Waspadai Demam Babi Afrika, Balai Karantina Kaltim Tingkatkan Pengawasan
Kabar Ibu Kota

Waspadai Demam Babi Afrika, Balai Karantina Kaltim Tingkatkan Pengawasan

  • ASF sempat memberikan dampak signifikan pada peternakan babi di Kalimantan pada 2023.
Kabar Ibu Kota
Ferry Cahyanti

Ferry Cahyanti

Author

IBUKOTAKINI.COM - Menjelang perayaan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru), Balai Besar Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Kalimantan Timur (Kaltim) meningkatkan pengawasan terhadap lalulintas media pembawa, baik hewan, ikan, maupun tumbuhan. 

Salah satu fokus utama adalah pencegahan penyebaran Demam Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) yang tengah mewabah di beberapa wilayah Indonesia.

Sebagai bagian dari upaya tersebut, Balai Karantina Kaltim sosialisasi di Pelabuhan Semayang dan Kelurahan Maridan, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), pada Selasa (24/12/2024). Kegiatan ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya ASF dan langkah-langkah pencegahannya.

Ketua Tim Kerja Penegakan Hukum Balai Besar Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Kaltim, Uswatun, mengatakan pengawasan tidak hanya difokuskan pada daging babi, tetapi juga pada media pembawa lainnya.

“Kami tekankan sosialisasi terkait ASF yang sedang mewabah di Indonesia, terutama di Nabire, Papua Tengah. Di Kalimantan, kasus ASF sempat terjadi pada akhir tahun 2023 lalu, tetapi saat ini sudah terkendali,” ungkap Uswatun kepada awak media, Selasa (24/12/2024).

BACA JUGA:

Sambut Libur Natal dan Tahun Baru, IKN Berikan Pelayanan Maksimal Pengunjung - ibukotakini.com

Uswatun menjelaskan bahwa ASF sempat memberikan dampak signifikan pada peternakan babi di Kalimantan pada 2023. Penyakit ini mengakibatkan stok babi lokal habis, sehingga banyak daging ilegal masuk dari luar wilayah, seperti Palu. Untuk mencegah hal serupa, pengawasan ketat dilakukan di pelabuhan Karingau dan Semayang.

“ASF adalah penyakit yang menyerang babi dengan tingkat kematian tinggi dalam waktu singkat, bahkan hanya enam jam setelah gejala seperti ruam dan demam tinggi muncul. Meski tidak menular ke manusia, ASF dapat menyebar antarhewan, terutama melalui sisa makanan yang terkontaminasi,” tambahnya.

Hingga saat ini, belum ada vaksin untuk ASF. Oleh karena itu, pengendalian difokuskan pada disinfeksi dan pengawasan ketat terhadap lalulintas hewan dari daerah tertular ke daerah bebas.

Ketua Tim Kerja Penegakan Hukum Balai Besar Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Kaltim, Uswatun

Sosialisasi di Desa Maridan, RT 1, mendapat tanggapan positif dari warga. Sakiyah (52), salah satu peternak setempat, mengapresiasi kegiatan tersebut.

“Sosialisasi karantina sangat baik, supaya kami tahu lebih banyak tentang kesehatan ternak. Di sini peternakan babi sudah ada sejak 1970-an,” urai Sakiyah.

Senada dengan itu, Rusli, warga lainnya, juga mendukung kegiatan ini. “Dengan sosialisasi ini, kami jadi tahu langkah antisipasi dan pencegahan ketika hewan sakit,” katanya.

Balai Karantina Kaltim terus memperkuat pengawasan di jalur masuk wilayah dengan disinfeksi dan pembatasan mobilisasi hewan dari daerah terinfeksi. Selain itu, edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya ASF terus digencarkan.

Dr. Untari, dokter hewan di Balai Besar Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan Kaltim, menegaskan pentingnya upaya pencegahan ini. “Langkah ini diambil untuk mencegah penyebaran lebih lanjut ke daerah yang masih bebas dari ASF,” ujarnya.

Melalui pengawasan ketat dan edukasi berkelanjutan, Balai Karantina Kaltim berharap dapat mengendalikan penyebaran ASF. 

“Kami berharap masyarakat mematuhi aturan yang berlaku untuk melindungi sektor peternakan dan memastikan kebutuhan daging babi terpenuhi secara legal dan aman,” pungkas Uswatun. ***