logo
Ilustrasi Lansekap Balikpapan
Bisnis

Industri MICE di Balikpapan Butuh Stimulus

  • Acara pertemuan di hotel masih dilarang 

Bisnis
Ferry Cahyanti

Ferry Cahyanti

Author

IBUKOTAKINI.COM – Para pelaku usaha di bidang pariwisata dan MICE di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur mengharapkan stimulus dari pemerintah. Sejak kebijakan pembatasan dilakukan 20 Maret 2020 hingga saat ini, pelaku usaha ini lumpuh.

Industri MICE meliputi perhotelan, wedding organizer dan turunannya seperti katering, rias pengantin, jasa fotografi, pembuatan taman, dan sebagainya.

Ketua Badan Promosi dan Pariwisata Daerah (BPPD) Kota Balikpapan, Soegianto menggambarkan kondisi saat ini bisa disebut, “situasi terparah sepanjang sejarah bisnis jasa perhotelan dan restoran di seluruh dunia, termasuk di Balikpapan,” ujarnya.

Di Balikpapan, terang Soegianto, sedikitnya ada 13 hotel bintang hingga melati dengan pekerja lebih 1.000 orang yang terpaksa “stop sementara” beroperasi. Ada yang tutup total, tutup 50 persen hingga merumahkan karyawannya.

Ke-13 hotel itu, antara lain Hotel Le Grandeur, Blue Sky, Bahtera dan Adhika Bahtera, Swissbell hingga Hotel Jatra. “Saat ini manajemen hotel dan restoran berupaya sangat keras supaya tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK),” ucapnya.

Sejak Juni 2020, kata Diretur Operasional Hotel Platinum ini. Kondisi new normal atau adaptasi kebiasaan baru, memang sedikit melegakan. Pihak hotel yang ketat menerapkan aturan protokol kesehatan, secara bertahap mulai kembali melayani para tamu dan pelanggan. Itupun, baru jasa menginap (kamar), belum ke jasa lainnya seperti MICE dan wedding.

Kondisi normal 100 persen, diakui Soegianto masih sulit dilaksanakan pihak hotel, karena kebijakan pembatasan dari pemerintah pusat dan daerah. Misalnya, rapid tes dan tes swab corona bagi warga luar Kaltim yang masuk lewat pintu Balikpapan, dipandangnya juga jadi salah satu kendala untuk mendongkrak bisnis hotel dan restoran.

Selain itu, stimulus yang diberikan pemerintah, dinilainya juga tidak banyak berpengaruh pada operasional. “Kebijakan tanpa denda 6 bulan pajak, beban fix cost listrik dan gaji karyawan, serta biaya lainnya masih cukup memberatkan,” paparnya.

Solusinya, pihak hotel dan restoran yang wajib bangkit menyambut new normal, kini menerapkan berbagai strategi. Seperti memberikan diskon atau potongan harga bagi para tamu, serta jasa free pengantaran bagi pesanan makanan ke pelanggan. Hingga saat ini, jasa hotel dan resto di Kaltim memang mulai menggeliat, meski belum pulih seratus persen.