ungkapnya.
Ia menilai situasinya lebih sulit dibandingkan masa pandemi. Menurutnya, pada masa pandemi, hotel masih bisa bertahan berkat alih fungsi sebagai fasilitas karantina.
"Namun sekarang, meski ada libur panjang seperti Idul Fitri dan Jumat Agung, tingkat okupansi tetap rendah," ujar Sugianto.
PHRI mencatat penurunan signifikan sejak awal 2025, seiring dengan berkurangnya kunjungan pejabat pusat ke Balikpapan.
"Kunjungan pejabat pusat, termasuk Presiden, biasanya sangat membantu mendorong okupansi hotel. Namun saat ini, kegiatan semacam itu sudah sangat berkurang," tutupnya. ***
