Satwa Liar Terancam Kehilangan Habitat, DPRD Kutim Prihatin
- Peran aktif pemerintah untuk memastikan satwa liar tetap memiliki habitat alami yang layak, terhindar dari ancaman akibat perluasan tambang.
Kutai Timur
IBUKOTAKINI.COM – Aktivitas tambang batu bara di Kabupaten Kutai Timur terus mendongkrak perekonomian daerah dengan nilai yang semakin fantastis. Tingginya permintaan global dan perluasan lahan tambang menjadi faktor pendorong utama. Namun, di balik keuntungan ekonomi yang besar, kegiatan ini membawa dampak serius terhadap lingkungan, terutama terhadap habitat satwa liar yang kini terancam.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kutai Timur, Joni, menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi satwa liar yang semakin sulit mendapatkan tempat tinggal akibat alih fungsi hutan menjadi area tambang. Di mana satwa liar kini terpaksa turun ke jalan raya untuk mencari makanan dari pemberian masyarakat yang melintas.
"Kalau bisa, dinas terkait memperhatikan hal ini juga. Lambat laun hutan akan semakin berkurang, dan satwa-satwa ini pasti akan semakin kesulitan mencari makan,” ucap Joni saat ditemui di ruang kerjanya di Kantor DPRD Kutai Timur, Sangatta, Jumat, 8 November 2024.
Joni mengusulkan agar pihak dinas segera mengambil langkah konkret untuk memindahkan satwa-satwa tersebut ke area hutan yang masih lebat dan aman. Hal ini diperlukan peran aktif pemerintah untuk memastikan satwa liar tetap memiliki habitat alami yang layak, terhindar dari ancaman akibat perluasan tambang.
BACA JUGA:
- Jelang Pemungutan Suara, H. Uci Ajak Masyarakat Tolak Politik Uang - ibukotakini.com
- DPRD Kutim Soroti Keterbatasan Fasilitas di Kecamatan Terpencil - ibukotakini.com
- DPRD Kutim Optimis Serapan Anggaran Perubahan 2024 Akan Optimal - ibukotakini.com
Meski ada aturan yang melarang pemberian makanan kepada satwa liar di jalan, beberapa warga merasa iba melihat kondisi mereka. Mereka menilai satwa liar ini tak punya pilihan lain selain mendekati area permukiman akibat berkurangnya lahan hutan.
“Mau bagaimana lagi, hutan mereka sudah semakin sempit. Mau tidak mau pasti mereka turun ke jalan karena lapar. Memang ada larangan memberi makan, tapi kalau tidak diberi makan, kasihan juga,” tambah Joni.
Joni berharap dinas kabupaten maupun provinsi dapat turun tangan mencari solusi yang tepat. Menurutnya, penting bagi pemerintah untuk berkomunikasi dengan perusahaan tambang agar satwa liar tidak harus turun ke permukiman dan tetap aman di habitat alaminya.
"Karena ini terkait perusahaan juga, dinas sebaiknya berdialog dengan perusahaan agar satwa tetap punya ruang hidup. Kalau hutannya masih luas, mereka bisa mencari makan, tapi sekarang lahan sudah menipis," pungkasnya. (Adv)