Jadi Eksportir Terbesar Ketiga Dunia, Kemenperin Berharap Industri Alas Kaki Bertumbuh
- IBUKOTAKINI.COM - Industri alas kaki khususnya di level industri kecil dan menengah (IKM) memiliki potensi yang besar. Oleh karena itu, seluruh p
Bisnis
JAKARTA, IBUKOTAKINI.COM - Industri alas kaki khususnya di level industri kecil dan menengah (IKM) memiliki potensi yang besar. Oleh karena itu, seluruh pihak terutama Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sudah sepatutnya memberikan perhatian dan dorongan pada industri ini.
Melansir situs resmi Kemenperin, disebutkan bahwa generasi muda pelaku IKM memiliki pengaruh besar pada potensi pertumbuhan industri alas kaki. Hal tersebut karena para pelaku usaha muda ini berhasil mengangkat tren mode dan gaya terbaru alas kaki, dengan memanfaatkan atau mengadopsi teknologi terkini.
Untuk mendorong berkembangnya industri alas kaki Indonesia, Kemenperin melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) bersama Balai Pemberdayaan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) Sidoarjo meluncurkan kompetisi berskala nasional bertajuk Indonesia Footwear Creative Competition (IFCC).
“Kami berharap kegiatan IFCC, yang merupakan kompetisi berskala nasional yang digelar oleh BPIPI, mampu mendongkrak perkembangan industri alas kaki di Indonesia,” ujar Direktur Jenderal IKMA Kemenperin, Reni Yanita yang dikutip dari Trenasia.com pada Senin, 21 Agustus 2023.
IFCC sendiri adalah serangkaian kompetisi dengan bidang yang dikompetisikan adalah fotografi, videografi dan desain, yang karyanya dapat dimanfaatkan oleh industri alas kaki.
Kepala BPIPI, Syukur Idayati, menyebutkan hasil karya juara terpilih akan dikolaborasikan dengan industri alas kaki, seperti fasilitasi pembuatan visual foto dan video dari karya desain Industri alas kaki di Indonesia sendiri berpotensi mengalami peningkatan tiap tahunnya mengingat Indonesia masuk jajaran produsen alas kaki terbesar di dunia.
BACA JUGA:
- Perluas Akses Internet, BAKTI Kominfo Gelar Sosialisasi Kemitraan - ibukotakini.com
- Dukung Akselerasi, Transaksi QRIS Januari hingga Juli 2023 di Balikpapan Capai Rp115 Miliar - ibukotakini.com
- Wali Kota Samarinda, Andi Harun Doakan Kesuksesan Isran-Hadi - ibukotakini.com
Data World Footwear Yearbook 2023 menyebutkan sepanjang 2022 lalu, Indonesia menempati peringkat ketiga di dunia sebagai eksportir alas kaki terbesar di bawah China dan Vietnam. Kuantitas ekspor produk alas kaki Indonesia mencapai angka 535 juta pasang. Nilai tersebut setara dengan 3,5 persen dari total produk alas kaki yang diekspor ke seluruh dunia.
Sementara itu, prospek perkembangan industri alas kaki di pasar lokal juga terbilang cerah. Dari laporan tersebut, Indonesia mencatatkan dirinya sebagai konsumen produk alas kaki terbesar kelima di dunia dengan total konsumsi sebesar 702 juta pasang sepatu atau 3,2% dari total konsumsi produk alas kaki dunia. “Kondisi ini harus dimaksimalkan dengan baik oleh industri alas kaki dalam negeri,” ujar Direktur Industri Aneka dan IKM Kimia, Sandang, dan Kerajinan, Ni Nyoman Ambareny.
Industri alas kaki juga tercatat memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Data Kemenperin menyebutkan sektor industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki yang mencakup industri alas kaki memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Pada tahun 2022 sektor ini memberi kontribusi mencapai sekitar Rp30,80 triliun, mengalami pertumbuhan sebesar 9,36 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada triwulan pertama tahun 2023, sektor tersebut berhasil memberi kontribusi senilai Rp7,57 triliun terhadap PDB nonmigas, menyumbang sekitar 1,42 persen dari total PDB.
Dalam hal ekspor, sektor ini juga menunjukkan performa yang mengesankan pada semester pertama tahun 2023, dengan nilai ekspor mencapai sekitar US$3,21 miliar atau setara dengan Rp48,15 triliun (Kurs Rp15.000). Adapun nilai ekspor komoditi sepatu olahraga menempati delapan besar komoditi dari nilai ekspor industri pengolahan nonmigas.
Namun sektor ini juga memiliki tantangan tersendiri seperti persaingan dengan produk berharga rendah dan penurunan permintaan dari pasar ekspor Indonesia seperti Amerika Serikat dan Eropa. (*)