Ronjok Sayak (pariwisataindonesia.id)
Tren

Inilah Sejumlah Tradisi Menyambut Lebaran di Indonesia

  • Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi lebaran yang unik, sesuai dengan budaya dan kepercayaan yang telah diwariskan secara turun-temurun. Bahkan, di balik setiap tradisi lebaran tersimpan makna yang sangat berharga dan mendalam
Tren
Redaksi Daerah

Redaksi Daerah

Author

JAKARTA - Lebaran atau idulfitri adalah momen penting bagi semua umat muslim di dunia, termasuk di Indonesia. idulfitri pun disambut penuh kebahagiaan. Bahkan, di hari raya Idulfitri sendiri memiliki tradisi uniknya dalam menyambut momen idulfitri.

Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi lebaran yang unik, sesuai dengan budaya dan kepercayaan yang telah diwariskan secara turun-temurun. Bahkan, di balik setiap tradisi lebaran tersimpan makna yang sangat berharga dan mendalam.

Berikut ini beberapa tradisi menyambut idulfitri dari berbagai daerah di Indonesia:

Perang Topat (Nusa Tenggara Barat)

Di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), terdapat tradisi unik penuh makna yang dikenal sebagai Perang Topat atau ‘perang ketupat’ sebagai bagian dari menyambut lebaran.

Dilansir dari lombokbaratkab.go.id, perang Topat diawali dengan ritual di Kemalik di Pura Lingsar. Setelahnya, masyarakat Hindu dan Muslim turut serta dalam tradisi saling melempar ketupat. Ini adalah bentuk komunikasi dan kebersamaan, kerukunan antara umat hindu dan islam di Lingsar.

Sebelum dimulainya ‘perang,’ masyarakat melakukan doa dan ziarah ke Makam Loang Baloq di Pantai Tanjung Karang dan Makam Bintaro di Pantai Bintaro. Yang menarik, setelah tradisi dimulai, ketupat-ketupat yang digunakan untuk berperang akan kembali diperebutkan, karena diyakini membawa berkah kesuburan yang dapat meningkatkan hasil panen.

 

Ronjok Sayak (pariwisataindonesia.id)

Ronjok Sayak (pariwisataindonesia.id)


Di Bengkulu, terdapat tradisi unik dalam perayaan lebaran yang disebut Ronjok Sayak. Secara sederhana, kata Sayak adiartikan sebagai batok kelapa. Ronjok Sayak melibatkan pembakaran tumpukan batok kelapa kering yang ditumpuk setinggi satu meter. Menurut kepercayaan, tradisi Lebaran Ronjok Sayak sudah dilaksanakan sejak ratusan tahun silam.

Masyarakat Bengkulu meyakini bahwa api merupakan penghubung antara manusia dan leluhur mereka. Oleh karena itu, pelaksanaan Ronjok Sayak diiringi dengan doa-doa yang dipanjatkan selama proses pembakaran batok kelapa. Biasanya, tradisi Ronjok Sayak dilakukan setelah salat Isya pada 1 Syawal.

Binarundak (sajiansedap)

Binarundak (Sulawesi Utara)

Masyarakat Motoboi Besar di Sulawesi Utara memiliki tradisi Binarundak sebagai bagian dari perayaan lebaran, tradisi ini telah ada sejak zaman nenek moyang. Binarundak adalah tradisi memasak nasi jaha secara bersama-sama selama tiga hari berturut-turut setelah hari raya Idulfitri.

Nasi jaha adalah hidangan khas Sulawesi Utara yang terbuat dari beras dan dimasak dalam batang bambu. Makanan ini memiliki cita rasa gurih dari santan dan aroma jahe yang khas. Menurut kepercayaan, Binarundak tidak hanya menjadi sarana untuk menjalin silaturahmi di antara sesama, tetapi juga sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT.

Festival Meriam Karbit (menpan.go.id)

Festival Meriam Karbit (Kalimantan Barat)


Kalimantan Barat memiliki tradisi lebaran yang unik dan penuh makna yaitu Festival Meriam Karbit. Berbeda dari tradisi-tradisi lainnya, festival ini mengingatkan warga akan keberanian dan memupuk semangat kebersamaan.

Festival ini berlangsung selama tiga hari berturut-turut. Dimulai sejak sebelum, sesaat, dan setelah lebaran. Yang menarik, Festival Meriam Karbit tidak hanya sekadar tradisi lebaran, tetapi juga bagian dari warisan budaya yang kaya akan nilai sejarah, karena berkaitan dengan berdirinya Kota Pontianak.

Grebeg Syawal (menpan.go.id)

Grebeg Syawal (menpan.go.id)


Tradisi tahunan yang dikenal sebagai Grebeg Syawal telah menjadi bagian tidak terpisahkan dalam menyambut lebaran. Tradisi ini berawal dari Keraton Yogyakarta yang diadakan setiap 1 Syawal, bertepatan dengan hari raya idulfitri. Tradisi ini dilakukan sebagai ungkapan syukur atas berakhirnya bulan ramadan yang telah berlangsung sejak abad ke-16.

Dilansir dari menpan.go.id, Pengageng Kawedanan Pengulon, KRT Akhmad Mukhsin Kamaludin Ningrat, mengatakan, tradisi ini adalah wujud dari rasa syukur dan sedekah dalam bentuk hasil pertanian.

Grebeg ini merupakan simbol hajad dalem yang bermakna sebuah bentuk kedermawanan sultan untuk rakyatnya. Saat acara grebeg, Sultan memberikan sedekah berupa makanan dan berbagai hasil bumi lainnya, yang disusun sedemikian rupa seperti gunungan tinggi.

Keunikan Grebeg Syawal terletak pada tujuh gunungan yang mana terdiri dari, tiga gunungan lanang/kakung, satu gunungan wadon/estri, satu gunungan darat, satu gunungan gepak, dan satu gunungan pawuhan.

Super Efektif! Anda Bisa Buat Rangkuman Video 
Para abdi dalem akan mengangkut seluruh gunungan tersebut dengan dan dikawal prajurit Bregodo dari Alun-Alun Utara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menuju Masjid Gedhe Kauman, Pura Pakualaman, dan Kantor Kepatihan. Sebelum diserahkan kepada masyarakat, gunungan itu didoakan terlebih dahulu.