Kawasan tanpa rokok di fasilitas publik. (FOTO: ARSIP)
Komunitas Kita

Keren Tanpa Rokok: Hidup Sehat dan Produktivitas Meningkat

  • BALIKPAPAN – Jumlah perokok di Indonesia masih cukup tinggi, meski trennya mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Komunitas Kita
Ferry Cahyanti

Ferry Cahyanti

Author

BALIKPAPAN, IBUKOTAKINI.COM – Jumlah perokok di Indonesia masih cukup tinggi, meski trennya mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Indonesia, pada tahun 2022, sekitar 33% dari total populasi Indonesia merupakan perokok. 

Angka ini, meskipun lebih rendah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, masih menjadi perhatian serius bagi kesehatan masyarakat.

Merokok terbukti telah menjadi penyebab berbagai penyakit mematikan, seperti kanker, penyakit jantung, dan gangguan pernapasan. Gangguan kesehatan bukan hanya ditimbulkan oleh perokok aktif, mereka yang tergolong perokok pasif juga mengalami ancaman kesehatan serius.  

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 600.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat paparan asap rokok pasif.

Di samping itu selain dampak kesehatan yang serius, merokok juga memberikan beban ekonomi yang signifikan bagi masyarakat dan pemerintah. 

BACA JUGA:

Pengeluaran untuk perawatan kesehatan akibat penyakit yang disebabkan oleh merokok, serta produktivitas yang menurun akibat absensi pekerjaan dan penurunan kinerja, menciptakan kerugian ekonomi yang tidak dapat dihindari.

Untuk mengurangi dampak buruk akibat rokok, Pemerintah Kota Balikpapan telah menerapkan Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 3 Tahun 2018 Tentang Kawasan Sehat Tanpa Rokok. 

Perda ini memuat larangan merokok juga di lingkungan pemerintah, perkantoran swasta, rumah sakit, sekolah, pusat perbelanjaan, dan angkutan umum. 

Wali Kota Balikpapan, Rahmad Mas’ud mengatakan, larangan merokok sebagai upaya pemerintah daerah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sekaligus menekan ongkos kesehatan. 

Karena itu, Rahmad berharap jumlah masyarakat yang hidup tanpa rokok terus meningkat, sehingga pemerintah dapat mengalokasikan dana yang sebelumnya untuk perawatan kesehatan akibat merokok, digunakan untuk membangun sektor-sektor yang lebih produktif, seperti infrastruktur dan pendidikan.

BACA JUGA:

“Kita ingin mewujudkan Balikpapan yang nyaman dihuni, artinya menciptakan ruang publik dan lingkungan yang sehat bagi seluruh warga,” kata Rahmad Mas’ud, baru-baru ini. 

Menurut Rahmad Mas’ud, lingkungan yang sehat ikut berpengaruh terhadap produktivitas masyarakat. “Kalau warga kita sehat, tentu pekerjaan mereka tidak terganggu, usaha mereka akan jalan terus,” imbuhnya. 

Pernyataan Rahmad Mas’ud senada dengan pengalaman Hadi (44 tahun). Mantan perokok ini mengaku lebih produktif sejak berhenti merokok di usia 27 tahun. “Memang awalnya berat berhenti merokok, apalagi lingkungan pergaulan hampir semua perokok,” ujar wiraswasta itu. 

Kesadarannya berhenti merokok setelah berkeluarga dan punya anak. “Dulu kalau merokok, harus nyuri-nyuri ke kamar mandi. Supaya anak nggak terpapar asap. Lama-lama risih juga. Akhirnya memutuskan setop,” katanya. 

BACA JUGA:

Pengalaman senada diungkapkan Staf Ahli Bidang Perekonomian Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Kota Balikpapan, Arzaedi Rachman. 

Ketika menjamu para pejabat dari Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Selasa, 7 November 2023,  ia sempat menceritakan pengalamannya berhenti merokok. 

“Saya ingat betul terakhir kali saya merokok beberapa tahun lalu, saat masih jadi Kabid. Waktu itu saya dan dua pejabat lainnya harus mencari tempat yang jauh untuk merokok saat mengikuti kegiatan di Jakarta,” ucap Arzaedi di depan Penjabat Bupati Batang, Lani Dwi Rejeki. 

“Akhirnya saat itu juga saya berjanji untuk berhenti merokok,” kata Arzaedi disambut tawa Pj Bupati Batang. Ia mengaku tak kesulitan berhenti merokok karena banyak larangan merokok di lingkungan kantor pemerintah. 

Arzaedi mengakui tubuhnya semakin bugar setelah berhenti merokok, sehingga semakin produktif dalam pekerjaan. Kariernya pun ikut terkerek. 

BACA JUGA:

Mantan perokok lainnya, Bambang (56 tahun) mengatakan kehidupan keren tidak lagi diukur dari sebatang rokok yang menyala di tangan, melainkan dari pilihan hidup sehat dan penuh energi. 

“Saat ini makin banyak warga yang semakin sadar akan pentingnya hidup tanpa rokok untuk mencapai gaya hidup yang keren dan bermakna,” kata Bambang.

Menurut Bambang, hidup tanpa rokok memberikan kita kesempatan untuk menikmati kehidupan dengan tingkat kebugaran yang lebih baik. 

“Di samping itu, merokok bukan hanya merugikan kesehatan, tetapi juga merugikan dompet. Dengan menghentikan kebiasaan merokok, kita dapat menghemat uang yang sebelumnya dihabiskan untuk membeli rokok. Uang ini dapat diinvestasikan untuk keperluan lebih positif, seperti pendidikan atau liburan,” imbuhnya.

Ia menambahkan, hidup tanpa rokok membuka pintu menuju lingkaran sosial yang lebih sehat. Semakin banyak orang yang menyadari pentingnya hidup bebas rokok, sehingga menjadikan kita bagian dari komunitas yang peduli akan kesehatan dan kebugaran.

BACA JUGA:

Menurutnya, mengubah paradigma menjadi hidup tanpa rokok bukanlah hanya keputusan individual, tetapi juga suatu gerakan sosial yang mendukung terciptanya masyarakat yang lebih sehat dan bermakna. 

Program-program pencegahan merokok, edukasi kesehatan, dan dukungan masyarakat dapat membantu mengurangi jumlah perokok dan meningkatkan kesadaran akan bahaya merokok.

Dengan mengadaptasi gaya hidup keren tanpa rokok, kita bukan hanya berinvestasi dalam kesehatan pribadi, tetapi juga berkontribusi pada pembentukan masyarakat yang lebih sejahtera dan produktif. ***