
SPBUN Maratua, Energi yang Menyalakan Asa Nelayan
- Pertamina Hadir untuk Masyarakat Pesisir
Kabar Ibu Kota
IBUKOTAKINI.COM - Di Pulau Maratua, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, kehidupan nelayan selalu berpacu dengan waktu dan ombak. Setiap fajar, perahu-perahu kecil mulai meninggalkan dermaga, menembus kabut pagi di atas laut biru. Di balik ketangguhan mereka menantang samudra, tersimpan kisah perjuangan panjang untuk bertahan hidup terutama dalam hal mendapatkan bahan bakar.
Bertahun-tahun lamanya, nelayan Maratua harus membeli bahan bakar minyak (BBM) dari pengecer dengan harga yang jauh lebih tinggi dibanding harga resmi.
“Dulu kami beli bensin Rp13.000 per liter,” kenang Guntaris, salah satu nelayan di Kampung Payung-Payung pada Selasa, 21 Oktober 2025.
Suaranya bergetar pelan, mencerminkan beratnya perjuangan masa lalu. “Kalau lagi habis, kami harus pergi ke pulau lain. Kadang perlu setengah hari hanya untuk isi bahan bakar. Sudah keluar biaya banyak, tenaga juga terkuras.”
Namun, kondisi itu kini berubah drastis. Sejak hadirnya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBUN) No. 68.773.02, yang dikelola oleh PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan, kehidupan nelayan Maratua menjadi lebih ringan.
Terletak di Jalan Poros Kampung Payung-Payung, SPBUN ini bukan hanya fasilitas pengisian bahan bakar, tetapi juga membuat perubahan nyata di ujung timur Kalimantan.
Dengan harga jual Rp6.800 per liter, nelayan kini bisa melaut lebih efisien. Selisih harga yang dulunya terasa membebani kini menjadi tambahan rezeki.
“Lumayan, selisihnya bisa untuk beli kebutuhan rumah tangga,” tutur Guntaris sambil tersenyum. “Kami jadi bisa melaut lebih sering tanpa khawatir kehabisan bahan bakar.”
Lebih dari itu, ia menghadirkan rasa aman dan kepastian bagi para nelayan. Sebelum SPBUN beroperasi, banyak nelayan yang terpaksa mengurangi frekuensi melaut karena mahalnya biaya operasional. Kini, produktivitas mereka meningkat signifikan, dan hasil tangkapan pun lebih melimpah.
“Kalau dulu seminggu bisa melaut tiga kali, sekarang bisa empat atau lima kali. Pendapatan juga naik,” ujar Guntaris sambil menunjukkan hasil tangkapan hari itu beberapa ekor kakap merah dan cumi-cumi segar.

Dari Fasilitas Energi Menjadi Pusat Kehidupan
SPBUN Maratua kini menjadi jantung aktivitas nelayan. Setiap pagi, sebelum berangkat melaut, para nelayan berkumpul di sekitar area pengisian.
pengelola SPBUN Maratua, Ivan, menilai kehadiran fasilitas ini bukan semata soal bisnis. “Kami ingin SPBUN ini menjadi bagian dari solusi bagi masyarakat. Dulu banyak warga harus menempuh jarak jauh ke Tanjung Batu hanya untuk beli BBM. Sekarang, cukup di pulau sendiri. Lebih efisien, lebih aman, dan tentu lebih murah,” jelasnya.
Selain melayani kebutuhan nelayan, SPBUN ini juga mendukung aktivitas ekonomi lain di Maratua mulai dari transportasi laut, pariwisata bahari, hingga pelaku usaha kecil yang bergantung pada energi.
“Kami bangga bisa jadi bagian dari perubahan ini. SPBUN tentang keberlanjutan hidup masyarakat pesisir.”
Pertamina Hadir untuk Masyarakat Pesisir
Dibangun sebagai bagian dari program nasional untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan, SPBUN Maratua mencerminkan komitmen Pertamina Patra Niaga dalam memperluas akses energi hingga ke pelosok negeri.
Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan, Edi Mangun, menjelaskan, pembangunan SPBUN merupakan tindak lanjut dari amanat pemerintah untuk memastikan nelayan mendapatkan energi yang terjangkau.
“Kehadiran SPBUN di Maratua ini wujud nyata dukungan Pertamina terhadap nelayan. Kami ingin memastikan mereka punya akses mudah dan harga yang adil, agar kegiatan melaut lebih produktif dan kesejahteraan meningkat,” ungkap Edi.
Pertamina Patra Niaga tidak hanya membangun fasilitas, tetapi juga mendampingi masyarakat dalam pengelolaan operasional. Dengan pendekatan komunitas, Pertamina mendorong agar SPBUN dikelola secara mandiri dan berkelanjutan oleh masyarakat lokal.
“Program ini tidak hanya soal distribusi energi. Kami ingin mendorong kemandirian dan semangat gotong royong di komunitas pesisir,” ujar Edi.
