
Pop Mart Hentikan Penjualan Boneka Labubu di Inggris Usai Kerusuhan
- Boneka mungil berbulu ini dijual seharga £13,50 hingga £50 di toko resmi, namun di pasar sekunder seperti eBay, harga varian langka bisa menembus £1.299,99 atau Rp28,5 juta.
Tren
IBUKOTAKINI.COM – Demam Labubu mencapai titik panas. Produsen mainan populer asal Tiongkok, Pop Mart, resmi menarik semua produk Labubu dari toko-toko di Inggris menyusul insiden kerusuhan antar pelanggan yang berebut boneka koleksi tersebut.
Dalam pernyataan resmi pada Selasa, 20 Mei 2025, Pop Mart mengumumkan penghentian penjualan Labubu di 16 gerai Inggris hingga Juni, demi alasan keamanan. Langkah ini diambil setelah antrean panjang dan situasi tak terkendali mewarnai kedatangan stok baru di sejumlah toko fisik dan mesin Roboshop.
Boneka mungil berbulu ini dijual seharga £13,50 hingga £50 di toko resmi, namun di pasar sekunder seperti eBay, harga varian langka bisa menembus £1.299,99 atau Rp28,5 juta. Lonjakan harga justru memicu rasa penasaran dan fear of missing out (FOMO), membuat banyak pemburu koleksi rela antre dan berdesakan.
Dari Hong Kong ke Dunia: Labubu Jadi Tren Global
Diciptakan oleh seniman Hong Kong Kaising Lung, karakter Labubu berasal dari seri The Monsters. Kepopulerannya meledak setelah bekerja sama dengan Pop Mart pada 2019, kemudian diperkuat lewat kehadiran Lisa BLACKPINK, Rihanna, dan Dua Lipa yang memamerkan Labubu sebagai aksesori fashion.
BACA JUGA:
https://ibukotakini.com/read/mini-gp-balikpapan-siapkan-pebalap-cilik-hadapi-kejurprov-kaltim
Sejak itu, Labubu menjelma jadi fenomena lintas benua, merambah pasar Asia, Amerika, hingga Eropa. TikTok mencatat lebih dari 1,3 juta video dengan tagar #labubu, memperlihatkan unboxing kotak misteri yang menghibur sekaligus memicu rasa ingin memiliki.
Pop Mart sengaja memasarkan Labubu dalam format blind box, membuat pembeli tak tahu karakter mana yang mereka dapatkan. Model ini menciptakan sensasi kejutan dan ketergantungan, apalagi dengan varian rahasia yang hanya bisa didapat 1 dari 72 kotak.
Kepopuleran Labubu disebut dipicu oleh dua strategi utama:
Bandwagon Effect, memanfaatkan kekuatan influencer untuk menciptakan tren global.
Snob Effect, membatasi stok dan menaikkan harga demi eksklusivitas
Hasilnya: ledakan permintaan yang mendorong pertumbuhan bisnis Pop Mart secara dramatis. Penjualan lini The Monsters (yang mencakup Labubu) melonjak 726% dari 2023 ke 2024, menyumbang 23,3% dari total pendapatan perusahaan.
Kinerja Finansial Fantastis
Dalam laporan keuangan kuartal pertama 2025, Pop Mart mencatat pertumbuhan pendapatan hingga 170% secara tahunan. Penjualan internasional bahkan naik tajam hampir 900% di Amerika Utara. Saham Pop Mart pun melejit 12,5% hanya dalam seminggu usai pengumuman laporan keuangan.
CEO Pop Mart Wang Ning menyebut Labubu sebagai tulang punggung pertumbuhan global mereka. Target 2025? Mencapai pendapatan 20 miliar yuan, dengan separuhnya berasal dari pasar luar negeri.
Pop Mart juga tengah melakukan reorganisasi global besar-besaran, mendirikan kantor pusat di China, Amerika, Asia Pasifik, dan Eropa. Justin Moon ditunjuk sebagai COO untuk memimpin ekspansi di dua wilayah terakhir.
Labubu Lebih dari Sekadar Boneka
“Lucu tapi gotik,” ujar Cecilia Li, mahasiswi asal China di New York yang menyebut Labubu lebih cocok dengan selera Gen Z Amerika daripada koleksi lain seperti Molly. “Ini bukan boneka imut biasa. Labubu terasa seperti pernyataan gaya.” (Trenasia)***