logo
Kondisi Cuaca Mendung dan Parameter Lain Sebabkan Hilal Tak Tampak dari Kota Balikpapan
Kabar Ibu Kota

Kondisi Cuaca Mendung dan Parameter Lain Sebabkan Hilal Tak Tampak dari Kota Balikpapan

  • IBUKOTAKINI.COM - Dalam melakukan penetapan 1 Syawal 1444 Hijriah atau Idulfitri, pemerintah dan juga Kementerian Agama (Kemenag) menggandeng sejumlah pihak da
Kabar Ibu Kota
Niken Dwi Sitoningrum

Niken Dwi Sitoningrum

Author

BALIKPAPAN, IBUKOTAKINI.COM - Dalam melakukan penetapan 1 Syawal 1444 Hijriah atau Idulfitri, pemerintah dan juga Kementerian Agama (Kemenag) menggandeng sejumlah pihak dan ahli untuk melakukan pemantauan atau rukyatul hilal.

Di Kota Balikpapan, rukyatul hilal ini dilakukan dengan menggandeng Stasiun Geofisika BMKG Balikpapan dengan melibatkan sejumlah pihak, seperti tim falakiyah dan sebagainya.

Berdasarkan pemantauan konjungsi untuk penetapan bulan baru terjadi pada siang tadi, Kamis (20/4/2023) tadi dengan kesimpulan perhitungan umur bulan yang belum mencapai 29 hari 10 jam 45 menit.

“Jadi, kalau misalkan konjungsinya adalah jam 12.12  Wita tadi, maka sampai terbenam matahari/waktu berbuka puasa sore ini umur bulannya masih 29 hari 6 jam lebih beberapa menit,” terang Rasmid, Kepala Stasiun Geofisika BMKG Balikpapan.

“Sedangkan, untuk bulan Ramadan itu umur bulannya 29 hari 10 jam 45 menit kalau tidak salah,” tambahnya.

BACA JUGA:

Selain itu, berdasarkan data yang dimiliki pihak BMKG juga, ketinggian hilal untuk wilayah Balikpapan masih di sekitar angka 1,5 derajat.

Angka tersebut, masih jauh berada di bawah ambang batas atau standar observasi. Meskipun begitu, wilayah Aceh yang potensi pengamatannya lebih besar atau lebih dulu melihat hilal pun hanya berada di angka 2,25 derajat dan waktu umur bulan yang mencapai 29 hari 7,5 jam sekian menit. Belum memenuhi lewat 10 jam.

“Kemungkinannya sangat kecil sekali sore ini kita melihat hilal ya, tapi namanya kita berusaha dan mencoba. Siapa tahu di tempat yang lain dengan kondisi lebih terang bisa terobservasi hilal tersebut,” jelasnya.

Sementara itu, elongasi untuk wilayah Kalimantan Timur ini masih berada di sekitar 2,3 derajat yang mana angka tersebut seharusnya berada tak jauh dari standar pada angka 6,8 derajat.

Rasmid juga memaparkan waktu paling berpotensi melihat penampakan hilal atau golden time dalam observasi ini hanya berdurasi 8 menit sebelum bulan terbenam.

“Ketika matahari terbenam, bulannya masih ada di atas ufuk, sebelum bulan juga terbenam itu kita punya waktu 8 menit,” katanya.

Untuk wilayah Kalimantan Timur dan khususnya Kota Balikpapan, waktu terbenam matahari ini pada pukul 18.14 dan terbenamnya bulan pada 18.22 Wita. Pada saat ini lah waktu yang tepat untuk mengobservasi hilal secara lebih efektif.

Kondisi cuaca juga menjadi salah satu kendala dalam melakukan rukyatul hilal di Kota Balikpapan. Seperti diketahui, kondisi hujan deras sempat mengguyur Kota Beriman pada siang tadi, bahkan ketika pihaknya juga tengah mengobservasi gerhana matahari.

“Selain memang elongasi atau tinggi hilalnya masih di bawah standar. Kita juga terkendala cuaca. Berdasarkan pengamatan meteorologi, memang cuaca akan mendung sampai waktu pengamatan (hilal) habis,” sebutnya.

“Mudah-mudahan di tempat lain seperti Manado, Kupang dan tempat lain yang relatif terang bisa mengobservasi hilal,” lanjutnya.

Selanjutnya, hasil pengamatan yang dilakukan pihak BMKG dari 38 titik rukyatul hilal di seluruh Indonesia ini akan diolah kembali oleh BMKG Pusat untuk dibahas pada Sidang Isbat oleh Kemenag malam ini.

“Kami hanya memberikan data dukung saja, dari Sabang sampai Merauke. Sementara, hasil akhir berkaitan dengan penetapan 1 Syawal 1444 Hijriah atau Idulfitri akan menjadi kewenangan Kemenag RI,” pungkasnya. ###