Salah satu rumah sakit di Penang yang biasa dikunjungi warga Indonesia.
Tren

Trending: Keluhan Pelayanan Kesehatan Dalam Negeri Disorot Warganet

  • Kompetensi tenaga medis, dan manajemen rumah sakit jadi perhatian
Tren
Hadi Zairin

Hadi Zairin

Author

IBUKOTAKINI.COM — Sosial media tengah diramaikan curahan hati warganet terkait pengalaman buruk mereka dalam mendapatkan pelayanan kesehatan di Indonesia. 

Sejumlah pengguna Instagram berbagi cerita yang mengungkapkan kekecewaan terhadap diagnosis yang keliru, keterlambatan penanganan, hingga buruknya infrastruktur rumah sakit di dalam negeri, yang memaksa mereka mencari pengobatan ke luar negeri seperti Singapura, Penang, dan Malaka.

Dalam sebuah unggahan yang viral di X (Twitter), pengguna akun @hello_deirdre menceritakan pengalaman mengantar sang nenek ke rumah sakit ternama di Jabodetabek untuk memeriksakan lutut yang bengkak. Namun, diagnosis dokter menyebutkan tak ada cairan di lutut. 

Setelah kondisi tak membaik, mereka memutuskan berobat ke Singapura dan ternyata ditemukan adanya cairan yang harus disedot. “Bengkaknya langsung kempes setelah tindakan,” tulisnya.

BACA JUGA:

Setiap Tahun Satu Juta WNI Berobat ke Luar Negeri - ibukotakini.com

Keluhan lain datang dari andibachtiar, yang menceritakan ayahnya meninggal dunia karena penanganan yang lambat dan dokter yang tidak hadir saat akhir pekan. 

“Dokternya gak datang-datang katanya libur karena wiken,” ungkapnya. Ketika ditangani oleh dokter pengganti, ayahnya hanya diberi pernyataan “mungkin sudah takdirnya”.

Cerita serupa disampaikan oleh blossomred5, yang mengungkapkan bahwa suaminya menjalani operasi usus buntu di Indonesia, namun sakit perutnya tetap kambuh. 

Setelah konsultasi via WhatsApp dengan dokter di London, diketahui ada kemungkinan penyakit Crohn’s, sesuatu yang luput dari diagnosis awal di rumah sakit lokal.

BACA JUGA:

Cuaca Ekstrem, DBD dan COVID Mengintai Balikpapan - ibukotakini.com

Akun rumahmajumapan_ juga menambahkan pengalamannya membawa sang ayah ke Malaka setelah pengobatan di Indonesia tidak menemukan penyebab penglihatan kabur. 

“Baru ketahuan ada tumor sebesar telur di belakang mata,” ujarnya. Operasi pun dijalani dengan biaya mencapai lebih dari Rp100 juta, namun membuahkan hasil positif.

Sementara itu, akun aboutherday_ menceritakan bahwa keluarganya sempat didiagnosis kanker dan langsung dijadwalkan kemoterapi di Indonesia. Namun saat diperiksa ulang di Singapura, ternyata hanya tumor jinak yang bisa diangkat lewat operasi ringan. 

Ia mengkritik kualitas laboratorium di dalam negeri yang dianggap masih tertinggal. “Dokter Indo banyak yang bagus, tapi kualitas alat, maintenance, dan infrastruktur masih ketinggalan,” tulisnya.

BACA JUGA:

Dinkes Kaltim Minta Rumah Sakit Siapkan Ruang Isolasi - ibukotakini.com

Fenomena ini memicu perbincangan luas soal pentingnya perbaikan layanan kesehatan di Indonesia, tak hanya dari sisi kompetensi tenaga medis, tetapi juga kelengkapan alat diagnostik, sistem manajemen rumah sakit, hingga kebijakan layanan darurat.

Mantan Dubes Pilih Berobat ke Penang, Malaysia

Mantan Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya, membeberkan sejumlah alasan mengapa banyak warga negara Indonesia (WNI) memilih berobat ke Penang, Malaysia, dibanding di dalam negeri.

Dalam sebuah unggahan di akun TikTok pribadinya @tantowi2023, Tantowi menyampaikan temuannya berdasarkan pengalaman pribadi saat menjalani pemeriksaan kesehatan di sana.

“Ada tiga alasan utama, yaitu akurasi, kecepatan layanan, dan tingkat kepercayaan terhadap hasil pemeriksaan,” ujar Tantowi, awal Juni 2025.

Menurutnya, akurasi menjadi faktor pertama karena rumah sakit di Penang didukung oleh mesin modern dan tenaga medis profesional. “Ini barangkali produk mesin-mesin modern yang mereka gunakan dan dikombinasikan dengan dokter-dokter hebat,” jelas mantan presenter televisi tersebut.

BACA JUGA:

Jamsos Pekerja dan Buruh Tolak KRIS, Dinilai Turunkan Kualitas Pelayanan - ibukotakini.com

Faktor kedua adalah efisiensi waktu. Tantowi mengaku hanya menunggu kurang dari lima menit untuk masuk ruang pemeriksaan, dan hasil medis keluar kurang dari empat jam. 

“Kecuali pasien melakukan check-up tambahan, itu pun paling lama menunggu satu jam,” tambahnya.

Alasan ketiga adalah kepercayaan yang tinggi terhadap layanan rumah sakit di Penang. Menurut Tantowi, kecanggihan alat dan profesionalisme tenaga medis menciptakan rasa aman bagi pasien. 

“Pasien-pasien itu mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap hasil yang dihasilkan oleh medical check-up ataupun pengobatan,” tuturnya.

Selain tiga alasan utama, Tantowi juga menyebut beberapa faktor tambahan. Salah satunya adalah biaya pengobatan yang lebih murah hingga 30-50 persen dibanding Jakarta atau Singapura. 

BACA JUGA:

YKI Balikpapan Bantu Pasien Kanker Kurang Mampu dan Gencarkan Deteksi Dini - ibukotakini.com

“Ternyata mesin-mesin modern yang mahal itu ketika masuk ke Penang tidak dikenakan pajak oleh pemerintahnya,” jelasnya.

Kemudahan komunikasi juga menjadi nilai tambah, karena dokter dan perawat di sana bisa berbahasa Indonesia. “Sehingga tidak menimbulkan kesulitan bagi pasien-pasien kita yang tidak bisa berbahasa Inggris,” katanya.

Tantowi juga menyoroti etika layanan kesehatan yang lebih humanis. Ia bahkan sempat disarankan untuk membeli obat di luar rumah sakit karena harganya lebih murah. “Mereka cari uang, tapi ada kesan humanisnya,” pungkasnya. ***