Sarpi dengan Pak BTP
- Lewat WA sudah saya jelaskan saya tidak lagi menjabat wali kota Balikpapan sejak 31 Mei 2022. “Ya saya tetap ingin bertemu,” katanya menegaskan.
Komunitas Kita
Catatan: Rizal Effendi
ALHAMDULILLAH saya bisa sarapan pagi (sarpi) dengan Komisaris Utama (Komut) Pertamina Ir Basuki Tjahaya Purnama (BTP) di restoran Four Points by Sheraton Hotel Balikpapan, Selasa (11/7) pagi. Kebetulan BTP yang akrab dipanggil Pak Ahok lagi kunjungan kerja ke daerah ini sejak sehari sebelumnya.
“Saya datang ke Balikpapan untuk mengecek seluruh aset Pertamina,” katanya kepada saya. Tapi dia juga berkunjung ke lokasi Ibu Kota Nusantara (IKN) di Sepaku, Penajam Paser Utara. “Ya ke IKN juga berkaitan dengan rencana pembangunan atau pemindahan kantor pusat Pertamina,” tambahnya.
Saya tak mengira BTP berkenan mengundang saya sarpi bersama. Lewat WA sudah saya jelaskan saya tidak lagi menjabat wali kota Balikpapan sejak 31 Mei 2022. “Ya saya tetap ingin bertemu,” katanya menegaskan.
Karena itu ketika bertemu BTP, saya langsung menyerahkan buku pertama saya yang berjudul “Bukan Pak Wali Lagi.” BTP sangat mengapresiasi saat menerima buku saya. Apalagi salah satu tulisan di buku itu tentang Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB) dalam penanganan Covid-19 tahun 2021. Saya sempat minta dukungan BTP melengkapi fasilitas kesehatan RSPB mengingat banyaknya pekerja Pertamina terserang wabah tersebut.
Ketika tahu saya akan diterima BTP, beberapa orang di sekeliling saya berebut ingin ikut. Ada Pak Zen, yang bergerak di usaha transportasi. Ada Hirson, pengacara muda. Ada Ken, putra sulung almarhum Johny Ng, mantan anggota DPRD. Ada Mardi yang sudah lama bermimpi ingin ketemu Pak Ahok. “Alhamdulillah mimpi saya kesampaian,” katanya bangga luar biasa. Yang ketinggalan Vibra dan Rizal, yang namanya mirip nama saya.
BACA JUGA:
- Kawasan Resort Hingga Pusat Research and Development Akan Dibangun di IKN - ibukotakini.com
- Begini Cara Kilang Pertamina Balikpapan Tingkatkan Keselamatan Kerja - ibukotakini.com
BTP tidak menolak ketika saya ajak mereka. “Ayo kita sarapan pagi bareng,” katanya penuh keramahan. Padahal menurut informasi, BTP juga ditunggu sarpi dengan pimpinan Pertamina lainnya di Balikpapan. Saya merasa mendapat kejutan karena dia secara khusus menyediakan waktu untuk saya. Tepat pukul 07.00 pagi saya sudah berada di Four Points.
Hampir satu jam kami berdialog. BTP hanya didampingi sekretarisnya Mba Priska. Bicaranya seperti biasa blak-blakan. Dia komit bekerja dan mengabdi untuk kepentingan rakyat dan negara. “Gaya bicara beliau seperti kita lihat selama ini di layar TV, tak berubah,” kata Ken, pengusaha muda yang juga ketua Persatuan Bola Basket (Perbasi) Balikpapan.
Kepada BTP, saya jelaskan ada empat wilayah di Kaltim yang sangat berjasa untuk Pertamina atau Indonesia. Selain Balikpapan yang dikenal dengan kilangnya, ada juga Samboja dan Senipah (Sanipah) di wilayah Kutai Kartanegara (Kukar) dan Sanga-Sanga di wilayah Kota Samarinda.
“Dulu di tahun 60 dan 70-an, kalau kita ingin mandi di kolam renang atau nonton di bioskop gratis ya pergi ke Sanga-Sanga atau Samboja,” kata saya. Itu bagian dari fasilitas untuk pekerja Pertamina sejak zaman BPM (Batavia Petroleum Maatschappij). Saya pernah tinggal di Samboja, ketika ayah saya menjadi guru SD di sana.
Di Senipah itu ada namanya daerah Sigagu. Kata orang itu berasal dari kata Chicago, kota di Amerika Serikat (AS). Mungkin karena di situ ada perusahaan minyak dan gas bumi asal AS, Vico Indonesia dan Total E&P Indonesie dari Prancis. Setelah diambil alih, sekarang pengelolaannya oleh Pertamina Hulu Mahakam (PHM).
Di Sanga-Sanga ada sumur minyak Louise 1 yang sudah berumur 126 tahun. Itu sumur minyak pertama yang mulai beroperasi 20 Februari 1897. Sumur itu ditemukan oleh ahli pertambangan Belanda, Ir Jacobus Hubertus (JH) Menten tahun 1889, yang mengepalai pemboran. JH Menten juga yang menemukan sumur Mathilda di Balikpapan, 10 hari lebih cepat dari Louise 1. Mathilda adalah nama anak perempuan dia.
Menyinggung aset-aset Pertamina di Balikpapan, saya menunjuk ratusan bahkan ribuan rumah warga di atas tanah Pertamina seperti di Gunung Pipa, Muara Rapak. Juga kompleks Banua Patra dan Lapangan Merdeka serta lapangan golf di Gunung Bakaran, dekat Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan.
“Kalau tidak berada di ring 1 sebaiknya kawasan Gunung Pipa diserahkan ke Pemkot atau dijual kepada masyarakat. Biar ada kepastian hukum bagi semua pihak. Baik juga untuk Pertamina,” kata saya kepada BTP. Jalan di kawasan ini sebagian sudah rusak, tapi Pemkot tak bisa ikut memperbaiki karena bukan asetnya.
Menurut saya, kompleks Banua Patra yang diresmikan oleh Dirut pertama Pertamina Ibnu Sutowo tahun 1970 dan lapangan golf Gunung Bakaran sangat perlu direnovasi dan dikelola secara profesional. Kalau perlu dikerjasamakan dengan pihak swasta. Karena letaknya yang sangat strategis dan punya nilai komersial terbilang tinggi.
BACA JUGA:
- Wali Kota Balikpapan Sebut Kelangkaan LPG 3 Kg Disebabkan Distribusi yang Sempat Terhenti - ibukotakini.com
- Balikpapan Jadi Salah Satu Tuan Rumah Kegiatan OIC-CA - ibukotakini.com
Saya juga menyinggung soal kelangkaan LPG 3 kg dan solar subsidi. Meski kuotanya ditetapkan Pemerintah dan DPR, tetap saja Pertamina yang disorot. “Yang tidak enaknya orang mengaitkan dengan keberadaan kilang Pertamina di Balikpapan. Jadi kaya tikus mati di lumbung padi,” kata saya.
Entah kebetulan atau tidak, warga ramai berdatangan kemarin, karena ada operasi pasar gas LPG 3 kg di Baru Ulu, Balikpapan Barat, Gunung Bahagia Balikpapan Selatan, dan Kelurahan Gunung Samarinda Baru, Balikpapan Utara. Harganya sesuai HET, Rp 19 ribu per tabung. Tidak seperti hari sebelumnya ada yang sampai dijual Rp 35 ribu.
BTP sendiri sebenarnya tidak terlalu setuju dengan pola BBM bersubsidi. Karena selalu bias akibat disparitas harga yang mencolok. Semua orang ingin memanfaatkan padahal dia punya kemampuan di atas itu. Juga muncul berbagai spekulan. Karena itu perlu pola lain yang lebih efektif.
Pindah ke Balikpapan
Seperti dijelaskan kepada wartawan setelah bertemu Wali Kota Rahmad Mas’ud, BTP juga bercerita kepada saya tentang rencananya memindahkan kantor pusat Pertamina dari Jakarta ke Balikpapan. Setidaknya ada tiga pertimbangan yang sangat realistis.
Pertama, sejalan dengan keinginan Presiden Jokowi yang memindahkan semua kantor pemerintahan ke IKN sebelum 17 Agustus 2024, kedua karena sebagian besar wilayah operasi Pertamina berada di Kalimantan Timur dan sekitarnya. Dan ketiga, pertimbangan ekonomis.
Dia menceritakan sebagian kantor pusat Pertamina di Jakarta dilakukan dengan menyewa. Tidak kurang 92 ribu meter persegi dengan nilai Rp 328 miliar. “Kalau pindah ke Balikpapan selain hemat juga terjadi pemerataan pembangunan. Bukankah Presiden menginginkan seperti itu?” katanya.
Menurut BTP, rencana ini sudah mendapat dukungan dari Wali Kota. Dia juga menyinkronkan dengan rencana pembangunan coastal road. Pada masa saya masih menjabat wali kota, memang ada satu segmen yang tidak dilelang Pemkot. Bisa jadi itu dijual atau disewakan untuk kantor Pusat Pertamina. “Wah kalau dilakukan reklamasi bisa kayak Ancol. Ada hotel, ada teluk dan bangunan. Luar biasa,” ujarnya.
Tempo hari coastal road sepanjang 5 kilometer itu rencananya disambung dengan jembatan tol antara Nipah-Nipah, PPU dengan Lapangan Merdeka. Ketinggian jembatan 50 meter dari permukaan laut. Belakangan karena ada IKN, maka ketinggian jembatan itu ditinjau kembali. Selain jembatan Pulau Balang, jembatan tol itu sangat penting untuk mengurangi tekanan penduduk di Balikpapan.
Kepada BTP, saya juga mengajukan usul alternatif lain. Kantor Pusat Pertamina bisa juga dibangun di kawasan Samboja atau Senipah. Karena itu juga di tepi pantai dan berada di tengah-tengah ladang operasi minyak mentah dan gas Blok Mahakam. Juga dekat dengan kawasan IKN. Hanya sekitar 45 km dari Balikpapan.
BTP tanggal 29 Juni lalu genap berusia 57 tahun. Yang menarik dia lahir di Manggar, Belitung Timur. Kawasan Manggar juga ada di Balikpapan. Tepatnya di Kecamatan Balikpapan Timur arah ke Samboja. Jadi kalau BTP pindah ke Balikpapan, boleh juga disebut pulang ke kampung halaman.
Saya sengaja dalam tulisan ini banyak menggunakan inisial BTP bukan Ahok. Karena saya teringat ada bukunya yang berjudul “Panggil Saya BTP.” Dia awal Januari tahun lalu menerima Nawacita Awards 2022 bidang kemandirian ekonomi nasional dari PT Media Nawacita Indonesia (MNI). BTP dinilai banyak menginspirasi banyak orang sebagai sosok yang konsisten, jujur, dan tegas.
Sebelum balik ke Jakarta, BTP sempat meninjau proyek perluasan kilang Pertamina Balikpapan. Dia mengakui pada 17 Agustus 2024 nanti, ada bagian dari proyek RDMP itu yang sudah bisa diresmikan Presiden Jokowi bertepatan dengan peringatan HUT ke-78 Kemerdekaan RI di IKN. “Kabar-kabaran kita, silakan WA jika ada sesuatu yang ingin disampaikan,” katanya kepada saya. (*)
*Kolumnis, Wali Kota Balikpapan 2011-2021