
Emas Dunia Cetak Rekor, Saham Tambang Berpeluang Menguat
- Harga emas global kembali cetak rekor di USD 3.595 per troy ounce, dipicu ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed
Ekbis
IBUKOTAKINI.COM - Harga emas global kembali mencetak rekor tertinggi di USD 3.595 per troy ounce, didorong ekspektasi pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat. Kondisi ini diperkirakan memberi angin segar bagi sektor pertambangan emas di Indonesia serta memicu potensi aliran modal ke pasar domestik.
Permintaan emas kian meningkat seiring ketidakpastian global, mulai dari isu tarif dagang Trump, independensi The Fed, hingga data ketenagakerjaan AS yang melemah. Non-Farm Payroll (NFP) Agustus hanya tumbuh 22 ribu, jauh di bawah konsensus 75 ribu, dengan tingkat pengangguran naik ke 4,3% tertinggi sejak 2021.
“Dengan mempertimbangkan faktor domestik dan eksternal, secara teknikal IHSG pekan ini diproyeksikan bergerak bervariasi cenderung menguat dengan support di 7.680 dan resistance di 8.000,” ucap Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Imam Gunadi, Senin (8/9/2025).
BACA JUGA:
Hati-Hati Investasi Bodong, Obligasi Pemerintah Lebih Pasti dan Terjamin - ibukotakini.com
Imam menilai saham-saham berbasis emas berpotensi melanjutkan momentum penguatannya.
“Sentimen utama datang dari melemahnya data tenaga kerja AS yang meningkatkan peluang pemangkasan suku bunga The Fed, serta penguatan harga emas global,” jelasnya.
Rekomendasi IPOT antara lain:
- MDKA: Buy on breakout di 2.680, target 2.950, stop loss <2.570
- ANTM: Buy on breakout di 3.480, target 3.720, stop loss <3.360
- TLKM: Buy di 3.150, target 3.350, stop loss <3.050
Selain itu, IPOT juga merekomendasikan akumulasi obligasi pemerintah seri FR0100 dan FR0091, yang dinilai masih menawarkan yield menarik di tengah ekspektasi pelonggaran moneter global.
Fundamentalisme Domestik Masih Kokoh
Meski pekan lalu IHSG sempat tertekan hingga terkoreksi intraday lebih dari 3,5% akibat faktor politik domestik, fundamental ekonomi dalam negeri tetap solid. Inflasi Agustus tercatat 2,31% yoy, masih sesuai target Bank Indonesia (2,5% ±1%). Sementara itu, PMI Manufaktur kembali ekspansif di level 51,5 setelah empat bulan kontraksi.
Kondisi ini menjadi sinyal positif bagi investor. “Kombinasi ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, inflasi domestik yang terkendali, serta perbaikan sektor manufaktur memberikan katalis kuat bagi pasar,” tutup Imam. ***
