logo
Cagar Budaya Kuburan Dayak Luangan
Kabar Ibu Kota

Mengunjungi Tanjung Soke, Cagar Budaya Kuburan Dayak Luangan

  • Tanjung Soke juga memiliki obyek wisata alam seperti Riam Ngewan, hutan alam, adat istiadat dan tradisi suku Dayak Luangan, berbagai kerajinan dan tarian-tarian asli suku Dayak Luangan.

Kabar Ibu Kota
Admin

Admin

Author

IBUKOTAKINI.COM—Alkisah, hiduplah Nenek Midah, istri Jamhari, Ketua Adat di Kampung Tanjung Soke. Nenek Midah yang sudah memeluk agama Islam, kemudian menyiarkan agama tersebut di kampungnya.

Seiring berjalannya waktu, Nenek Midah meninggal dunia. Meskipun muslim, Sang Nenek dimakamkan secara adat dan keyakinan suku Dayak Luangan dengan memasukkannya ke dalam lunggun (peti mati).

Setelah sekian tahun dan masyarakat suku Dayak Luangan semuanya sudah memeluk agama Islam, pihak keluarga nenek Midah berinisiatif menguburkan jasad nenek Midah sesuai syariat agama. Setelah dikebumikan, keluarga Nenek Midah justru sering mengalami musibah sehingga akhirnya jenazah dikembalikan ke lunggun. Hingga kini jasad nenek Midah masih tersimpan rapi di lamin suku Luangan bersama ratusan barang-barang bersejarah lainnya.

Demikian penuturan Kepala Adat Kampung Tanjung Soke Sangkunir. Makam Nenek Midah yang saat ini masih ada di Kecamatan Bongan, Kutai Barat, itu pun kini menjadi cagar budaya bersama kuburan dari keluarga suku lainnya. Kuburan berukir dari kayu ulin tersebut di atasnya diberi penyimpanan tulang-belulang. Kuburan terdiri puluhan patung-patung khas suku Dayak Luangan terdapat di tiga tempat terpisah.

Sangkunir mengakui kampungnya memiliki sejarah yang belum terangkat. Namun, masalah akses menjadi hambatan, sehingga masyarakat luas banyak belum mengetahui keberadaan kampung tersebut.

“Sebenarnya kampung kami memiliki obyek wisata yang memang belum terangkat. Salah satunya cagar budaya kuburan Dayak Luangan yang telah berusia puluhan tahun,” katanya sebagaimana dikutip dari laman resmi Pemprov Kaltim.

Tanjung Soke juga memiliki obyek wisata alam seperti Riam Ngewan, hutan alam, adat istiadat dan tradisi suku Dayak Luangan, berbagai kerajinan dan tarian-tarian asli suku Dayak Luangan.

“Melalui Dana Desa rencananya kami membangun gedung kesenian. Tidak hanya untuk pelestarian seni budaya juga tempat penyimpanan koleksi barang leluhur. Di antaranya, beberapa jenis mandau, guci, gong, patung, tombak dan barang lainnya yang berjumlah lebih kurang 100 buah," jelasnya.

Kampung ini termasuk dalam Program Kampung Iklim (Proklim) yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Program ini ditelurkan dalam rangka meningkatkan keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan lain untuk melakukan penguatan kapasitas adaptasi terhadap dampak perubahan iklim dan penurunan emisi GRK serta memberikan pengakuan terhadap upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang telah dilakukan yang dapat meningkatkan kesejahteraan di tingkat lokal sesuai dengan kondisi wilayah.