Pembobolan Data Nasional, @realmrbert Minta Pejabat Diganti
- @realmrbert sudah memperingatkan adanya potensi serangan siber sejak 19 Maret 2024.
Tren
IBUKOTAKINI.COM - Seorang aktivis sosial media dengan akun Instagram @realmrbert mengunggah kekecewaanya atas kinerja para pejabat tinggi negara dalam mengatasi pembobolan Pusat Data Nasional yang dikelola Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).
Pemilik akun meminta Presiden Jokowi turun tangan, dan mengusulkan penggantian pejabat pengelola data nasional. “Pasti kejadian pembobolan data akan terjadi lagi. Karena apa? Karena pemimpin yang bapak pilih meng-handle data Indonesia itu tidak kompeten. Tidak tahu apa-apa soal teknologi."
“Maaf aku harus ngomong keras ini pak. Pilihlah anak-anak muda yang ngerti teknologi, jangan bapak-bapak yang udah tua, baby boomers, yang nggak tahu soal apa-apa, dan bapak harus milih dia karena politik, gitu loh pak,” kata @realmrbert dalam video sepanjang 6 menit lebih.
@realmrbert selama ini aktif mengedukasi follower-nya dengan video-video cara mengamankan data pribadi. Ia juga kerapkali membongkar aksi scammer atau penipuan online.
Soal pemboblan data publik, pria yang mengklaim sebagai mantan hacker dan penasihat keamanan digital ini sudah memperingatkan pemerintah akan potensi serangan siber sejak bulan lalu.
“Supaya bapak tahu ya, aku sudah tahu serangan ini akan terjadi sejak 19 Maret 2024,” katanya sambil menunjukkan analisis yang ia buat melalui akun Instagram dan TikTok. Di dua sosial media itu, @realmrbert menyebut akan ada serangan siber besar-besaran di perbankan Indonesia dan data nasional.
“Dan terbukti kan pak? Dan supaya bapak tahu, nggak ada yang peduli tentang kejadian yang sudah aku prediksi kan pak,” ujar @realmrbert dalam video yang menyenggol akun Presiden Jokowi.
@realmrbert juga menyinggung soal kejadian yang pernah menimpa Bank Syariah Indonesia (BSI) akan terulang di perbankan nasional. Hal itu terjadi karena pejabat yang menangani data nasional tidak kompeten.
Pemilik akun membandingkan respons pejabat publik dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan sektor swasta dalam menanggapi celah keamanan siber di lembaga mereka.
“Aku udah kasih tahu tentang perbankan di Indonesia itu akan kejebolan (dibobol) dan benar terjadi. Dan mau berapa kali lagi kejebolan? Dan uang masyarakat itu hilang supaya bapak mengerti. Dan supaya bapak, tanda kutip, nangkap betapa bahayanya data jebol,” ujarnya.
Ia mengisahkan bagaimana respons cepat manajemen sebuah bank swasta ketika memperoleh informasi adanya lubang atau celah dalam keamanan data nasabah mereka.
Manajemen bank swasta itu langsung menemuinya dan meminta timnya untuk menunjukkan celah keamanan itu, supaya cepat ditangani. Akhirnya dalam waktu sekitar tujuh hari, celah keamanan data itu berhasil ditambal, sehingga data keamanan nasabah bisa diamankan.
“Tapi…bank yang plat merah ini (BUMN) pak,- aku nggak berani ngasih tahu (nama banknya), karena kalau aku kasih tahu, mungkin besok aku bisa jebol masuk penjara. Kita kasih tahu 4 kali datang kesana, kita demo (demonstrasikan) ke A, ke B, ke C, ini lubangnya, dan tetap tidak dipedulikan. Sampai sekarang lubang (keamanan) itu tidak diperbaiki juga,” kata dia.
Menurut @realmrbert, ia sudah memberitahukan adanya kelemahan keamanan di bank BUMN itu sejak bulan Januari 2024.
@realmrbert mengaku dengan senang hati akan menunjukkan kepada Jokowi, tentang bahayanya kelemahan data pribadi.
“Bapak bisa menentukan apakah saya hanya ngomong bacot, atau benar, lubang ini bisa dimanipulasi,” imbuhnya.
@realmrbert mengaku kasihan terhadap masyarakat korban pembobolan data yang mengakibatkan tabungannya di bank lenyap. Menurutnya, semua negara mengalami serangan siber.
Tapi “80 persen serangan siber di dunia, ada di Indonesia,” katanya.
Video yang diungggah Selasa, 25 Juni 2024 itu sudah disaksikan lebih dari 3.600 kali dan mendapat komentar lebih dari 500 pengguna.
Layanan Imigrasi Lumpuh
Empat hari terakhir, Tim Siaga Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) telah bekerja keras mengatasi peretasan pada Pusat Data Nasional Sementara (PDNS).
Peretas diduga menggunakan jenis ransomware atau virus terbaru untuk menyerang server pemerintah yang mengelola secara nasional data kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah. Serangan ini berdampak pada sejumlah instansi pemerintah, termasuk gangguan di sistem keimigrasian.
Jenis ransomware yang digunakan adalah LockBit 3.0, yang merupakan varian baru yang belum pernah ada sebelumnya di Indonesia.
BSSN, Kominfo, Cybercrime Polri, dan Telkom Sigma sedang melakukan investigasi menyeluruh terhadap bukti-bukti forensik yang ditemukan. Laporan terakhir menyebut bahwa layanan imigrasi yang terdampak sudah beroperasi dengan normal.***