
Orang Kaya RI Sedang Demam Emas, Alokasi Portofolio Tembus 25%
- Emas tetap dipandang sebagai safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik global
Ekbis
IBUKOTAKINI.COM - Orang-orang kaya di Indonesia kini tengah keranjingan emas. Laporan HSBC Affluent Investor Snapshot 2025 mencatat, alokasi portofolio investor kelas atas Tanah Air untuk emas mencapai 25%. Angka ini dua kali lipat lebih besar dibandingkan rata-rata investor global, dan melonjak 12 poin dari tahun lalu.
Head of Networks Sales and Distribution HSBC Indonesia, Sumirat Gandapraja, menilai tren ini menandai pergeseran strategi investasi yang signifikan. “Ada kecenderungan Indonesia akhirnya mengurangi porsi cash dan pindahnya mostly ke emas,” ujarnya dalam media briefing HSBC di Jakarta, Selasa (16/9/2025).
Mengapa emas jadi primadona?
Sumirat menjelaskan ada dua alasan utama. Pertama, emas tetap dipandang sebagai safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik global. Kedua, faktor budaya di Indonesia menjadikan emas bukan sekadar instrumen investasi, tetapi juga simbol status sosial dan tradisi, termasuk mas kawin.
BACA JUGA:
https://ibukotakini.com/read/sukses-melantai-surya-biru-murni-sbma-siap-kuasai-kalimantan
Selain emas (25%), investor kelas atas di Indonesia juga menaruh portofolio di properti (10%), obligasi (10%), dan saham (5%). Untuk produk keuangan, kepemilikan terbesar ada pada emas fisik (44%), disusul deposito berjangka (33%) dan investasi terkelola seperti reksa dana (31%).
Fenomena ini ternyata sejalan dengan tren global. HSBC melaporkan, investor di berbagai negara memangkas porsi uang tunai hingga hampir 40% seiring tren penurunan suku bunga. Aset riil seperti emas dan saham justru naik daun, dengan kepemilikan saham global meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun lalu.
Pergeseran ini menjadi sinyal penting. Dengan imbal hasil uang tunai yang kian tidak menarik, investor aktif mencari alternatif aset yang lebih aman sekaligus menjanjikan. Laporan HSBC menyebut, emas tetap menjadi instrumen lindung nilai paling tepercaya, sementara diversifikasi portofolio kini menjadi kunci untuk menyeimbangkan antara keamanan dan potensi pertumbuhan. ***
