Kue Putu di Bethany
- Catatan Rizal Effendi
Kabar Ibu Kota
Catatan Rizal Effendi
MESKI tak lagi menjadi wali kota, masih ada saja panggung buat saya dalam perayaan Natal umat Kristiani. Setidaknya dari jemaat Bethany. Saya masih diundang ketika Bethany Favor of God (FOG) Balikpapan menggelar ibadah Natal di Gedung Dome (BSCC), Senin (25/12).
Ada ribuan jemaat Bethany mengikuti ibadah yang langsung dipimpin Pendeta Dr Samuel Kusuma, M.Th bersama sang istri, Dr Fonny Kusuma, M.Pd dan putranya Kevin Lemuel Kusuma, M.Th. Panitia juga mengundang artis ibu kota Fandy Kerispatih menyampaikan kesaksian dan pujian.
Di pengujung ibadah saya datang. Di situ juga hadir Andhika Hasan, anggota DPR RI dari PDIP. Kami diminta naik panggung. Bersama Kevin, yang sekarang menjadi caleg DPRD Kaltim dari partai yang sama.
Selain mengucapkan selamat Natal, saya juga menyampaikan apresiasi atas perhatian jemaat Bethany terutama Pdt Samuel yang selalu ramah dan akrab kepada saya. “Saya pikir setelah tak lagi menjadi wali kota, saya tak naik panggung lagi,” kata saya.
Pdt Samuel mengatakan dia tetap menaruh respek terhadap saya sebagai sahabat. “Sebagai sahabat, saya tetap mengundang ‘Pak Wali’ dalam perayaan Natal yang kami laksanakan. Saya tetap memanggil ‘Pak Wali’ walau sudah purnatugas,” katanya.
Pdt atau Ps (Pastor) Samuel adalah ketua Yayasan Bethany Kalimantan dan rektor Institut Kristen Borneo Balikpapan. Berkat kepiawaiannya, Bethany berkembang pesat di daerah ini. Mulai dari Balikpapan sampai ke berbagai daerah lainnya di Kaltim. Bahkan dia mampu membangun Bukit Doa Kalimantan, yang diresmikan Gubernur Isran Noor, 29 September 2023.
Bukit Doa Kalimantan adalah tempat atau rumah doa bagi segala bangsa. “Ini terbuka bagi siapa saja,” kata Pdt Samuel menjelaskan waktu itu. Pembangunan tahap pertama sudah selesai. Dilanjutkan pembangunan tahap kedua. Selain tempat berdoa, Bukit Doa Kalimantan juga menjadi objek wisata religi. “Serasa menikmati keindahan Jerusalem mini,” kata seorang pengunjung.
Tiga hari menjelang Natal, Samuel dan istrinya Fonny meluncurkan lagu pujian baru karyanya berjudul “Setiap Detik Tuhan Bekerja.” Istimewanya proses rekaman lagu itu berlangsung di Vancouver dan Wistler, Canada, bulan November lalu.
Menurut Ps Samuel, menulis lagu pujian hingga proses perekamannya merupakan Kairos. “Kesaksian secara luar biasa Tuhan memberi Kairos-Nya, sehingga di luar rencana kami bisa menulis, merekam dan mempersembahkan pujian ini di Vancouver & Wistler Canada. Pertama kali mengunjunginya di Gastown Steam Clock, ikon Vancouver, Tuhan yang memegang masa depan, tepat presisi akurat. Setiap Detik Tuhan Bekerja,” ujarnya.
Ketika dinyanyikan pada perayaan Natal di Dome, Samuel sempat mengungkapkan kalau Pdt Fonny, istrinya dulunya gagap berbicara. Tetapi berkat pertolongan dan kasih Tuhan, sekarang menjadi Ibu Gembala yang hebat. Malah saya bilang dia lebih “garang” dari Pendeta Samuel sendiri.
Tapi terlepas dari soal itu, dalam suatu rilis yang beredar di media, Pdt Samuel disebut-sebut salah satu dari 100 pendeta berpengaruh di Tanah Air.
Sorenya, saya lama bersilaturahmi di rumah Pdt Samuel yang asri di kompleks perumahan Ciputra Bukit Indah (CBI). Sambil menikmati opor ayam, bakso, kambing guling, dan kue putu. Ada sejumlah makanan dari para pelaku UMKM, yang sengaja didatangkannya. “Komitmen saya tetap ikut memberi ruang dan memajukan UMKM,” jelasnya.
Penjual kue putu yang didatangkan Pdt Samuel sehari-hari berjualan di kawasan Pasar Baru di seberang kantor Bank BCA. “Saya jualan di sana, Pak,” katanya bersemangat. Saya bersyukur bisa menikmati. Maklum sudah lama tidak menyantap kue putu.
Kabarnya kue putu yang berwarna hijau itu sudah ada sejak 1200 tahun lalu saat era dinasti Ming. Namanya di negeri tirai bambu disebut Xian Roe Xiao Long. Masuk ke Indonesia bersamaan dengan datangnya orang China ke Indonesia. Yang menarik kue putu dikukus di dalam bambu atau tabung. Bahannya tepung beras, gula merah atau gula jawa dan parutan kelapa.
Gampang mengenali penjual kue putu. Karena ketika dikukus, keluar suara suitan yang khas. Orang pasti tahu kalau itu penjual kue putu yang lagi lewat. Kue putu di Indonesia ada dua. Putu jawa warnanya hijau, sedang Putu dari Medan berwarna putih.
KELUARGA BANDA
Saya juga sempat bersilaturahmi kepada keluarga Kristiani. Anak muda yang sering bersama saya, Christian Frisky Natanae juga dari keluarga Nasrani. Saya juga sempat singgah di rumah keluarga Pak Novin di Gunung Guntur Asri. Mereka menyambut hangat kedatangan saya dan istri, Bunda Arita.
Memenuhi undangannya, saya sempat datang mengucapkan selamat kepada keluarga Stella di Jl Zeni AD RT 11. Tak jauh dari Gereja Katolik Santa Theresia, Prapatan. Saya jadi teringat dengan Pastor FX Huvang Huran, MSF. Dia juga sahabat saya dan berumur panjang.
Orang tua Stella, Pak Adrianus Aris Sutjahjadi dan Ibu Femy Olga Walintukan tetap hangat menyambut saya. Seperti tahun lalu, pulangnya saya dikasih oleh-oleh kue Natal buatan mereka. Saya merasa terhormat dan berterima kasih.
Sambutan hangat juga saya dapatkan dari keluarga Albertus, wartawan CNN Balikpapan, yang aktif di Banda Indonesia. Orang tuanya yang mendirikan dan merintis Yayasan Kasimo Balikpapan, yang bergerak dalam pelayanan jenazah.
Di masa Covid-19, Yayasan Kasimo menggalang para pekerja yang terkena PHK untuk ikut membuat ratusan peti jenazah untuk korban Covid. “Karena mereka tidak memiliki penghasilan, jadi kami berdayakan untuk membuat peti jenazah,” kata Ketua Yayasan Kasimo Andre.
Di markas Banda dan Kasimo di Jalan Dua, RT 17 No 1 Kelurahan Gunung Samarinda, saya banyak bertemu teman-teman. Ada Echie Nasution yang menjadi hakim adhoc di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Apalagi dijamu “Mami” opor ayam yang nikmat. Banyak cerita di sana, termasuk urusan politik yang lagi hangat.
Natal yang berkah dan penuh kedamaian. Mereka ikut mendoakan saya dan Bunda Arita mengikuti pemilihan legislatif 2024. Sukses di kursi DPR RI dengan no urut 7 Nasdem dapil Kaltim dan Bunda Arita di nomor urut 3 di DPRD Kaltim.(*)