Makmur Marbun Komitmen Perjuangkan Bendung Telake
- PENAJAM – Penjabat Bupati Penajam Paser Utara (PPU), Makmur Marbun komitmen memperjuangkan pembangunan Bendung Telake. Keberadaan Bendung
Kabar Ibu Kota
PENAJAM, IBUKOTAKINI.COM – Penjabat Bupati Penajam Paser Utara (PPU), Makmur Marbun komitmen memperjuangkan pembangunan Bendung Telake. Keberadaan Bendung Telake untuk saluran irigasi sangat vital bagi keberlangsungan petani, khususnya di wilayah Kecamatan Babulu.
Hal ini ditegaskannya ketika menghadiri Panen Raya Padi Rawa milik Kelompok Tani (Poktan) Sido Makmur yang berada di Desa Bangun Mulya, Kecamatan Waru, Kabupaten PPU, Sabtu, 11 November 2023.
Kegiatan Panen Raya digelar Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) kolaborasi dengan Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten PPU. Kegiatan tersebut, diikuti oleh puluhan petani asal wilayah setempat.
"Saat kunjungan presiden beberapa waktu lalu saya telah menyampaikan persoalan irigasi ini khususnya terkait Bendung Telake di kecamatan Babulu kepada bapak menteri. Alhamdulillah pak menteri merespon itu, jadi kita tunggu saja kelanjutannya," terang Makmur Marbun.
Marbun menyebut, lebih kurang 15 ribu hektare lahan pertanian tersebar di Kabupaten PPU tidak bisa dikelola dengan maksimal karena kurangnya sumber pengairan. Selama ini, para petani mengandalkan air hujan, serta mesin pompa untuk mengaliri lahan pertaniannya.
Pria yang dikenal tegas ini juga mengatakan bahwa dirinya bukan hanya melihat apa yang sedang dipanen petani pada hari itu. Tetapi dia lebih melihat bagaimana prosesnya mulai petani melakukan tanam padi, perawatan hingga panen saat ini.
BACA JUGA:
- Pilkades Serentak di PPU Berjalan Sukses Sesuai Harapan - ibukotakini.com
- Tiga Hari, Pj Bupati PPU Makmur Marbun Dampingi Kunjungan Kerja Presiden - ibukotakini.com
- Tahun Depan Penajam Bangun 2 Pangkalan Pendaratan Ikan - ibukotakini.com
"Makanya saya harus mendengar prosesnya seperti apa mulai bibit, penyemaian hingga perawatan dan saat ini dilakukan panen," tuturnya.
Dengan hadirnya Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, kebutuhan suplai pangan dipastikan meningkat. Sebagai wilayah terdekat ibu kota, Kabupaten PPU diproyeksikan menjadi penyangga utama pangan untuk IKN.
Ribuan aparatur sipil negara (ASN) beserta keluarga akan pindah ke IKN. Oleh sebab itu, sebagai Serambinya Nusantara, diharuskan mampu memenuhi kebutuhan pangan masyarakat IKN.
"Makanya lahan pertanian kita harus maksimal sehingga hasilnya pun mampu memenuhi kebutuhan daerah dan menyokong kebutuhan IKN nantinya," tandasnya.
Dalam kesempatan itu, Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura, Kaltim, Siti Farisyah mengapresiasi terselenggaranya panen raya padi rawa yang berada di Desa Bangun Mulya, Kecamatan Waru, Kabupaten PPU pada hari itu.
"Terima kasih kepada bapak bupati PPU dan jajarannya serta para petani yang telah aktif dalam mengelola lahan pertaniannya di tempat ini sehingga hasilnya pun dapat kita saksikan bersama. Mudah-mudahan ini bisa menjadi motivasi bagi petani lainnya yang ada di Kabupaten PPU," ucapnya.
Di mana penerapan teknologi pertanian terkini melibatkan penggunaan berbagai inovasi dalam segala aspek pertanian.
Inovasi dimaksud salah satunya adalah penggunaan pompa air atau Pompanisasi untuk mengaliri sawah yang ada selama musim kemarau saat ini, salah satunya seperti yang dilakukan Poktani Sido Makmur dengan luas lahan padi lebih kurang 30 ha tersebut.
“Jadi sekalipun situasi saat ini kemarau panjang yang disertai elnino tetapi petani kita yang ada di Desa Bangun Mulya ini masih bisa bertanam padi dan saat ini menjelang panen,” kata Rozihan
Sementara itu Pengurus Poktan Sido Makmur, Kurdi mengatakan bahwa hamparan sawah mereka untuk saat kemarau ini memang tidak secara keseluruhan digarap, alasannya karena tidak seluruh petani bersedia melakukan tanam di musim kemarau seperti saat ini.
“Memang tidak seluruhnya bersedia. Saat ini yang ada diperkirakan hanya sekitar 30 ha dengan jumlah penggarap sekitar 18 orang petani,” jelasnya.
Sedangkan kendala yang di hadapi para petani saat ini tambah dia memang tidak begitu besar. Hanya saja karena pipa paralon yang masih terbatas serta mahalnya bahan bakar untuk mendukung proses pompanisasi yang ada terkadang masih menjadi persoalan bagi petani.
“Kendala kita di lapangan seperti hama burung pipit pastilah ada. Kemudian kita juga masih keterbatasan tenaga buruh panen karena mesin pemanen padi tidak bisa masuk karena lumpurnya di lahan kami cukup dalam,” ujarnya. (Adv)