Makan Bergizi Gratis Diproyeksi Dorong Pertumbuhan Ekonomi
- Hal ini tentunya menjadi angin segar bagi UMKM yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia, terutama dalam menciptakan lapangan kerja dan menggerakkan roda ekonomi di tingkat lokal.
Tren
JAKARTA - Jika dilaksanakan dengan baik program Makan Bergizi Gratis akan membawa dampak positif pada ekonomi.
Hal itu terungkap dalam diskusi publik bertema “Efek Pengganda Makan Bergizi Gratis” yang diselenggarakan pada 17 Oktober 2024. Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Sri Astuti pada kesempatan itu memaparkan hasil penghitungan dampak ekonomi dari program andalan Prabowo-Gibran tersebut.
Menurut perhitungan Sri Astuti, program ini diproyeksikan dapat mendorong Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia hingga mencapai Rp4,51 triliun pada tahun 2025. Kebijakan ini merupakan salah satu program unggulan yang diusung oleh pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming dalam debat Pilpres 2024.
Program Makan Bergizi Gratis yang bertujuan memberikan asupan makanan sehat kepada kelompok masyarakat tertentu, tidak hanya berfokus pada kesejahteraan penerima manfaat langsung, seperti anak-anak sekolah, balita, dan ibu hamil.
Menurut Sri Astuti, program ini juga memiliki efek pengganda yang signifikan terhadap perekonomian nasional.
“Setiap Rp1.000 yang dikeluarkan oleh program ini akan memberikan dampak ekonomi hingga Rp63.500 kepada perekonomian,” ucapnya.
BACA JUGA:
- Investasi Kaltim Triwulan III 2024 Capai Rp 55,82 Triliun - ibukotakini.com
- Gubernur Mau Bangun Rest Area, Warga Minta Fokus Perbaikan Jalan - ibukotakini.com
- 11 Perusahaan Malaysia Nyatakan Kesiapan Berinvestasi di IKN - ibukotakini.com
Kebijakan ini direncanakan akan mengalokasikan anggaran sebesar Rp71 triliun pada tahun 2025, dengan sasaran penerima manfaat mencapai 19,47 juta orang. Kelompok sasaran tersebut terdiri dari anak-anak sekolah, balita, serta ibu hamil, yang dianggap paling membutuhkan dukungan gizi untuk pertumbuhan dan kesehatan. Dampaknya, menurut perhitungan Indef, PDB Indonesia akan mendapatkan dorongan yang cukup signifikan, yakni sekitar Rp4,51 triliun pada tahun 2025.
Lebih lanjut, Sri Astuti juga menyampaikan bahwa program Makan Bergizi Gratis ini memiliki potensi untuk terus meningkatkan PDB seiring bertambahnya jumlah penerima manfaat. Pada tahun 2026, dengan estimasi penerima manfaat meningkat menjadi 30,46 juta orang dan anggaran membengkak menjadi Rp109,7 triliun, program ini diperkirakan akan memberikan tambahan dorongan terhadap PDB hingga Rp6,96 triliun.
Jumlah tersebut akan terus meningkat, dengan target penerima manfaat yang diproyeksikan mencapai 82,9 juta orang pada tahun 2029.
Dampak ke Sektor UMKM
Tidak hanya berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi makro, program ini juga memberikan dampak positif bagi sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). UMKM yang terlibat dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis mendapatkan manfaat ekonomi berupa peningkatan pendapatan. Rata-rata peningkatan pendapatan UMKM yang menjadi bagian dari proyek percontohan program ini diperkirakan mencapai 33,68%.
Hal ini tentunya menjadi angin segar bagi UMKM yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia, terutama dalam menciptakan lapangan kerja dan menggerakkan roda ekonomi di tingkat lokal.
Namun, tidak semua pihak sepakat dengan perhitungan optimis yang dipaparkan oleh Indef. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, memiliki pandangan yang berbeda mengenai dampak ekonomi dari kebijakan Makan Bergizi Gratis ini. Dalam Buku Nota Keuangan RAPBN 2025, Sri Mulyani memperkirakan bahwa kontribusi kebijakan ini terhadap PDB pada tahun 2025 hanya akan sebesar 0,1%. Perbedaan pandangan ini cukup signifikan, mengingat Indef memproyeksikan dampak yang jauh lebih besar.
Lebih rinci, Sri Mulyani menjelaskan bahwa dengan anggaran Rp71 triliun yang dialokasikan untuk program ini, penyerapan tenaga kerja yang diharapkan adalah sekitar 820 ribu orang. Hal ini menunjukkan bahwa program Makan Bergizi Gratis memang berpotensi menciptakan lapangan kerja, namun tidak sebesar proyeksi yang dihasilkan oleh Indef.
Perbedaan perhitungan antara Sri Mulyani dan Indef terletak pada besarnya kontribusi PDB. Menurut perhitungan Menteri Keuangan, kontribusi program ini terhadap PDB pada tahun 2025 hanya mencapai sekitar 34% dari angka yang diprediksi oleh Indef. (Trenasia.com)