logo
Ilustrasi Perumahan
Ekbis

Penjualan Turun, BI Suntik Insentif Jumbo untuk Dorong Kredit Perumahan

  • Mulai 1 April 2025, insentif KLM akan dinaikkan dari 4% menjadi 5% dari Dana Pihak Ketiga (DPK).
Ekbis
Ferry Cahyanti

Ferry Cahyanti

Author

IBUKOTAKINI.COM - Harga properti residensial di pasar primer Kota Balikpapan terus merangkak naik pada awal 2025, terutama dipicu oleh kenaikan harga rumah tipe besar dan biaya konstruksi. 

Bank Indonesia (BI) mencatat, pertumbuhan harga ini tetap berada dalam tren positif meski terjadi perlambatan pada segmen rumah kecil dan menengah.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, Robi Ariadi, mengungkapkan bahwa hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) pada triwulan I-2025 menunjukkan pertumbuhan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) sebesar 1,31% (yoy). Meskipun angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,55% (yoy), Robi menegaskan bahwa tren pertumbuhan masih konsisten positif.

“Peningkatan IHPR ini terutama ditopang oleh rumah tipe besar (luas bangunan >70 m²) yang tumbuh 1,34% (yoy), menguat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 1,28%,” ungkap Robi, baru-baru ini.

Di sisi lain, harga rumah tipe kecil (≤36 m²) dan tipe menengah (36–70 m²) masing-masing tumbuh 1,59% dan 1,00%, menurun dibandingkan triwulan IV-2024 yang masing-masing mencatatkan pertumbuhan 2,01% dan 1,35%. Perlambatan ini tak lepas dari tekanan biaya pembangunan, termasuk naiknya harga bahan bangunan dan jasa tukang.

BACA JUGA:

Qubika, Hotel Pertama di IKN yang Sudah Cuan - ibukotakini.com

Namun, yang menarik, di tengah kenaikan harga, jumlah unit properti yang terjual justru turun signifikan. 

“Penjualan turun 22% dibanding triwulan sebelumnya. Dari 208 unit menjadi hanya 162 unit,” terang Robi. 

Ia menambahkan, meski permintaan menurun, pasar masih menunjukkan preferensi kuat terhadap rumah tipe kecil, yang menjadi kontributor penjualan terbesar, menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap hunian terjangkau dan bersubsidi.

Sebagai langkah konkret mendukung sektor ini, Robi menyebut Bank Indonesia akan memperkuat insentif likuiditas makroprudensial (KLM) bagi perbankan untuk mendorong penyaluran kredit ke sektor perumahan.

“Mulai 1 April 2025, insentif KLM akan dinaikkan dari 4% menjadi 5% dari Dana Pihak Ketiga (DPK),” jelasnya. Tak hanya itu, alokasi KLM khusus sektor perumahan juga melonjak tajam dari Rp23 triliun menjadi Rp103 triliun secara nasional.

Insentif ini merupakan bagian dari kebijakan Bank Indonesia untuk mengurangi beban Giro Wajib Minimum (GWM) bank, sehingga perbankan terdorong lebih agresif menyalurkan kredit ke sektor prioritas, termasuk perumahan rakyat, real estate, dan konstruksi.

“Bank Indonesia mendukung penuh program Asta Cita pemerintah di bidang perumahan. Kenaikan insentif KLM ini adalah bentuk komitmen kami mendorong pemenuhan kebutuhan hunian masyarakat,” pungkas Robi. ***