Kisah Anisa: Perjuangan Seorang Anak Melawan Tumor Ganas di Usia 5 Tahun
Balikpapan

Kisah Anisa: Perjuangan Seorang Anak Melawan Tumor Ganas di Usia 5 Tahun

  • Tumor ganas dan cairan yang mengisi paru-parunya membuatnya tidak bisa beraktivitas seperti anak-anak lainnya.
Balikpapan
Ferry Cahyanti

Ferry Cahyanti

Author

BALIKPAPAN – Di usia yang seharusnya penuh dengan keceriaan dan permainan, Anisa, seorang gadis kecil berusia lima tahun, hanya bisa diam dengan pandangan mata kosong. 

Ketika menyambanginya di rumah kakeknya di RT 22 Klandasan Ulu, Balikpapan Kota, Kota Balikpapan, Anisa kini harus berjuang melawan penyakit tumor ganas yang menggerogoti tubuhnya.

Anisa berbeda dari anak-anak seumurannya. Dengan berat badan hanya 8 kilogram, tubuhnya tampak kurus dan lemah. Tumor ganas dan cairan yang mengisi paru-parunya membuatnya tidak bisa beraktivitas seperti anak-anak lainnya. Anisa adalah anak ketiga dari empat bersaudara yang saat ini tinggal bersama ibunya, Novi, dan kakeknya.

Novi, ibu Anisa, menceritakan awal mula penyakit yang dialami putrinya. "Awalnya saat Anisa berusia dua tahun, dia mengalami demam dan sakit di sekitar leher. Ketika diperiksa, dokter menemukan tumor di sekitar amandel dan menyarankan operasi," kata Novi.

Namun, meskipun telah menjalani operasi, tumor tersebut kembali muncul dan kini telah menyebar ke lima tempat di tubuh Anisa.

BACA JUGA:

Meskipun terbantu dengan program BPJS Kesehatan dari Pemkot Balikpapan, Novi yang merupakan orang tua tunggal harus berjuang memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Novi hanya mengandalkan penghasilan sang kakek, yang bekerja sebagai tukang parkir. 

"Penghasilan kakeknya Anisa harus dibagi dua, itu pun tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari," ujar Novi.

Tragisnya, rumah mereka di belakang kantor PMI Balikpapan terbakar pada 18 Maret 2024 lalu, memaksa mereka tinggal bersama kakek Anisa di Klandasan Ulu. Setiap hari, Novi harus membawa Anisa ke Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) untuk menjalani pengobatan, yang bisa mencapai lima hingga enam kali seminggu.

Dengan kondisi Anisa yang sulit makan, ia hanya bisa mengandalkan susu sebagai sumber nutrisi. Namun, harga susu yang tinggi dan keterbatasan biaya membuatnya sering kali tidak bisa mendapatkan susu yang diperlukan. 

"Susu itu sangat penting untuk nutrisinya, tapi kadang kami tidak punya uang untuk membelinya," kata Novi dengan nada sedih.

Anisa adalah anak yang pendiam, tidak pernah menunjukkan rasa sakit yang ia rasakan. Namun, Novi sebagai ibu, tahu betul penderitaan yang dialami putrinya. 

"Dia menahan rasa sakit yang luar biasa, meskipun dia tidak pernah mengeluh. Terkadang dia demam tinggi, tapi dia hanya diam," ucap Novi dengan mata berkaca-kaca.

Setiap malam, Anisa sering merasa gelisah dan sulit tidur karena rasa sakit dari tumor yang mengganggunya. Novi sering kali harus begadang semalaman untuk menemani putrinya.

Kisah Anisa adalah pengingat akan pentingnya dukungan dan bantuan bagi mereka yang membutuhkan. Tim Donasi Ceria turut memberikan bantuan, dan berbagai pihak lainnya diharapkan dapat terus memberikan bantuan untuk meringankan beban keluarga Anisa, serta memberikan harapan bagi masa depan gadis kecil ini. ***