
Jumlah Pekerja RI Tak Dibayar Layak Meningkat
- Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menjadi penyumbang tertinggi dengan 10,4 juta pekerja tak dibayar pada 2024, naik dari 9,9 juta pada 2021.
Tren
IBUKOTAKINI.COM – Laporan terbaru dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS) mengungkap lonjakan jumlah pekerja yang tidak menerima gaji layak di Indonesia, khususnya di sektor informal seperti pertanian, perdagangan, dan akomodasi.
Dalam riset yang dirilis 29 Mei 2025, CELIOS mencatat bahwa tren ini mencerminkan kegagalan struktural dalam penyediaan pekerjaan layak dan memperkuat ketimpangan sosial-ekonomi di Tanah Air.
Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menjadi penyumbang tertinggi dengan 10,4 juta pekerja tak dibayar pada 2024, naik dari 9,9 juta pada 2021. Disusul perdagangan besar dan eceran serta reparasi kendaraan (4,3 juta), sektor penyedia akomodasi dan makanan (2,1 juta), industri pengolahan (1,8 juta), dan jasa lainnya (0,3 juta).
Kondisi makin mengkhawatirkan terjadi di kalangan pekerja ojek online (ojol). Meski rata-rata bekerja 54,5 jam per minggu jauh di atas rata-rata nasional 41,5 jam penghasilan mereka hanya sekitar Rp2,84 juta per bulan.
BACA JUGA:
11 Pengembang Serahkan PSU ke Pemkot Balikpapan - ibukotakini.com
Sementara itu, pekerja digital non-ojol justru menikmati jam kerja lebih ringan dengan pendapatan lebih tinggi, mencerminkan ketimpangan dalam fleksibilitas kerja dan produktivitas.
CELIOS juga menyoroti lonjakan pekerja bergaji di bawah upah minimum regional (UMR), baik yang jam kerjanya pendek (≤30 jam/minggu) maupun panjang (≥48 jam/minggu).
“Ini mengindikasikan daya beli melemah dan potensi pelanggaran hak upah minimum, meski jam kerja tinggi,” tulis CELIOS.
Industri transportasi, pertambangan, dan akomodasi mencatat jam kerja tertinggi (≥48 jam/minggu), sedangkan sektor real estat dan pertanian mencatat jam kerja terendah, sekitar 30–31 jam. (Trenasia.com)