Kang Bejo, Destinasi Wisata di Balikpapan yang Tawarkan Edukasi
- IBUKOTAKINI.COM - Masyarakat Kota Balikpapan mungkin sudah tak asing dengan destinasi wisata ini. Ya, Kampung Wisata Kang Bejo merupakan salah
Kabar Ibu Kota
BALIKPAPAN, IBUKOTAKINI.COM - Masyarakat Kota Balikpapan mungkin sudah tak asing dengan destinasi wisata ini. Ya, Kampung Wisata Kang Bejo merupakan salah satu destinasi wisata edukasi yang menonjolkan kekayaan alam berupa tanaman berjenis kangkung.
Dengan total luas lahan sekitar dua hektare, Kang Bejo memanfaatkan 1,7 hektare lahan atau sebagian besarnya untuk lahan wisata.
Nah, ada apa saja fasilitas wisata yang ditawarkan Kang Bejo sendiri? Yuk, kita simak!
Kampung Wisata Kang Bejo memang mengedepankan wisata edukasi. Dalam hal ini, termasuk cooking class dan juga beberapa fasilitas pendukung lainnya.
Mulanya, Kang Bejo merupakan buah dari ide atau gagasan pejabat lurah setempat yang ingin mengembangkan wilayahnya, khususnya di bidang wisata edukasi. Mulai dari cara menanam kangkung dan proses lainny, juga dalam hal pengolahannya.
Dalam perjalanannya, program tersebut akhirnya membuahkan hasil. Dari memenangkan lomba setingkat kelurahan, bahkan sampai di tingkat provinsi.
Tak hanya kangkung, kelompok sadar wisata (pokdarwis) yang mengelola tempat tersebut juga mulai mengembangkan hidroponik dan jenis tanaman lain, seperti tauge.
BACA JUGA:
- https://ibukotakini.com/read/masuk-300-besar-adwi-2023-kang-bejo-balikpapan-terus-kembangkan-inovasi-dan-kreativitas
- https://ibukotakini.com/read/komisi-ii-dprd-balikpapan-usulkan-pemkot-kembangkan-destinasi-wisata-berbasis-kerakyatan
Untuk cooking class sendiri, pokdarwis Kang Bejo menyediakan berbagai paket kelas untuk mengolah tanaman kangkung menjadi makanan olahan yang kaya akan gizi dan nutrisi. Bakwan, cimi-cimi, bolu, kripik dan sebagainya menjadi contoh makanan olahan yang diproduksi dari teknik memasak yang ditawarkan dalam cooking class-nya.
Selain itu, kini pokdarwis Kang Bejo juga mengelola homestay atau rumah singgah. Pengetahuan untuk mengelola homestay ini didapatkan melalui pelatihan pokdarwis yang dilaksanakan di Bali.
“Warga di sini mau (mengelola), ada satu rumah yang mengelola 7 kamar, di tempat saya ada 2, di rumah lainnya ada juga 2 kamar lagi. Total ada 11 kamar,” ungkap Yeti Hirnawati, Ketua Pokdarwis Kang Bejo Balikpapan.
“Sudah ada juga yang menginap, walaupun tidak banyak. Dari Semarang, Banjarmasin dan lain-lain, waktu menginapnya mulai dari 1 hingga 5 hari. Sambil berwisata di Kota Balikpapan atau hanya sekedar transit,” lanjutnya.
Di sisi lain, untuk sektor UMKM, pokdarwis Kang Bejo juga telah mengembangkan jenis kuliner maupun produk wisata lain agar mendukung kampung wisata tersebut.
Namun begitu, pihaknya tetap meminta masukan dari pengunjung untuk dapat mengembangkan cita rasa dan pelayanan dalam lingkup kampung wisata ini.
UMKM tersebut juga merupakan langkah pokdarwis Kang Bejo untuk memberdayakan warga sekitar dan berpartisipasi serta dilibatkan dalam pengembangan wisata di wilayahnya.
“Ada cimi-cimi, bolu, kripik, bakwan, salome, kue kering sagu, berbahan dasar kangkung, manisan tomat, dan manisan cabai serta makanan lainnya. Seperti pecel, gado-gado, nasi jagung, soto, rawon, ayam kremes, ayam bakar, pisang gapit, es campur, mie ayam dan bakso. Mulai Rp 7 ribu sampai Rp 15 ribu,” jelasnya.
Untuk memenuhi komponen pengembangan wisata berbasis desa atau kampung, pihaknya juga tengah merambah sektor fashion, kriya atau souvenir sebagai produk keluaran yang memiliki ciri khas tersendiri.
“Kita ini masih merambah ke batik kangkung. Ini yang mau kita garap bersama, fasilitas seperti kompor dan canting sudah diberikan ke kami. Motifnya kangkung,” papar Yeti.
Semua fasilitas wisata yang ada di Kang Bejo ini bisa diakses setiap harinya. Dalam hal wisata edukasi, memang lebih banyak menyasar anak-anak mulai dari tingkah PAUD hingga perguruan tinggi.
“Kita buka di hari Senin sampai Jumat untuk wisata edukasi. Sabtu dan Minggu kami tutup (wisata edukasi) karena memang ramai di weekend untuk berwisata pada umumnya,” katanya.
Sementara itu, beberapa kabupaten/kota juga bahkan telah melakukan studi tiru ke Kampung Wisata Kang Bejo untuk diterapkan di wilayahnya. Seperti contohnya, Kabupaten Tapin dan Tabalong dari Kalimantan Selatan, serta Kecamatan Samarinda Seberang dari Kota Samarinda.
“Sehari bisa 200 orang (pengunjung), kuliner dan wisata edukasi. Kalau weekend bisa mencapai 500-an pengunjung,” imbuh Yeti.
“Kalau perbulan, homestaynya masih belum stabil. Kisaran harga (homestay) dari Rp 200 ribu sampai Rp 400 ribu yang bisa diisi 4 orang, sudah dapat sarapan,” pungkasnya. ###