Samarinda dan Balikpapan
- Catatan Rizal Effendi
Kabar Ibu Kota
SAMARINDA dan Balikpapan itu “saudara kembar.” Mereka lahir dari rahim yang sama. Setelah Provinsi Kaltim terbentuk 1956, terbit UU No 27 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan, yang di antaranya mengenai daerah kotamadya (sekarang kota) dan kabupaten di Kaltim.
Dalam Lembaran Negara No 72 Tahun 1959 disebutkan Provinsi Kaltim terdiri dari 2 kotamadya dan 4 kabupaten. Dua kotamadya itu adalah Samarinda dan Balikpapan. Sedang 4 kabupatennya adalah Kabupaten Kutai, Kabupaten Pasir, Kabupaten Berau, dan Kabupaten Bulungan.
Kecuali Berau, Kabupaten Kutai dan Pasir sudah dimekarkan. Sementara Kabupaten Bulungan sekarang masuk wilayah Provinsi Kalimantan Utara.
Kutai induk sudah menjadi Kutai Kartanegara (Kukar), sedang Pasir dipecah dua dengan perubahan sebutan dari Pasir menjadi Paser.
Meski lahir dari rahim yang sama, HUT Kota Samarinda dan Balikpapan tidak sama. Memang tanggal dan bulannya agak berurutan. Tapi tahunnya berbeda jauh.
HUT Provinsi Kaltim ditetapkan tanggal 9 Januari 1957 saat pemekaran Provinsi Kalimantan, sedang HUT Kota Samarinda berpatokan tanggal 21 Januari 1668 dan HUT Kota Balikpapan pada 10 Februari 1897.
Penetapan tanggal 21 Januari 1668 oleh Wali Kota Samarinda HM Waris Husain (1985-1995) berdasarkan cerita datangnya rombongan Bugis Wajo yang dipimpin La Mohang Daeng Mangkona. Sedang penetapan 10 Februari 1897 buat Balikpapan ditandai dengan pengeboran pertama sumur minyak yang diberi nama Mathilda.
Selain merayakan HUT kotanya, Samarinda tetap merayakan hari jadi sebagai kotamadya atau pemerintah kota (Pemkot).
Karena itu perayaan tahun 2024 ini, Samarinda memperingati hari jadi kota yang ke-356 sekaligus HUT Pemkot ke-64. Sedang Balikpapan hanya merayakan hari jadinya saja, yang tahun 2024 ini memasuki HUT ke-127.
Peringatan HUT ke-127 Kota Balikpapan, Sabtu (10/2) persis pada perayaan tahun baru Imlek 2575 Kongzili. Tahun baru Imlek 2024 merupakan tahun kelahiran shio Naga. Tahun ini, shio Naga didampingi oleh elemen kayu. Maknanya, menunjukkan tahun yang diprediksi penuh dengan keberanian, pertumbuhan, dan inovasi.
Orang yang lahir dalam tahun ini, kemungkinan diberkahi dengan sifat-sifat kepemimpinan, kemampuan beradaptasi, dan keberuntungan dalam usaha mereka.
Empat hari setelah peringatan HUT Kota Balikpapan, kita melaksanakan Pilpres dan Pileg. Tanggal 14 Februari 2024, jatuh hari Rabu legi. Itu juga Hari Valentine atau Hari Kasih Sayang. Mudah-mudahan Pemilu kita penuh kasih sayang, jurdil, dan tidak gontok-gontokan apalagi rusuh.
Sementara itu, HUT ke-67 Provinsi Kaltim di antaranya ditandai dengan pemberian penghargaan panji keberhasilan pembangunan kepada 10 kabupaten/kota dan penghargaan kepada 23 tokoh daerah. Hanya saja sudah lama berembus ketidakpuasan atas penghargaan tersebut.
Misalnya dalam hal panji keberhasilan pembangunan, seyogianya disertai pula pemberian insentif khusus. Misalnya dinaikkannya bantuan keuangan (Bankeu) Provinsi atau tambahan program di sektor yang dimenangi oleh kabupaten dan kota. Biar daerah penerima lebih termotivasi.
Dalam hal pemberian penghargaan kepada tokoh daerah yang berjasa, Pemprov Kaltim hanya memberikan selembar piagam penghargaan saja dalam Rapat Paripurna DPRD. Itu sudah dilakukan bertahun-tahun.
Tokoh penerima penghargaan dari Pemkot Balikpapan hatinya lebih berbunga-bunga. Sebab, selain menerima piagam penghargaan mereka juga mendapatkan pin emas seberat 10 gram dan dana penghargaan sekitar Rp10 juta.
Saya sangat iba ketika mendengar apa yang disampaikan tokoh Pramuka Balikpapan Drs Soekarno. Dia penerima penghargaan pada HUT ke-66 Provinsi Kaltim tahun 2023 lalu. Kebetulan saya juga menerima penghargaan yang sama waktu itu.
Soekarno datang ke Karangpaci, “markas” DPRD Kaltim menggunakan mobil sewaan. Dia kira dalam penghargaan yang diterimanya disertai uang penghargaan. Bisa untuk bayar ongkos mobil. Ternyata tidak. “Saya bingung harus menyewa mobil lagi untuk pulang ke Balikpapan,” katanya dengan murung.
Menurut saya, Pemprov Kaltim harus memberi perhatian khusus kepada tokoh berjasa penerima penghargaan. Tidak semua penerima penghargaan itu mempunyai kemampuan materi. Ada juga dari warga biasa, yang berharap lebih. Selain piagam, sudah selayaknya mereka mendapat tali asih atau sejenisnya.
SALING BERPACU
Samarinda dan Balikpapan saling berpacu membenahi kota. Mulai urusan banjir, pasar, penataan jalan lingkungan serta pemasangan lampu jalan untuk menambah keindahan kota. Wali Kota Samarinda Andi Harun dan Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas’ud sama-sama punya misi. Samarinda bertekad menjadi kota peradaban dan Balikpapan ingin mempertahankan julukan kota yang nyaman dihuni.
Dari HUT Provinsi Kaltim ke-67, Balikpapan tetap bertahan sebagai penerima penghargaan panji keberhasilan terbanyak, yaitu sebanyak 17 panji. Samarinda mendapatkan 7, sama dengan Berau. Di bawah Balikpapan adalah Kukar dengan 13 panji.
Balikpapan lagi membenahi Pasar Klandasan, sementara Samarinda sedang merevitalisasi Pasar Pagi, yang penuh sejarah.
Riak di Pasar Klandasan tidak seberapa, meski ada lagi yang mengklaim tanah di dalamnya. Tapi pembenahan total Pasar Pagi sepertinya Andi Harun menghadapi perlawanan berat terutama dari sebagian pedagang.
Tapi dalam hal pembenahan jalan dan banjir, Balikpapan sangat bergejolak. Penataan DAS (Daerah Aliran Sungai) Ampal termasuk penataan jalan dan saluran drainase di Jl MT Haryono sampai sekarang penuh sorotan. Malah sampai dilaporkan ke KPK. Proyek bernilai Rp136 miliar itu berlangsung molor, sudah setahun warga tersiksa melintas di jalur itu.
Balikpapan memecahkan rekor terlama tidak memiliki wakil wali kota (Wawali). Sejak meninggalnya calon wawali terpilih Thohari Aziz, 27 Januari 2021, sampai sekarang belum juga terisi. Proses pengisiannya tertunda lagi sejak salah satu calonnya Budiono, wakil ketua DPRD ditarik kembali oleh partainya, PDIP. Sementara itu juga tidak terdengar kelanjutan gugatan Peradi, Apatisi, Forsiladi dan ADRI ke Pengadilan Negeri atas kekosongan jabatan tersebut.
Samarinda membuat kejutan dengan megaproyek jalan terowongan (tunnel), yang menyerap dana APBD sebesar Rp400 miliar. Tunnel sepanjang 700 meter itu menghubungkan Jl Sultan Alimuddin dengan Jl Kakap, yang di antaranya bertujuan untuk mengurai kemacetan di sekitar Gunung Manggah.
Uniknya, pembangunan terowongan ini berseteru dengan Pemprov Kaltim. Gara-gara Pemkot Samarinda pernah menyegel lahan Pemprov di kawasan Vorvo dibalas dengan penyegelan proyek tunnel di segmen Jl Kakap karena menabrak lahan Pemprov.
Pj Gubernur Akmal Malik bertindak bijak. Dia mengundang Wali Kota Andi Harun dan Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kaltim, Fahmi Prima Laksana. Akhirnya dicapai kesepakatan. “Kita semua satu, jadi harus punya kesepahaman yang sama dalam urusan pembangunan,” kata Akmal.
Pemkot Samarinda juga merenovasi kompleks Gelanggang Olahraga (GOR) Segiri. Itu sebabnya Borneo FC yang menempati ranking teratas di Liga1 memindahkan home base-nya ke Stadion Batakan Balikpapan. Sayang Persiba sendiri sudah pasti melorot ke Liga 3 dan menjadi kado tak nyaman buat HUT ke-127 Kota Beriman.
Di tengah semangatnya Andi Harun melakukan pembangunan fisik, Wakil Ketua Komisi IV DPRD Samarinda, Sani bin Husain mengingatkan. Pemkot masih memiliki pekerjaan rumah (PR) di sektor pendidikan dan kesehatan. “Infrastruktur memang penting, tetapi jangan sampai ada anak yang tidak sekolah dan kurang gizi,” jelasnya seperti diberitakan tribunnews.com. ***
(Wartawan senior Kaltim, Walikota Balikpapan 2011-2021)