
Prospek Investasi PE di Indonesia 2025 Tetap Positif di Tengah Tensi Geopolitik
- Investor PE diproyeksikan akan terus mengawasi kebijakan regulasi dan perdagangan dari pemerintahan AS yang baru.
Bisnis
IBUKOTAKINI.COM—Memasuki 2025, Delloite memproyeksikan prospek investasi Private Equity (PE) di Indonesia dan Asia Tenggara tetap positif, terlepas dari berbagai ketegangan geopolitik dan tarif perdagangan yang sedang terjadi.
Investor PE diproyeksikan akan terus mengawasi kebijakan regulasi dan perdagangan dari pemerintahan AS yang baru, khususnya terkait dampak potensialnya pada transaksi di Tiongkok dan efek riak yang mungkin terjadi di Asia Tenggara.
"Seiring investor mengalihkan alokasi modal dari Tiongkok dan mencari destinasi investasi alternatif, Asia Tenggara berada dalam posisi yang baik untuk mendapatkan momentum investasi," tulis laporan Asia Pacific Private Equity 2025 Almanac - Southeast Asia Edition yang dirilis Deloitte.
Di Indonesia, aktivitas akuisisi dan merger diproyeksikan akan didukung oleh agenda ekonomi ambisius dari pemerintahan baru melalui reformasi legislatif dan digitalisasi proses registrasi dan perizinan. Namun, investor terus mengevaluasi risiko investasi di tengah dinamika politik Indonesia dan kebijakan tata kelola yang baru.
Fundamental jangka panjang yang solid di Indonesia, termasuk populasi muda yang terus bertumbuh, urbanisasi yang pesat, dan transformasi digital yang berkelanjutan, terus menarik investasi PE baik regional maupun internasional.
Pada 2024, Indonesia mencatat peningkatan nilai transaksi PE hingga 360% menjadi US$2,3 miliar dibandingkan US$0,5 miliar pada 2023, menjadikannya destinasi investasi PE terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Singapura.
"Proyeksi penurunan suku bunga di berbagai negara di kawasan ini, ketersediaan dana investasi atau dry powder yang signifikan, serta peningkatan kematangan ekosistem PE akan menjadi pendorong utama investasi pada 2025," jelas laporan tersebut.
Beberapa sektor di Indonesia diprediksi akan menjadi primadona investor PE selama 2025, dengan sektor konsumen yang terus menjadi tulang punggung pasar M&A Indonesia.
Sementara itu, sektor kesehatan mendapat traksi baru karena investor tertarik oleh konsumsi potensial Vietnam yang kuat, didukung oleh pertumbuhan PDB yang tangguh.
Di sektor teknologi, pendanaan untuk perusahaan AI dan pusat data diproyeksikan akan terus meningkat, seiring dengan adopsi teknologi yang semakin cepat di kawasan ini.
"Dengan semua ketidakpastian global yang ada, Indonesia dengan pasar domestiknya yang besar tetap menawarkan tingkat keamanan yang lebih tinggi bagi investor dibandingkan negara-negara lain yang sangat bergantung pada ekspor," tutup laporan tersebut.