Sungai di Kaltim Tercemar Mikroplastik, Ancam Kesuburan Hingga Sebabkan Kanker
- IBUKOTAKINI.COM – Masalah yang disebabkan oleh mikroplastik lebih besar dari yang biasanya diperkirakan sehingga dinilai berbahaya dan mengancam keberlangsungan makhluk hidup.
Kabar Ibu Kota
IBUKOTAKINI.COM – Kelompok studi konversi lahan basah Program Studi Biologi di Unair yang tergabung dalam Ecoton menerbitkan laporan pencemaran sungai-sungai di Indonesia. Dalam studi yang berlangsung sepanjang 2022, Ecoton merilis peringkat pencemaran sungai oleh partikel plastik, atau mikroplastik.
Data Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) 2022 yang menguji kandungan mikroplastik di 68 sungai strategis nasional, menunjukkan Kalimantan Timur berada di posisi 15 dari 24 provinsi yang diuji. Kontaminasi partikel mikroplastik sungai di Kaltim mencapai 220 partikel/100 liter.
Sementara 5 provinsi yang paling tinggi terhadap kontaminasi partikel mikroplastik yaitu Jawa Timur ditemukan 636 partikel/100 liter, Sumatera Utara ditemukan 520 partikel/ 100 liter, Sumatera Barat ditemukan 508 partikel/100 liter, Bangka Belitung 497 partikel/100 liter, dan Sulawesi Tengah 417 partikel/100 liter.
“Permasalahan lingkungan di Indonesia, salah satu yang sering menjadi perhatian khalayak adalah sampah plastik di Indonesia. Terbukti dari ditemukannya partikel mikroplastik dari beberapa komponen kehidupan mulai dari air, udara, ikan bahkan mikroplastik telah teridentifikasi dalam darah, ASI dan paru-paru manusia,” bunyi pernyataan resmi Ecoton yang dikutip Selasa 3 Januari 2023.
BACA JUGA:
- DPRD Balikpapan Setujui Rencana Penanganan Sampah Melalui Skema KPBU - ibukotakini.com
- Program CSR Desa Energi Berdikari “Wasteco” PHM Peroleh Great Practice Award 2022 di Taiwan - ibukotakini.com
Namun permasalahan tersebut belum menghentikan kegiatan produksi plastik yang sampai saat ini masih tetap berjalan bahkan muncul masalah lain WTE (Waste to Energy) yaitu mengubah sampah plastik jadi energi tetapi hal tersebut dapat melepaskan mikroplastik beserta bahan racun plastik ke lingkungan.
Ecoton menilai keadaan sungai di Indonesia dinilai masih buruk karena banyak ditemukan sampah plastik di bantaran dan badan air. Hal ini yang menjadi sumber dari adanya kontaminasi mikroplastik, yaitu partikel plastik yang berukuran kurang dari 5 mm.
Berikut adalah sumber kontaminasi mikroplastik di sungai Indonesia berdasarkan kajian Ecoton:
- Fibre (Serat)20 %, sumbernya dari degradasi kain sintetik akibat kegiatan rumah tangga pencucian kain, laundry dan juga limbah industri tekstil. Fibre juga disebabkan oleh sampah kain yang tercecer di lingkungan yang terdegradasi karena faktor alam (suhu, arus air dll)
- Film (Filamen) 60 %, berasal dari degradasi sampah plastik tipis dan lentur (kresek dan kemasan plastik Single layer SL);
- Fragment60 %, berasal dari deradasi sampah plastik kaku dan tebal (kemasan sachet multilayer ML, tutup botol, botol shampo dan sabun );
- Pellet 4 %, merupakan mikroplastik primer yang langsung diproduksi oleh pabrik sebagai bahan baku pembuatan produk plastik.
- Foam 0,4 %, berasal dari degradasi setiap jenis plastik dengan struktur foam (berbusa), misalnya dari Styrofoam atau plastik lainya meliputi poliestirena (PS), polietilena (PS) atau polivinil klorida (PVC).
Berdasarkan data Kemetrian PUPR 2020 yang dikelola oleh FITRA (Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran), menyebutkan bahwa tata kelola sampah di Indonesia belum merata. Regulasi terkait tata kelola sampah di level daerah masih minim.
Dari 514 kabupaten dan kota di Indonesia hanya 45% yang sudah memiliki Perda Persampahan dan Perda Retribusi Persampahan. Sementara itu, Presiden Jokowi meminta pengelolaan sampah harus menjadi program penting dibuat terpadu dan sistemik. Harus ada keterlibatan masyarakat dan swasta serta sinergi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Pengelolaan sampah masih dilakukan dengan tradisional memakai pola land field. Presiden Jokowi mengatakan bahwa pola ini sangat berbahaya karena hanya buang, angkut dan timbun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Selain itu, pemanfaatan sampah saat ini masih sangat kecil, hanya sekitar 7,5% dari total sampah yang menumpuk setiap hari.
Masalah yang disebabkan oleh mikroplastik lebih besar dari yang biasanya diperkirakan sehingga dinilai berbahaya dan mengancam keberlangsungan makhluk hidup.
BACA JUGA:
- Pantau Pengelolaan Sampah, Pemkot Balikpapan Terima Kunker Baleg DPR RI - ibukotakini.com
- Kurangi Timbunan Sampah, PT PLN UIKL Kalimantan Launching BBJP Plant UPDK - ibukotakini.com
Berdasarkan komponennya plastik tersusun oleh senyawa utama meliputi styrene, vinil klorida dan bisphenol A. Apabila tubuh terpapar oleh senyawa tersebut maka akan menyebabkan iritasi atau gangguan pernapasan, mengganggu hormon endokrin sampai berpotensi menyebabkan kanker.
Senyawa tambahan yang dicampurkan ke dalam plastik meliputi phthalate, penghalang api, dan alkalyphenol juga dapat menyebabkan gangguan aktivitas endokrin hingga berdampak pada kesuburan.
Senyawa dari plastik memiliki aktivitas mengganggu hormone estrogen sehingga jika masuk kedalam tubuh dapat meniru hormon estrogen.
Senyawa tersebut dapat menurunkan kadar hormon testosteron plasma dan testis, LH plasma, dan juga menyebabkan morfologi abnomal seperti penurunan jumlah sel Leydig pada biota jantan.
Semakin bertambahnya timbulan sampah menandakan bahwa banyak sampah plastik yang bocor ke lingkungan, TPA yang overload di setiap daerah dan adanya kontaminasi mikroplastik di 68 sungai Indonesia yang tersebar di 24 provinsi di 9 pulau di Indonesia.
“Sudah saatnya pemerintah pusat dan daerah segera membuat kebijakan dan strategi untuk menyelesaikan masalah persampahan dan tata kelola sampah agar sampah plastik tidak bocor ke lingkungan yang menjadi cikal bakal mikroplastik,” papar Ecoton. ###