
IHSG Loyo Tipis, Investor Wait-and-See Jelang Libur Idul Adha
- Beberapa sentimen eksternal masih membayangi pergerakan pasar
Ekbis
IBUKOTAKINI.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup pekan lalu dengan pelemahan terbatas sebesar -0,53%, turun dari level 7.231 ke 7.175. Meskipun tertekan, investor asing masih mencatatkan net buy sebesar Rp149,3 miliar di pasar reguler, menunjukkan masih adanya kepercayaan investor luar terhadap pasar modal Indonesia.
Sektor healthcare menjadi penopang utama dengan penguatan +1,95%, didorong oleh kekhawatiran akan potensi lonjakan kasus Covid-19. Sebaliknya, sektor teknologi menjadi pemberat terbesar dengan pelemahan -1,97%, akibat kejatuhan saham $GOTO yang turun lebih dari 11%.
Menurut Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Indri Liftiany Travelin Yunus, pelaku pasar akan cenderung berhati-hati pekan ini karena perdagangan hanya berlangsung empat hari (2–5 Juni) akibat libur Hari Raya Idul Adha.
“Market akan wait-and-see karena risiko kejutan selama long weekend cukup besar, apalagi ditambah isu-isu global yang belum jelas arah kebijakannya,” katanya pada keterangannya Senin, 2 Juni 2025.
Beberapa sentimen eksternal masih membayangi pergerakan pasar, seperti putusan Mahkamah Perdagangan Internasional AS yang menyatakan tarif era Donald Trump sebagai ilegal, serta rencana Trump menaikkan tarif baja dan aluminium menjadi 50%.
BACA JUGA:
Indeks Bisnis UMKM BRI: Kinerja Terus Tumbuh dan Tetap Optimis - ibukotakini.com
Di sisi lain, mundurnya Elon Musk dari penasihat Gedung Putih dan kabar belum terkonfirmasi soal pengunduran diri Ray Dalio juga ikut mengguncang sentimen global.
Investor juga tengah menanti sejumlah data ekonomi penting dari Amerika Serikat, seperti:
- Non-Farm Payrolls (diprediksi turun ke 130 ribu dari 177 ribu),
- Job Openings (JOLTs) (turun ke 7,05 juta),
- Initial Jobless Claims (turun tipis ke 235 ribu),
- dan S&P Global Manufacturing PMI yang diperkirakan naik ke 52,3.
Domestik: PMI Membaik, Surplus Dagang Menyusut
Dari dalam negeri, pelaku pasar menantikan data PMI Manufaktur Mei yang diprediksi naik ke 48,3 dari bulan sebelumnya 46,7. Namun, neraca dagang April diperkirakan tetap surplus tetapi menyusut tajam ke US$2,75 miliar dari sebelumnya US$4,33 miliar. Disinflasi juga diprediksi terjadi ke 1,9%, sedikit lebih rendah dari bulan sebelumnya di 1,95%.
IPOT memproyeksikan IHSG akan bergerak variatif cenderung menguat dengan level support di 7.140 dan resistance di 7.320.
“Dengan banyaknya sentimen global dan waktu perdagangan yang pendek, pekan ini akan jadi ujian bagi pelaku pasar untuk tetap cermat dan disiplin dalam melihat peluang,” tutup Indri. ***