IBUKOTAKINI.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menutup perdagangan pekan lalu dengan penguatan solid sebesar 2,81% ke level 6.497 pada Kamis (17/4/2025). Sepanjang sepekan, IHSG bergerak variatif dalam rentang 6.225–6.497, di tengah derasnya aksi jual bersih (net sell) investor asing yang mencapai lebih dari Rp13,6 miliar, melonjak dibanding pekan sebelumnya sebesar Rp5,93 miliar.Menurut Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Indri Liftiany Travelin Yunus, hampir seluruh sektor mencatatkan kinerja positif, kecuali sektor finansial yang melemah tipis -0,17%. Pelemahan ini dipicu oleh koreksi saham-saham bank besar yang jatuh pada saat ex-date pembagian dividen.Sementara itu, sektor Basic Materials dan Infrastructures memimpin reli dengan masing-masing menguat +10,47% dan +7,21%. Indri mengungkapkan, kondisi pasar saat ini bisa digambarkan dalam fase "mark up with distribution", dengan sentimen utama didorong oleh musim laporan keuangan dan pembagian dividen perusahaan atas kinerja sepanjang 2024."Pergerakan saham didukung oleh laporan kinerja tahunan dan momentum pembagian dividen. Namun, aksi jual asing menandakan distribusi sedang berlangsung di balik penguatan indeks," jelas Indri.BACA JUGA:&nbsp;<blockquote><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://ibukotakini.com/read/ekspor-alat-kesehatan-ri-tembus-usd-273-juta">Ekspor Alat Kesehatan RI Tembus USD273 Juta - ibukotakini.com</a></blockquote>Di balik euforia penguatan IHSG, pasar tetap dibayangi kekhawatiran global. Kenaikan tarif impor oleh Presiden Donald Trump atas produk China hingga 245%, sebagai respons atas tarif balasan 125% dari China, memicu ketegangan perdagangan global. Ditambah lagi, pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell yang memperkirakan tingkat inflasi akan meningkat akibat lonjakan tarif, menambah tekanan.Tak hanya itu, keputusan MSCI yang menunda inklusi saham BREN, CUAN, dan PTRO dalam daftar indeks global pada review Mei 2025 turut membebani sentimen pasar domestik."Para pelaku pasar cenderung berhati-hati karena ketidakpastian global yang masih tinggi, terutama kekhawatiran lonjakan inflasi yang dapat mengubah ekspektasi pemangkasan suku bunga," terang Indri.Mendukung kekhawatiran tersebut, Presiden Federal Reserve Bank of San Francisco, Mary Daly, pada Sabtu (19/4) mengisyaratkan bahwa The Fed kemungkinan besar akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama hingga akhir 2025.Menatap perdagangan pekan ini, 21–25 April 2025, Indri menyarankan investor untuk waspada terhadap rilis data global dan domestik. Dari Amerika Serikat, sorotan tertuju pada rilis S&amp;P Global Composite PMI Flash yang diperkirakan turun dari 53,5 ke 51, serta Initial Jobless Claims yang diprediksi naik ke 218.000.Di dalam negeri, fokus investor akan tertuju pada Neraca Dagang Indonesia, yang diperkirakan masih surplus namun sedikit turun ke US$2,45 miliar, dan keputusan suku bunga Bank Indonesia yang diperkirakan tetap bertahan di 5,75%.Dengan mempertimbangkan semua faktor tersebut, Indri memperkirakan IHSG akan bergerak volatile dengan kecenderungan melemah dalam rentang support 6.150 dan resistance 6.700. Strategi scalping dan aksi profit-taking jangka pendek diperkirakan akan mendominasi pasar. ***

MAS ADIT.png

Prediksi Pasar 2025, Peluang Tetap Terbuka Meski Tantangan Menghantui

Saham

 IBUKOTAKINI.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menutup perdagangan pekan lalu dengan penguatan solid sebesar 2,81% ke level 6.497 pada Kamis (17

IHSG Menguat 2,81% Pekan Lalu, Pasar Saham Dibayangi Risiko Global