logo
Capai 52 Persen, Pemilih Muda Punya Pengaruh Besar dalam Pemilu
Politik

Capai 52 Persen, Pemilih Muda Punya Pengaruh Besar dalam Pemilu

  • JAKARTA - Pemilu 2024 diperkirakan akan dipengaruhi oleh pemilih muda, yang diestimasi mencapai 52 persen dari total Daftar Pemilih Tetap
Politik
Redaksi Daerah

Redaksi Daerah

Author

JAKARTA, IBUKOTAKINI.COM - Pemilu 2024 diperkirakan akan dipengaruhi oleh pemilih muda, yang diestimasi mencapai 52 persen dari total Daftar Pemilih Tetap Nasional. Kehadiran generasi milenial dan Z ini menjadi perhatian dalam kontestasi pemilu kali ini karena mereka cenderung mudah berubah pikiran dalam memilih, atau lebih sering disebut "moody".

Dilansir dari ugm.ac.id, pakar politik Fisipol UGM, Mada Sukmajati, menjelaskan bahwa pemilih muda sering kali dipengaruhi oleh suasana hati, pikiran, dan emosi saat memilih. Mereka lebih tertarik pada konten politik yang ringan dan kurang mendalam.

Walaupun memiliki kemampuan untuk mengubah pilihan dengan cepat, pemilih muda kesulitan dalam membuat keputusan akhir. Hal ini berpotensi mengurangi partisipasi mereka dalam pemilu karena sulitnya memutuskan pilihan sampai saat detik terakhir pemungutan suara.

Meskipun pemilih muda memiliki kecenderungan untuk secara cepat mengubah preferensi politik mereka, kesulitan dalam membuat keputusan akhir bisa menjadi hambatan dalam partisipasi mereka dalam proses pemilu. Ketidakpastian sampai detik terakhir saat pemungutan suara bisa mengurangi tingkat partisipasi mereka.

BACA JUGA:

Sulitnya memutuskan pilihan politik secara mantap dapat mengakibatkan sebagian dari mereka enggan atau kesulitan memberikan suara mereka pada calon yang mereka yakini, hal ini tentunya akan mempengaruhi dinamika pemilihan dan potensi hasil pemilu.

Maka diperlukan pendekatan yang lebih mendalam dalam memahami kecenderungan pemilih muda dan bagaimana cara terbaik untuk mendorong partisipasi mereka dalam proses demokrasi, agar suara mereka dapat diwakili secara adil dan efektif dalam pemilu.

“Proporsi pemilih dua generasi sangat besar dari data yang ada. Pemahaman awal kita menunjukkan generasi ini masih moody menentukan pilihan, gampang sekali merubah pilihan. Tidak seperti generasi sebelumnya, tingkat keajegan dalam memilih itu lebih tinggi,” ungkap Mada.

Menurut survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS), sekitar 51 persen pemilih muda mungkin akan mengubah pilihannya pada pemilu presiden, sementara 58,1 persen berpotensi mengubah pilihan pada pemilu legislatif. Kecenderungan ini dapat memengaruhi hasil pemilu secara signifikan.

Isu-isu seperti ekonomi, lapangan kerja, pemberantasan korupsi, demokrasi, kesehatan, dan lingkungan hidup menjadi fokus utama bagi pemilih muda. Sebagian besar dari mereka juga mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan, mencerminkan kekhawatiran mereka terhadap kondisi ekonomi saat ini. (***)