Rupiah Ambruk ke Level Terendah Sejak Krisis 1998, Sentuh 16.118 per Dolar AS
- Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) belum mengumumkan kebijakan yang akan diambil untuk menstabilkan rupiah.
Tren
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan signifikan pada hari ini, Senin, 15 April 2024. Rupiah menembus level psikologis 16.000 pada tengah pekan lalu dan mencapai posisi terendah sejak krisis keuangan 1998.
Merujuk data Google Finance, pertahanan rupiah jebol pada hari Kamis, 11 April 2024 pada posisi 16.034. Sempat menguat menuju angka 15.996 sehari kemudian, mata uang RI kembali jeblok hingga menyentuh level tertinggi 16.147.
Sumber yang sama mencatat pada pukul 09.00 Wita, rupiah diperdagangkan di level 16.118 per dolar AS, melemah 0,48% dari posisi penutupan hari sebelumnya.
Pelemahan ini memperpanjang tren negatif rupiah yang telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir.
Berbagai faktor diyakini menjadi penyebab pelemahan rupiah, di antaranya, kebijakan moneter ketat Bank Sentral Amerika (The Fed) yang menaikkan suku bunga acuannya secara agresif untuk memerangi inflasi.
BACA JUGA:
Hal ini membuat dolar AS lebih menarik bagi investor global, sehingga memicu arus keluar modal dari pasar negara berkembang seperti Indonesia.
Ketidakpastian ekonomi global akibat perang di Ukraina dan Timur Tengah, serta sanksi-sanksi yang dikenakan kepada Rusia. Situasi ini memicu kekhawatiran investor terhadap prospek ekonomi global, sehingga mereka cenderung mencari aset safe haven seperti dolar AS.
Terakhir, akibat permintaan dolar AS yang meningkat dari importir untuk membiayai impor barang dan jasa. Permintaan ini semakin tinggi pada saat Ramadan dan Lebaran, ketika konsumsi masyarakat biasanya meningkat.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai pelemahan ini disebabkan oleh penundaan penurunan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika (The Fed).
BACA JUGA:
"Kemungkinan penurunan suku bunga The Fed bergeser ke kuartal IV 2024 karena ekonomi AS yang masih solid," ujar David dilansir Liputan6.com, Sabtu (15/4/2024).
Menurut David, pelemahan rupiah saat ini masih tergolong wajar dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.
"Masih wajar. Hitungan saya memang fundamental rupiah harusnya sudah di atas 16 ribu. Negara-negara berkembang lain banyak yang melemah di atas 5 persen, rupiah hanya 2,5 persen year to date (ytd). Yen Jepang saja sudah melemah 15 persen ytd," tutur dia.
David menambahkan, Bank Indonesia (BI) telah aktif melakukan stabilisasi rupiah sejak bulan lalu. Hal ini berdampak pada cadangan devisa yang turun sekitar USD 4 miliar pada Maret 2024.
"Cadangan devisa April kemungkinan juga masih turun karena pembayaran dividen, pembayaran utang dan upaya stabilisasi rupiah oleh BI," kata dia.
BACA JUGA:
Meskipun rupiah mengalami pelemahan, David optimis bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih kuat.
"Saya optimis fundamental ekonomi Indonesia masih kuat. Pertumbuhan ekonomi masih di atas 5 persen, inflasi masih terkendali, dan neraca perdagangan surplus," ujarnya.
David menghimbau kepada pelaku pasar untuk tetap tenang dan tidak melakukan spekulasi berlebihan.
"Pelaku pasar perlu mencermati data dan informasi yang ada dengan seksama dan tidak melakukan spekulasi berlebihan," pungkasnya.
Hingga hari ini Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) belum menyatakan kebijakan yang akan diambil untuk menstabilkan rupiah. ***