
Percepatan Turunkan Stunting Dengan Pendekatan Multisektor
Percepatan Turunkan Stunting Dengan Pendekatan Multisektor
Kabar Ibu Kota
IBUKOTAKINI.COM – Persoalan stunting menjadi hal serius dan ancaman bagi Provinsi Kalimantan Timur. Mengingat anak stunting tidak hanya terganggu pertumbuhan fisik tetapi pertumbuhan otak.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Kaltim Hj Padilah Mante Runa mewakili Gubernur Kaltim yang menghadiri sekaligus membuka Rapat Koordinasi (Rakor) Percepatan Penurunan Prevalensi Stunting di Kaltim Tahun 2020, Senin (23/11/2020).
Rakor digagas Biro Kesejahteraan Rakyat Setda Provinsi Kaltim digelar di Ruang Rapat Tepian 2 Kantor Gubernur Kaltim mengangkat tema Cegah Stunting, Kenali Penyebabnya tetap menerapkan protokol kesehatan Covid-19 dilaksanakan secara luring dan daring.
Rakor dimoderatori Sekretaris Dinas Kesehatan Kaltim H Andi Muhammad Ishak dengan narasumber Dirjen Bina Bangda Kemendagri Hari Nurcahya Murni diikuti Kepala Dinas Sosial Agus Hari Kesuma, Karo Adbang Fadjar Djojoadikusomo, Plt Kepala Dinas Pangan TPH Alimudin, , Bappeda, Dinas PUPR, pengurus TP PKK serta jajaran OPD terkait di lingkup Pemprov Kaltim dan kabupaten/kota se Kaltim.
Gubernur mengingatkan masalah stunting adalah hal serius menjadi ancaman bagi Kaltim bahkan Indonesia. Karena anak stunting menurut dia, tidak hanya terganggu pertumbuhan fisik tapi pertumbuhan otak.
"Mengakibatkan sumber daya manusia menjadi tidak produktif dan berdampak terganggunya kemajuan negara," katanya.
Penurunan stunting pintanya, penting dilakukan pendekatan multi sektor melalui sinkronisasi program-program nasional, lokal dan masyarakat di tingkat pusat hingga daerah.
Selain itu, kerjasama lintas sektor pun diperlukan, seperti ketahanan pangan, pembangunan sanitasi dan air bersih, serta pembangunan desa dioptimalkan hingga ke pemerintah daerah.
"Pelibatan tokoh masyarakat, tokoh adat, dan tokoh agama untuk mengedukasi masyarakat tentang penanganan Stunting," harapnya.
Kepala Bagian Agama dan Kesehatan Siddik Amrillah menyebutkan data Stunting Kaltim angka penurunan prevalensi mencapai 27,1 persen.
"Apabila mengacu target 20 persen batasan Stunting tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat. Jika dibanding target WHO, maka prevalensi kita masih tinggi," ujarnya.