Ilustrasi
Tekno

Ini Langkah Antisipasi Orang Tua Agar Anak Tak Terpapar Dampak Negatif Internet

  • Penggunaan gawai yang meluas membuat orang tua harus menyiapkan langkah antisipasi agar anak-anak tidak terpapar dampak negatif yang dapat muncul. Pencurian identitas secara online hingga akses konten yang tidak sesuai dengan umur menjadi ancaman yang mungkin saja bisa menerpa anak-anak saat berselancar di dunia maya.

Tekno
Admin

Admin

Author

JAKARTA—Penggunaan gawai yang meluas membuat orang tua harus menyiapkan langkah antisipasi agar anak-anak tidak terpapar dampak negatif yang dapat muncul. Pencurian identitas secara online hingga akses konten yang tidak sesuai dengan umur menjadi ancaman yang mungkin saja bisa menerpa anak-anak saat berselancar di dunia maya.

Sebuah survey global yang dilakukan oleh Kaspersky menyebutkan bahwa lebih dari dua pertiga orang tua setuju bahwa anak-anak memiliki kesadaran penuh akan risiko berselancar di dunia maya. Hanya saja, beberapa orang tua lebih suka berada di zona aman daripada memercayai penilaian anak mereka.

Orang tua pun menyadari bahwa anak-anak yang berusia antara 7-12 tahun mengakses layanan digital yang sama dengan orang tuanya, seperti situs web streaming video atau fasilitas digital lainnya. Para orang tua pun ingin berkomunikasi dengan anak-anak mereka tentang cara mengurangi bahaya yang mungkin terjadi.

Terdapat temuan menarik bahwa beberapa orang tua modern beranggapan bahwa menjaga keamanan saat berselancar di internet adalah tindakan yang efektif. Oleh karena itu, dua pertiga (67%) dari orang tua setidaknya menyetujui bahwa anak-anak mereka sepenuhnya menyadari risiko online. Namun, di samping percakapan yang bermakna ini, orang tua dapat didorong untuk mengambil pendekatan yang lebih proaktif dalam mengetahui apa yang telah dilakukan anak-anak mereka secara online.

Misalnya, setengahnya memeriksa secara manual perangkat anak-anak mereka - seperti meninjau riwayat pencarian browser setelah digunakan. Ini bisa disebabkan oleh anak mereka yang sebelumnya menyembunyikan aktivitas internet mereka atau tidak mematuhi nasihat orangtuanya. Beberapa orang tua menggunakan teknik digital grounding dengan melarang anak-anaknya menggunakan perangkat jika mereka melakukan kesalahan. Setengah (52%) dari orang tua juga menetapkan batas waktu untuk anak-anak mereka menggunakan perangkat yang terhubung ke internet.

Lebih dari sepertiga (35%) orang tua juga sudah menginstal pemantauan orang tua (parental control)  pada perangkat anak-anak mereka untuk membatasi dan memperketat penggunaan internet atau detil penelusuran lainnya. Hampir sepertiga (30%) orang tua menggunakan fasilitas pemantauan orangtua bawaan, seperti yang ditemukan di konsol video game, untuk menjaga anak-anak mereka aman. Demikian pula, 30% juga menggunakan pengaturan dalam router Wi-Fi keluarga untuk mematikan akses internet setelah periode waktu yang ditentukan.

“Karena hampir setiap anak-anak sekarang memiliki akses ke perangkat yang terhubung ke internet, ada kemungkinan mereka akan menemukan konten yang tidak pantas atau berisiko memiliki ancaman online - seperti modus grooming ataupun pencurian identitas. Penelitian kami menunjukkan bahwa orang tua cukup menyadari bahwa percakapan dan nasihat mungkin tidak selalu cukup untuk memastikan anak-anak mereka menghargai risiko potensial dari menjelajah internet, banyak orang tua juga bahkan menggunakan aplikasi untuk mengontrol konten dan penetapan waktu yang dihabiskan di perangkat. Kami mendorong orang tua untuk menempatkan asumsi apa pun yang mereka miliki tentang kebiasaan online anak-anak mereka pada sudut pandang tepat, berdialog terbuka dengan anak-anak mereka tentang perlunya mengontrol kegiatan digital dan keamanan internet karena konten berbahaya adalah salah satu hal yang sangat mungkin mereka temukan saat menjelajah dunia daring” kata Marina Titova, Head of Consumer Product Marketing di Kaspersky.

Untuk membantu orang tua melindungi anak-anak dan anggota keluarga lainnya dari ancaman online, Kaspersky merekomendasikan:

  1. Adopsi pemblokiran perangkat otomatis untuk membantu mengontrol waktu yang dihabiskan anak Anda di komputer, ponsel cerdas, atau tablet mereka. Dengan ini, Anda dapat menghentikan anak-anak dari menghabiskan seluruh waktu luang mereka di depan layar dan dapat mengatur jumlah waktu yang sesuai
  2. Media sosial merupakan bagian dari ruang pribadi anak, sehingga pemantauan perilaku online dapat dianggap sebagai pelanggaran privasi, hal ini terutama terjadi di kalangan anak-anak yang berusia lebih tua. Anda cukup meminta keterlibatan demi mendapatkan pemahaman yang baik akan minat mereka dan sekaligus membangun hubungan lebih dekat
  3. Para anak-anak tidak begitu sering untuk membicarakan konten media sosial mereka dengan orang tua. Hal terbaik yang harus dilakukan adalah mendiskusikan bagaimana mereka menggunakannya, tanpa mengkritik atau menekan, dan memberikan saran mengenai cara menjaga ketika menjalin pertemanan atau koneksi baru
  4. Memanfaatkan layanan yang disediakan oleh pihak ketiga.