Akmal Malik Ungkap Kendala Tangani Lahan Bekas Tambang
- Luas tambang batubara di Kalimantan Timur mencapai 5,1 juta hektare.
Ekbis
IBUKOTAKINI.COM — Kalimantan Timur, dengan luas tambang batu bara mencapai 5,1 juta hektare, menjadi salah satu provinsi dengan sumber daya alam (SDA) paling berlimpah di Indonesia.
Namun, di balik kontribusinya yang besar terhadap perekonomian, muncul tantangan besar dalam pengelolaan lahan eks tambang.
Penjabat (Pj) Gubernur Kaltim, Akmal Malik, menegaskan pentingnya transformasi pengelolaan lahan eks tambang sebagai upaya menghadirkan manfaat nyata bagi masyarakat.
“Jika pengelolaan tambang dilakukan dengan baik, sesuai kaidah operasi dan eksplorasi, hasilnya akan membawa keberkahan bagi masyarakat dan meningkatkan pendapatan negara maupun daerah,” ujar Akmal dalam keterangan dikutip, Juat (22/11/2024).
BACA JUGA:
https://ibukotakini.com/read/pj-gubernur-kaltim-tegaskan-rt-tak-gunakan-motor-dinas-untuk-kampanye
Namun, dengan hanya 34 inspektur tambang yang ditugaskan pemerintah pusat untuk mengawasi lebih dari lima juta hektare areal tambang, pengawasan menjadi tantangan besar, terutama dalam menangani aktivitas tambang ilegal.
Akmal menyebut perlunya koordinasi produktif antara pemerintah pusat dan daerah untuk memastikan tata kelola pertambangan yang berkelanjutan.
Akmal mengatakan pemanfaatan lahan bekas tambang yang masih belum optimal, terutama dari aktivitas tambang ilegal. Di sisi lain, lahan eks tambang yang dikelola perusahaan berizin menunjukkan hasil reklamasi yang baik.
Untuk mengatasi persoalan ini, ia mengusulkan pendekatan lintas sektor yang melibatkan pendidikan, lingkungan hidup, pertanian, perkebunan, hingga pariwisata.
Sejumlah inisiatif pemanfaatan lahan eks tambang di Kaltim sudah berjalan. Di Embalut, Kutai Kartanegara, masyarakat memanfaatkan lahan eks tambang untuk menanam padi.
BACA JUGA:
https://ibukotakini.com/read/gubernur-mau-bangun-rest-area-warga-minta-fokus-perbaikan-jalan
Di Berau, lahan ini digunakan untuk budidaya kakao, sementara di Kutai Timur ditanami pisang, dan di Kutai Kartanegara dikembangkan sebagai area pakan ternak odot.
Beberapa lokasi lainnya bahkan dikembangkan menjadi objek wisata, seperti kawasan eks tambang di Samboja, Kutai Kartanegara.
“Saya sedang bekerja sama dengan sebuah SMK swasta di Samboja untuk menanam jeruk di lahan eks tambang. Melibatkan pelajar menjadi langkah strategis karena transformasi budaya eksplorasi ke agraris harus diajarkan sejak dini,” ujar Akmal.
Akmal menekankan bahwa pemanfaatan lahan eks tambang memerlukan kerja sama lintas sektor. Menurutnya, pendekatan sektoral yang terintegrasi dapat memastikan lahan-lahan ini dimanfaatkan optimal untuk kesejahteraan masyarakat.
BACA JUGA:
“Kita harus hilangkan ego sektoral dan bekerja bersama, melibatkan sektor pendidikan, perkebunan, pertanian, tanaman pangan, pariwisata, dan lainnya,” tegasnya.
Melalui langkah-langkah ini, Akmal berharap Kalimantan Timur dapat bertransformasi dari provinsi yang selama ini dikenal dengan budaya eksplorasi menjadi kawasan dengan budaya agraris yang berkelanjutan.
“Masyarakat, terutama yang berada di sekitar tambang, harus dilibatkan aktif dalam pengelolaan lahan eks tambang. Dengan begitu, transformasi ini akan membawa manfaat nyata dan berkelanjutan,” pungkasnya. ***