
UPTD PPA Balikpapan Dampingi Korban Kekerasan Seksual Balita dan Ibunya
- UPTD PPA Balikpapan saat ini memiliki tiga psikolog yang menangani kasus tersebut dengan pendekatan berbeda untuk ibu dan anak.
Balikpapan
IBUKOTAKINI.COM – Kasus kekerasan seksual terhadap balita berusia dua tahun di Balikpapan menjadi perhatian serius Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Balikpapan.
Kepala UPTD PPA, Esti Santi Pratiwi, mengungkapkan bahwa pendampingan psikologi terhadap korban dan ibunya telah dilakukan sejak awal kasus ini mencuat.
Esti menjelaskan bahwa pihaknya bersama Polda Kalimantan Timur juga memberikan pendampingan psikologi untuk ibu korban yang masih mengalami trauma berat.
“Tadi sudah melakukan sesi temu. Senin depan si ibu minta pendampingan psikologi lagi. Katanya si ibu galau, nggak tahu kenapa. Ya, kita upayakan dia bisa kembali beraktivitas seperti biasanya lagi,” ungkap Esti pada Minggu (26/1/2025).
Menurut Esti, pendampingan psikologi akan dilakukan secara bertahap sesuai kondisi psikologis ibu korban. Saat ini, pertemuan dengan psikolog dijadwalkan sekali seminggu.
BACA JUGA:
Menteri PPPA Temui Keluarga Korban Kekerasan Seksual Anak 2 Tahun di Balikpapan - ibukotakini.com
“Minimal tiga kali sesi. Kalau setelah itu si ibu sudah dinyatakan bisa kembali beraktivitas seperti biasa, maka tidak masalah. Tetapi jika suatu waktu si ibu ingin datang lagi ke sini, kami sangat terbuka,” jelasnya.
UPTD PPA Balikpapan saat ini memiliki tiga psikolog yang menangani kasus tersebut dengan pendekatan berbeda untuk ibu dan anak.
“Psikolog yang menangani anak dan ibu itu berbeda, agar tidak terjadi bias dalam proses pendampingannya,” tambah Esti.
Pendekatan terhadap balita korban kekerasan dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangan anak seusianya. Esti menyebutkan bahwa anak balita tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi, sehingga psikolog menggunakan metode bermain untuk membantu proses pemulihan.
BACA JUGA:
Menteri PPPA Puji Forum Anak Kota Balikpapan dalam Kunjungan Kerja - ibukotakini.com
“Psikolog untuk anak akan memakai cara pendekatan seperti anak seusianya. Anak itu tidak paham apa yang sedang terjadi, karena bagi mereka dunia adalah tempat bermain,” jelas Esti.
Sejak pendampingan dimulai pada 7 Oktober 2024, progres perlahan mulai terlihat. “Awalnya anak itu tidak mau bicara, tapi lama-lama mau bermain. Misalnya, kita perkenalkan warna, sekarang dia sudah tahu merah itu red. Tapi kalau diajak berbicara terlalu panjang, dia belum paham,” kata Esti.
Esti mengungkapkan bahwa pendampingan ini akan terus dilakukan hingga ibu dan anak korban kekerasan seksual ini benar-benar pulih secara psikologis.
“Kami selalu berdoa agar kondisi psikologis si ibu dan anak segera pulih, sehingga mereka bisa kembali menjalani aktivitas sehari-hari seperti biasanya,” tutupnya. ***