JAKARTA – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melaporkan realisasi penerimaan pajak sepanjang tahun 2024 mencapai Rp1.932,4 triliun, atau 97,2% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 sebesar Rp1.988,9 triliun. Dengan demikian, terdapat shortfall sebesar Rp56,5 triliun dari target yang telah ditetapkan.Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa meskipun realisasi tersebut tumbuh 3,5% dibandingkan tahun 2023 yang sebesar Rp1.867,9 triliun, pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 8,8%.&nbsp;“Penerimaan pajak, meskipun harga komoditas dan tekanan bertubi-tubi, masih tumbuh 3,5 persen. Ini adalah sesuatu yang kita syukuri dan kita akan terus jaga,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa Edisi Januari pada Senin, 6 Januari 2025.Meski tidak mencapai target, realisasi penerimaan pajak berhasil melampaui outlook laporan Semester I 2024 yang diproyeksikan sebesar Rp1.921,9 triliun. Hal ini menunjukkan upaya pemerintah dalam menggenjot penerimaan pajak di tengah berbagai tantangan ekonomi.Detail Penerimaan Pajak 2024 Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu menjelaskan bahwa pertumbuhan penerimaan pajak didorong oleh kontribusi positif dari jenis pajak utama seperti Pajak Penghasilan (PPh) Non-Migas serta Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).BACA JUGA:<blockquote><a target="_blank" rel="noopener noreferrer" href="https://ibukotakini.com/read/inflasi-balikpapan-dan-ppu-terkendali-tpid-fokus-pengendalian-inflasi-pangan">Inflasi Balikpapan dan PPU Terkendali, Bank Indonesia dan TPID Fokus Pengendalian Inflasi Pangan - ibukotakini.com</a></blockquote>Penerimaan dari PPh Non-Migas mencapai Rp997,6 triliun, meningkat 0,5% secara tahunan (year-on-year/yoy), dengan kontribusi 51,6% terhadap total penerimaan pajak. Secara rinci, penerimaan PPh Pasal 21 tumbuh signifikan sebesar 21,1% yoy menjadi Rp243,8 triliun, terutama didukung oleh sektor keuangan.Namun, penerimaan dari PPh Badan justru mengalami kontraksi 18,1% yoy, hanya mencapai Rp335,8 triliun. Penurunan ini disebabkan oleh melemahnya profitabilitas perusahaan sepanjang tahun 2023 akibat moderasi harga komoditas, terutama di sektor pertambangan. Sementara itu, penerimaan dari PPh Migas juga terkontraksi 5,3% yoy menjadi Rp65,1 triliun.Untuk PPN dan PPnBM, penerimaan mencapai Rp828,5 triliun, tumbuh 8,6% yoy. Meski sempat mengalami kontraksi pada kuartal I dan II, penerimaan PPN/PPnBM berhasil berbalik positif pada kuartal III dan IV.APBN 2024 Alami Defisit Rp507,8 Triliun Selain melaporkan realisasi penerimaan pajak, Kemenkeu juga mengumumkan bahwa APBN 2024 mengalami defisit sebesar Rp507,8 triliun, setara dengan 2,29% dari Produk Domestik Bruto (PDB).&nbsp;Angka ini lebih rendah dari target awal defisit APBN sebesar Rp522,8 triliun dan kesepakatan sebelumnya dengan DPR yang mencapai Rp609,7 triliun atau 2,7% terhadap PDB.Sri Mulyani menegaskan bahwa defisit yang terkendali ini mencerminkan kesehatan fiskal yang tetap dijaga untuk mendukung kinerja pemerintah terpilih.&nbsp;“APBN dijaga defisitnya di 2,29% yang menjadi fondasi bagi kesehatan APBN untuk dukung kerja pemerintah terpilih,” tambahnya. ***

MAS ADIT.png

Aprindo Minta Kenaikan PPN 12 Persen Ditunda

Sri Mulyani.webp

Pertumbuhan penerimaan pajak didorong oleh kontribusi positif dari jenis pajak utama seperti Pajak Penghasilan (PPh) Non-Migas

Realisasi Penerimaan Pajak 2024 Capai Rp1.932,4 Triliun, Shortfall dari Target APBN