Harga Naik 0,60%, BI Petakan Risiko Inflasi Nataru
Balikpapan

Harga Naik 0,60%, BI Petakan Risiko Inflasi Nataru

  • BI Waspadai Lonjakan Permintaan Nataru
Balikpapan
Bunga Citra

Bunga Citra

Author

IBUKOTAKINI.COM - Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Balikpapan pada November 2025 kembali mencatat inflasi. Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi bulanan mencapai 0,60% (mtm), sementara secara tahun kalender berada di 1,98% (ytd). Secara tahunan, inflasi tercatat 2,31% (yoy), masih berada dalam rentang sasaran inflasi nasional 2025 sebesar 2,5% ±1%.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, Robi Ariadi, menjelaskan capaian inflasi tahunan Balikpapan lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (2,72% yoy), namun sedikit lebih tinggi dari gabungan empat kota di Kalimantan Timur (2,28% yoy). 

Kelompok Transportasi menjadi penyumbang inflasi tertinggi dengan andil 0,26% (mtm). Komoditas angkutan udara mencatat kenaikan paling signifikan, seiring meningkatnya permintaan tiket terutama pada rute Balikpapan–Surabaya (BPN-SUB) dan Balikpapan–Makassar (BPN-UPG). 

“Peningkatan aktivitas perjalanan dinas pemerintah maupun swasta memperkuat tekanan harga di sektor ini,” katanya pada Rabu 3 Desember 2025.

Selain itu, empat komoditas lain ikut mendorong inflasi. Di antaranya, emas perhiasan, seiring kenaikan harga emas global dan meningkatnya permintaan; Kacang panjang, terdampak berkurangnya pasokan akibat tingginya curah hujan; Sigaret Kretek Mesin (SKM), naik akibat keterlambatan pasokan distributor, dan tomat, yang mengalami penurunan produksi di sentra Jawa dan Sulawesi.

BACA JUGA:

Menghadapi Inflasi–Deflasi: 5 Investasi Paling Stabil - ibukotakini.com

Di tengah tekanan inflasi, beberapa komoditas mencatat deflasi. Kelompok Perlengkapan, Peralatan, dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga menjadi penyumbang deflasi dengan andil -0,01% (mtm).

Lima komoditas penyumbang deflasi terbesar adalah daging ayam ras, didukung masuknya pasokan ayam beku dari Jawa dan ketersediaan ayam segar, ikan layang, seiring meningkatnya tangkapan nelayan, air kemasan, turun berkat kebijakan perusahaan meningkatkan pasokan jelang Nataru, baju muslim wanita, terdorong diskon peritel untuk menghabiskan stok lama; beras, yang mulai turun berkat lancarnya pasokan premium dari Jawa dan Sulawesi.

Sementara itu, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) juga mencatat inflasi 0,14% (mtm) pada November 2025. Inflasi tahunan berada pada level 2,45% (yoy) masih dalam batas sasaran inflasi nasional.

Robi menyebut, inflasi PPU didorong oleh kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dengan andil 0,08% (mtm). Komoditas hortikultura seperti tomat, kacang panjang, buncis, dan sawi hijau mengalami kenaikan akibat penurunan produksi pada musim hujan. 

BACA JUGA:

Jaga Harga Pangan Jelang Nataru, Pemerintah Percepat Penyaluran CBP - ibukotakini.com

“Sementara emas perhiasan naik mengikuti tren nasional dan global,” terangnya.

Adapun komoditas penyumbang deflasi di PPU antara lain Daging ayam ras, Ikan tongkol dan ikan layang, beras dan kelapa karena meningkatnya produksi lokal.

Robi menambahkan dalam hal ini BI mewaspadai risiko inflasi musim hujan dan lonjakan permintaan Nataru.

“Inflasi ke depan berpotensi dipengaruhi oleh beberapa risiko, khususnya puncak musim hujan pada akhir 2025 yang dapat mengganggu produksi hortikultura, dan risiko banjir di wilayah Balikpapan, PPU, dan sentra produksi luar daerah,” tandasnya.

Lanjut Robi, peningkatan permintaan pangan jelang Nataru, dan penguatan keyakinan konsumen yang meningkatkan konsumsi.

“Bank Indonesia memastikan koordinasi akan terus diperkuat melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) untuk menjaga inflasi daerah berada dalam target 2,5% ±1% pada 2025,” pungkasnya. ***